Kopi Oksibil Papua menjadi salah keunggulan daerah itu dan sering disebut emas hitam.

Kopi Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua, adalah salah satu biji kopi terbaik dari Indonesia. Kualitas biji kopi di Indonesia tak perlu diragukan lagi. Hampir setiap tahun, kopi dari berbagai daerah di Tanah Air memenangi kontes di level internasional.

Kopi Oksibil Papua

Kondisi geografis Indonesia yang berupa barisan pegunungan membuat kopi tumbuh dengan baik. Alhasil, selain menjuarai kompetisi kopi level dunia, Indonesia tercatat sebagai pemasok biji kopi ke tiga terbesar di dunia setelah Vietnam dan Brasil.

Bicara biji kopi Indonesia, hampir semua berkualitas baik. Namun, salah satu yang terbaik tumbuh di daratan Pegunungan Bintang, tepatnya di Oksibil, Papua. Seorang roaster yang memperoleh sertifikasi dari Speciality Coffee Associaton of America, Hideo Gunawan, pernah mengadakan penjelajahan singkat mengenai kopi Oksibil selama dua pekan pada Februari 2018.

Secara umum Hideo mengatakan, kopi Oksibil Papua berwarna hitam pekat. Ketika disruput, terasa pahit di mulut, tetapi lalu meninggalkan jejak rasa sitrun di lidah. Itulah pengalamannya mencicipi kopi Oksibil dari Pegunungan Bintang, Papua.

Kopi Oksibil Papua cocok diseduh dengan cara apapun, namun rasa sitrusnya keluar ketika diseduh dengan cara tubruk
Menyeduh kopi dengan cara V60.

Biji kopi jenis arabika typica ini dapat disajikan dengan berbagai metode, di antaranya V60, tubruk, atau dicampur dengan susu dan menjadi latte. Membandingkan penyeduhan V60 atau dicampur susu, rasa sitrun yang menjadi karakteristik utama kopi oksibil Papua ini paling terasa saat disajikan ternyata adalah kopi yang diseduh dengan metode tubruk. Pohon kopi arabika typica umumnya lebih besar dengan buah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pohon kopi varietas lain, seperti yang banyak ditanam di Sumatera.

Pohon-pohon kopi yang ditanam pada ketinggian sekitar 1.900 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini juga memiliki usia produktif yang lebih lama, yakni mencapai 30 tahun, dibandingkan dengan pohon kopi jenis hibrida yang hanya sampai 10 tahun.

Suhu dingin berkisar 15 derajat Celcius, tanah yang subur, dan buah yang lebih sedikit menjadikan zat gizi yang tersimpan dalam biji kopi Oksibil makin tinggi dan rasanya menjadi lebih enak. Ada lima distrik yang sudah menghasilkan kopi. Peminatnya sudah tinggi dari luar negeri seperti Australia, Selandia Baru, atau Eropa.

Kalau ada yang memiliki kesempatan mengunjungi Oksibil di Papua, selain menikmati keindahan alamnya, saat mengunjungi kota kecil yang berpenduduk 100.686 jiwa ini wajib mencicipi kopinya. Orang sering menyebutnya sebagai Kopi Koteka khas Pegunungan Bintang atau orang juga menyebutnya kopi Oksibil Papua.

Kopi Papua dari Pegunungan Bintang merupakan kopi organik dengan kualitas terbaik. Ini berkat tanah Papua yang masih sangat subur sehingga kualitas kopi yang dihasilkan sangat baik. Kopi yang ditanam petani secara tradisional tanpa menggunakan pupuk kimia juga tanpa pestisida sehingga menghasilkan kopi kualitas baik.

Sejatinya apa saja keistimewaan kopi Osibil Papua ini? Seorang barista di Jakarta menjelaskan sejumlah keistimewaan kopi Oksibil. Di antaranya berikut ini.

Berjenis Arabica Tipika

Biji kopi Oksibil berjenis Arabica Tipika. Pohon kopi jenis ini bukan merupakan hibrida atau hasil perkawinan. Ciri-cirinya, jarak antar-dompol buah berjauhan. Ukuran pohonnya pun lebih besar. Ini menunjukkan kualitas varietal kopi lebih baik daripada kopi Arabica pada umumnya.

Pohon kopi Arabica Tipika memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Berbeda dengan pohon hibrida yang batas usia produktifnya hanya sampai 10-11 tahun.

Ditanam di Ketinggian dan Suhu Ideal

Pohon kopi Oksibil ditanam di ketinggian lebih dari 1.900 mdpl, melampaui rata-rata kopi lainnya yang tumbuh di daratan 1.500 mdpl. Suhu di ketinggian itu berkisar 18-23 derajat. Ditilik dari ketinggian dan suhunya, ini merupakan lahan ideal bagi kopi Arabica untuk tumbuh baik.  

Makin dingin suatu tempat, biji akan makin lama matang. Alhasil, gizi pada kopi pun makin menumpuk. Proses pematangan yang lamban akan membuat biji biji memiliki acidity atau tingkat keasaman yang tinggi.

Proses Pengelolaan Manual

Segala proses pengelolaan kopi dilakukan secara manual di Oksibil, tapi petani setempat paham cara memperlakukan biji dengan tepat. Mulai pengulitan hingga penyangraian. Namun, tanpa diedukasi sebelumnya, insting petani untuk memperlakukan biji kopi diklaim sudah tepat.

Misalnya petani akan memetik biji yang benar-benar sudah merah. Lalu mereka tak menjemur biji kopi di atas lahan tanah, sehingga kualitas tetap terjaga.

Panen Hampir Sepanjang Tahun

Meski ada panen raya, biji kopi Oksibil akan terus diproduksi sepanjang tahun. “Panen per petani itu tidak sama waktunya sehingga kesannya biji kopi Oksibil ada terus,” kata Hideo. Adapun panen besar akan dirayakan umumnya bulan Mei. Tiap panen, petani yang masing-masing memiliki 1.000 pohon kopi akan memproduksi 300-600 kilogram biji.

Kopi Oksibil Papua ditanam dan dirawat dengan cara manual.
Biji kopi arabica

Dikemas Unik dengan Koteka

Koteka saja sudah unik, apalagi diisi dengan kopi. Kopi Koteka menjadi merek unggulan petani lokal. Pemerintah setempat tengah menggalakkannya menjadi oleh-oleh. Kopi Koteka telah dipromosikan ke beberapa negara di Eropa dan Australia. Keberadaannya sebagai kopi khas Papua banyak diminati orang asing.

Kopinya dinamakan koteka karena sesuai ciri khas masyarakat setempat. Tapi sesungguhnya koteka sendiri adalah singkatan dari kopi, ternak, dan kakao, program pembangunan ekonomi di kabupaten tersebut.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi