Gerai Teguk 1 di New York City resmi dibuka. Foto: Dok Teguk.

Gerai Teguk 1 resmi dibuka di New York City, Amerika Serikat, Sabtu 17 September 2022. Informasi soal gerai pertama di Amerika Serikat ini sudah pernah disampaikan CEO Teguk Indonesia Maulana Hakim pertengahan Agustus lalu di Jakarta. Kini rencana itu terealisasikan.

Gerai Teguk

Teguk, perusahaan minuman kekinian dengan, membuka gerai di New York, Amerika Serikat. Sebagai bagian dari ide “Teguk akan goes to New York”. “Gerainya sudah ada, di sentral kota New York, tidak jauh dari Time Square,” kata Maulana secara virtual sebagaimana dikutip Kompas.com, Kamis 18 Agustus 2022.

Gerai Teguk pertama di New York City sekaligus di Amerika Serikat ini berada di Mott Street di seputaran kawasan Manhattan. Sebuah jalan yang tak terlalu besar namun sangat sibuk. Masyarakat New York sering menyebutnya “jalan utama” Chinatown kota tersebut.

Gerai Teguk 1 di New York City memberikan pengalaman kuliner ala anak muda Indonesia di dunia.
Layanan Konsumen di Gerai Teguk New York. Foto: Dok. Teguk Indonesia

Saat pembukaan, Gerai Teguk pertama ini melakukan promo dengan free trial atau cicip gratis minuman boba kreasi mereka. Dari video yang diperoleh, terlihat anak-anak muda New York yang cukup surprise dengan tawaran cicip gratis ini. Mereka terlihat menikmatinya. Saat pembukaan, gerai Teguk ini juga mendapat kunjungan Amanda dan Sandi, staf desk ekonomi Konsulat Jendral Republik Indonesia di New York.
Soal Teguk, Maulana mengatakan, upaya dan kerja keras yang dilakukan timnya dari awal mula bisnis minuman Teguk pada 2018. Hingga kini akhirnya Teguk bisa mulai ekspansi ke luar negeri.

Gerai Teguk pertama di New York City, Amerika Serikut, membuka jalan produk ini go internasional.
Kunjungan Staf Deks Ekonomi KJRI New York. Foto: Dok. Teguk Indonesia

Ia menceritakan, awalnya Teguk merupakan gerai penjual thai tea. Ia mengatakan dasar pendirian produknya berawal dari perilaku masyarakat yang terbiasa membeli minuman dalam kemasan. Dia bilang banyak orang pada saat itu juga sudah membeli minuman dalam kemasan cup untuk dibawa ke rapat, belajar, dan berbagai acara lainnya. Namun kala itu, kebanyakan produk minuman kemasan cup berharga mahal
Adalah Najib Wahab Mauluddin, seorang pengusaha muda di banyak sektor bisnis, mulai dari Energy, Infrastruktur, Logistik, alat berat, hingga F&B. Ia kemudian bersama-sama Maulana Hakim, yang kemudian bertindak selaku CEO Teguk Indonesia, merancang bisnis minuman kekinian tersebut.

Ke dua sosok inilah yang menjadi pelopor dan membuat Teguk menjadi besar. Bisnisnya sendiri berawal saat merebaknya fenomena minuman boba kekinian di Indonesia. Terutama bagi kalangan muda, mulai dari millennial hingga generasi Z. Dari masyarakat kelas bawah hingga kelas atas.

“Ini berawal dari keinginan saya agar masyarakat di kelas bawah juga bisa merasakan minuman mewah tetapi tidak perlu mahal. Dari situ saya ciptakan Teguk,” kata Najib dalam siaran persnya di Jakarta, 23 Agustus lalu.

Dengan tren tersebut, Teguk hadir dengan membidik masyarakat menengah ke bawah. Di sisi lain, tingkat belanja konsumen menengah ke bawah saat itu juga sedang tinggi, sehingga membuka kesempatan bagi Teguk mengoptimalkan potensi pasar.

Saat itu, pasar didominasi dengan tren minuman cup dari luar negeri dengan harga yang cukup tinggi, baik kopi maupun non kopi. Di sisi lain, untuk usia 18-25 sudah memiliki kemampuan yang konsumtif, dan itu menjadi dasar Teguk berkembang. “Teguk saat itu mengeluarkan produk teh yang terjangkau dengan value yang lebih tinggi,” ujar dia.

Gerai Teguk awalnya hadir dengan produk Thai Tea seharga Rp 5 ribu dengan konsep open kitchen sehingga pembeli bisa melihat bahan baku pembuatan produk. Mulai dari produk teh impor dan diramu dengan bahan-bahan lainnya.
Pertumbuhan penjualan yang terus meningkat mendorong Maulana untuk melakukan inovasi. Ia mulai mencoba menjual minuman jenis kopi dan coklat. Tak hanya itu, ia juga menambahkan makanan seperti roti untuk turut dijual di gerai Teguk.

“Keberhasilan itu merambat ke kategori lain, ada kopi, coklat dan lain-lain. Konsepnya, bahan baku kita tidak kalah dengan yang premium, tapi dengan harga yang terjangkau. Kita juga menjual makanan yang unik dan khas, seperti odading misalnya,” kata dia.

Sepanjang setahun mengembangkan bisnis, Teguk masih menggunakan sistem pemasaran konvensional. Dia percaya, jika pelanggan menikmati dan suka dengan produknya, akan secara langsung akan membuat kostumer kembali lagi untuk membeli
Namun di tengah era digital yang tumbuh pesat, penjualan secara online juga tidak kalah diminati oleh pelanggan mereka. Pada 2019, mereka melebarkan kanal penjualan online.

Awalnya konsumen Teguk hanya sekitar 25 ribu orang, sehingga dirasakan untuk berkembang perlu adanya transformasi. Maulana mengakui, mereka termasuk yang agak telat masuk ke kategori online atau gofood ini.

Pada 2019 mereka coba-coba dengan penjualan online dan hasilnya cukup mengejutkan. “Basis penjualan kami naik signifikan. Ternyata online ini bisa membeli lebih banyak dari rumah,” ungkapnya sambal bercerita Teguk yang semakin membesar.

Angkanya lebih dari 200 persen dibanding penjualan 2019 lalu.

“Penjualan kita di online cukup bagus dan kontribusinya cukup besar, sehingga kami merasa langkah selanjutnya adalah go international,” kata Maulana.

agenda Indonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi