Patung Yesus salah satu wisata religi Tomohon

Sulawesi Utara tak hanya dikenal dengan keindahan alam bawah lautnya di Bunaken dan kulinari eksotiknya di pasar Tomohon. Tapi juga perjalanan wisata religi. Khususnya untuk umat kristiani. Ada beberapa tempat untuk melakukan wisata religi di daerah ini.

Hari Pertama Wisata Religi ke Tomohon: Patung Yesus, Linow, Pisang Goroho, Bukit Doa.

Di Tanah Malesung, 36 kilometer dari Bandara Udara Internasional Sam Ratulangi, Manado, terdapat sebuah kota kecil yang menyimpan sejuta pesona, Tomohon. Dulu merupakan bagian dari Kabupaten Minahasa, tapi sejak 2003 menjadi daerah otonom. Wilayah ini memiliki bentang alam yang menawan. Bahkan tak cukup sehari mengeksplorasi keindahannya.

Patung Yesus Memberkati

Di tengah perjalanan membelah ring road baru dari Bandara Internasional Sam Ratulangi menuju Tomohon, pelancong wisata religi akan melewati kompleks perumahan Citra Land. Jaraknya kira-kira 5 kilometer dari titik nol Kota Manado. Lokasi pemukiman elite ini tampak berada di antara dua bukit. Di bagian kiri, tampak Gunung Klabat, sementara di sisi kanan ada bukit-bukit hijau membentang. Terlihat pula Patung Tuhan Yesus Memberkati berdiri gagah jauh di ujung pandangan, yang dibangun sepuluh tahun lalu oleh pengembang Ciputra sebagai wujud syukur. Konsepnya mirip patung Yesus di Rio de Janeiro. Hanya, ukurannya lebih kecil. Wisatawan yang hendak ke Tomohon untuk wisata religi umumnya mampir sekadar untuk memotret.

Danau Linow

Danau tiga warna ini letaknya 30 kilometer dari Kota Manado atau bisa dicapai dalam satu jam. Di sana, pengunjung bakal dimanjakan dengan pemandangan kolam sulfur berwarna tosca, biru tua, dan hijau muda. Kalau beruntung, tiga warna ini bisa berubah menjadi kuning, hijau tua, atau biru muda. Perubahan terjadi lantaran unsur belerang di dalam danau terpapar langsung cahaya sinar matahari sehingga menimbulkan pembiasan. Belerang ini berasal dari sisa-sisa letusan Gunung Mahawu yang mengalami erupsi ratusan tahun lalu. Pengunjung hanya perlu membayar tiket masuk Rp 20 ribu per orang. Lantas bisa duduk nyaman di restoran tepi danau sembari menyeruput kopi Kotamobagu—kopi khas Sulawesi Utara—secara gratis.

Berburu Pisang Goroho

Masyarakat asli Minahasa gemar menyantap pisang goreng. Yang sangat khas di tanah ini adalah pisang goroho yang diiris tipis hampir menyerupai keripik. Penganan ini bisa dijumpai di kedai sepanjang jalan menuju Danau Linow. Namun yang paling direkomendasikan adalah kafe yang berada di kawasan danau itu. Di sana, pisang goreng tersebut dipadu dengan sambal roa. Minumannya, kopi Kotamobagu, salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Pisang goroho, sambal roa, dan kopi Kotamobagu memang menjadi santapan yang tak boleh dilewatkan di sini.

Bukit Doa dalam Wisata Religi Tomohon
Bukit Doa dalam wisata religi ke Tomohon

Bukit Doa

Seiring dengan pergeseran matahari yang mulai condong ke petilaman, perjalanan idealnya dilanjutkan ke arah utara, yakni daerah Kakaskasen Tiga. Dicapai hanya 30 menit dari Danau Linow. Melewati bukit-bukit hijau, kendaraan digiring menuju sebuah tempat wisata religi bernama Bukit Doa. Terdapat kapel dan gua Maria di kawasan tersebut, tapi tak menutup kemungkinan umat beragama lain datang berkunjung. Umumnya, mereka ingin berfoto di atas bukit dengan latar pemandangan Kota Tomohon sembari menikmati langit berubah kekuningan.

Bukit Doa ini dikelola secara pribadi oleh Ronald Korompis, pebisnis sukses asal Sulawesi Utara. Menurut Jonson Ponto, coaster yang bekerja merawat kapel di Bukit Doa, Korompis sekeluarga bermaksud mengajak orang yang datang dari segala penjuru negeri melepaskan kepenatan saat wisata religi ke Sulawesi Utara untuk berkunjung ke “rumah” seluas 132 hektare miliknya tersebut. Usut punya usut, rupanya Korompis pula yang mengelola Danau Linow.

Hari Kedua: Taman Bunga, Mujair Woku, Rumah Adat.

Taman Bunga Gardenia

Berada di Jalan Kawiley, Kakaskasen Dua, Tomohon. Kebun bunga dengan ratusan varietas di dalamnya itu menjadi surga bagi para pecinta keindahan. Masuk melewati gang kecil, tamu sudah disambut dengan para penjaja kembang di kanan-kiri. Bau harum khas kelopak yang jatuh terkena hujan semalam menyeruak ke penciuman. Sesampainya di lokasi, warna-warni sebuah taman berlatar gunung, sawah, dan pepohonan yang menyegarkan pandangan. Chuphea hyssopifolia (Taiwan beauty), pacar air, teratai, salvia, dan bromelia menyapa di barisan paling muka. Diikuti pakis monyet, lili kucai, serta piko putih dan ungu. Di belakang taman, ada sebuah resor dan restoran yang khusus disediakan buat para pelancong yang ingin bermalam.

Menyantap Mujair Woku di Si Neleyan

Restoran milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman ini memang menjadi tempat persinggahan paling ramai menjelang siang. Warung apung berkapasitas 200 orang ini secara strategis berdiri di pinggir Jalan Raya Tomohon. Wisatawan akan melewatinya bila berkendara dari Manado menuju Tomohon atau sebaliknya.

Hidangan paling istimewa kala bertandang ke Sulawesi Utara adalah masakan woku. Inilah menu andalan yang ditawarkan warung makan ini. Woku sejatinya cocok disandingkan dengan apa pun, baik dengan hasil laut maupun daging darat. Namun di Si Neleyan hanya mujair. Jadilah menu favorit di sana mujair kuah woku. Menu utama ini umumnya disantap bersama kangkung bunga pepaya dan perkedel jagung.

Rumah Adat Masyarakat Minahasa

Di sepanjang Jalan Tomohon-Tanawangko, rumah-rumah panggung berbahan kayu berjajar. Umumnya bertingkat dua atau tiga. Hampir semuanya terlihat megah dan berukuran besar. Bentuk bangunan serupa ini untuk menghindari terkaman binatang buas, maka dirancanglah bentuk rumah yang menyerupai panggung. Di dalamnya, biasanya hanya terdapat tiga kamar. Sisanya dibiarkan menjadi ruang terbuka yang luas. Di sanalah umumnya masyarakat Minahasa mengadakan pesta bersama para kerabatnya.

Namun deretan bangunan lepas-pasang di sepanjang jalan raya itu nyatanya bukan rumah penduduk, tapi rumah contoh yang siap dijual ke konsumen. Ya, jalan itu memang menjadi sentra penjualan rumah adat masyarakat Minahasa. Di samping rumah, perajinnya sibuk mengampelas kayu cempaka. Rumah panggung ini biasanya dijual ke luar kota, seperti Gorontalo, Makassar, bahkan luar pulau dan luar negeri. Per meter dihargai Rp 1,8 juta. Secara keseluruhan, umumnya rumah dijual dengan harga mulai Rp 200 juta. L

F. Rosana/A. Prasetyo

Yuk bagikan...

Rekomendasi