Nasi koyor Kota Lama Semarang sudah ada sejak 1955 dan bertahan hingga kini. Foto: shutterstock

Nasi koyor kota lama Semarang adalah kuliner yang unik dan otentik ibukota Jawa Tengah ini. Kuliner ini bahkan terbilang antik dan legendaris karena walau sudah ada sejak lama, tapi masih ramai diminati hingga kini.

Nasi Koyor Kota Lama

Koyor, ini sebutan untuk bagian urat atau otot sapi di bagian lutut, memang cukup lazim menjadi bagian dari beberapa masakan nusantara. Begitu pun di Semarang, koyor justru menjadi bagian utama dari resep kuliner unik tersebut.

Yang membuatnya unik adalah resep nasi dengan koyor yang diramu ala ‘krengsengan’ yang menggunakan santan, dipadu dengan tambahan seperti telur, tahu, tempe, serta daging ayam atau sapi. Resep ini sudah menjadi kuliner yang menggoda lidah sejak berpuluh tahun lalu.

awan TdVadAAR Mc unsplash
Jalan Letjen Suprapto, Semarang, lokasi Nasi Koyot Kota Lama di kota tersebut. Foto: unsplash

Hal yang perlu diingat adalah walaupun mungkin secara sekilas agak terlihat dan terasa mirip, tetapi koyor tidak sama dengan kikil. Kalau koyor adalah bagian di area lutut sapi, maka kikil adalah bagian tulang rawan kaki sapi.

Untuk mengolah koyor jadi masakan juga terbilang tak sulit, tapi juga tak mudah. Butuh ketelatenan dalam proses pengolahan yang bisa berlangsung beberapa jam agar koyor menjadi kenyal. Bumbu yang diracik pun harus sesuai agar mendapatkan cita rasa gurihnya.

Maka tak heran jika hingga saat ini banyak warung penjaja kuliner ini yang masih mempertahankan cara tradisional dengan menggunakan arang. Ini dilakukan agar mendapatkan besaran api tertentu dalam memasak koyor.

Biasanya, koyor yang sudah dicuci bersih akan direbus dulu sebelum dimasak. Bahan-bahan seperti jahe, daun jeruk, daun salam, lengkuas dan garam juga digunakan saat merebus. Tujuannya agar ia menjadi empuk serta menambah rasa gurih secara alami.

Proses ini rata-rata bisa berlangsung selama setidaknya tiga jam. Setelah matang, ia dipisahkan dan dipotong-potong. Kemudian ia direndam kembali dengan campuran santan dan gula merah agar bumbunya meresap.

Barulah sesudah koyor dapat dimasak dengan bumbu halus bawang putih, bawang merah, kunyit, ketumbar dan kemiri. Setelah disajikan, koyor yang empuk dan kenyal akan berpadu dengan paduan rasa manis, gurih dan spicy.

Selain disuguhkan dengan nasi dan beberapa tambahan lauk, biasanya di dalam nasi koyor terdapat pula sayur kacang panjang. Terkadang nasi koyor kota lama bahkan juga dihidangkan dengan gudeg.

Di Semarang, para pemburu kuliner masa lalu masih bisa menemukan beberapa warung-warung penjual nasi koyor tersebut. Salah satu yang bisa dibilang paling terkenal dan legendaris adalah Warung Nasi Koyor Kota Lama.

Terletak berdekatan dengan gedung Marba dan gedung Spiegel di kawasan Kota Lama, warung ini disebut sudah berdiri sejak 1955. Yulianti bersama dengan suaminya adalah generasi kedua yang melanjutkan bisnis kuliner ini.

Menurutnya, warung ini dulunya buka di situ karena ayahnya pernah bekerja sebagai petugas keamanan di area gedung Marba. Berbekal resep warisan keluarga, warung berbentuk semi permanen hanya selebar trotoar tersebut didirikan dan mampu terus eksis hingga kini.

Nasi Koyor Kota Lama Semarang mengandalkan masakan dari koyor atau urat yang digemari sejak lama.
Kedai Nasi Koyot Kota Lama Semarang. Foto: Dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf

Setelah melanjutkan bisnis orang tuanya sejak 2015 lalu, ia memutuskan untuk mempertahankan bentuk dan keaslian dari warung tersebut. Nyatanya, itu tak menurunkan animo pengunjung, bahkan hingga kalangan figur publik seperti pejabat.

Warung tersebut juga masih mempertahankan cara memasak dengan arang. Menurut Yuli, cita rasa serta aroma masakan yang dibuat menjadi lebih spesial. Potongan koyornya pun tergolong besar-besar. Tak kurang sekitar tujuh kilogram koyor yang digunakan setiap harinya.

Namun diakuinya pula bahwa belakangan ini menu yang tersedia tak selengkap dulu. Padahal, warung ini sebelumnya juga menyediakan menu-menu lain seperti masakan paru, iso, babat dan limpa.

Hal ini disebabkan sulitnya mendapat pasokan bahan baku, setelah Pasar Johar tempat Yuli memperoleh bahan-bahan tersebut dipindahkan. Ditambah lagi, ternyata peminat menu-menu tersebut dewasa ini agak menurun.

Kendati demikian, minat pengunjung kepada nasi koyor kota lama sebagai sang menu utama tersebut tak kunjung surut. Meskipun normalnya warung buka dari jam 09.00 hingga sore hari, tapi tak jarang makanan sudah ludes terjual sejak jam makan siang.

Dalam satu porsi nasi koyor Kota Lama, biasanya sudah mendapatkan tambahan gudeg, sambal goreng tahu, sayur kacang panjang dan kering tempe. Telur, tahu dan tempe juga tersedia sebagai tambahan. Porsinya pun terbilang cukup banyak dan mengenyangkan.

Seporsi nasi koyor di warung ini dihargai Rp 25 ribu, walau terkadang naik sedikit menjadi Rp 28 ribu bila hari libur. Kalau ingin menambah lauk seperti telur dan lain lain hanya perlu menambah sekitar Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. Secara umum, harganya cukup terjangkau.

Hanya saja, karena memang selalu ramai pengunjung dan cenderung cepat habis, pelancong yang ingin mencoba harus bersiap datang dari awal sejak warung mulai buka. Selain itu, tempatnya memang kecil, sehingga berpotensi harus mengantri untuk dapat meja dan tempat duduk.

Warung Nasi Koyor Kota Lama Semarang

Jl. Letjen Soeprapto no. 33, Semarang

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi