Pasir Pantai Ngurbloat di Pulau Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara, disebut-sebut sebagai nomor 1 di dunia lembutnya. Pantai Ngurbloat atau sering pula disebut sebagai Pantai Pasir Panjang yang lokasinya berada di pesisir Desa Ngilngof ini memang memiliki pasir sehalus bedak bayi. Jika itu dianggap hiperbola, warga setempat suka menyebut, “Sering dijuluki pasir selembut tepung,” kata Budhi Toffi, dari Dinas Pariwisata Maluku Tenggara.
Pasir Pantai Ngurbloat
Julukan tersebut benar-benar bukan alias yang hiperbola. Saat mengunjunginya Kepulauan Kei, dan merasakan langsung halusnya tekstur pasir di sana. Menginjakkan kaki di Pantai Ngurbloat, telapak serasa bersentuhan dengan tumpukan tepung. Tak terasa sedikit pun kepingan pecahan karang atau tekstur kasar seperti saat sedang menginjak kaki di pasir pantai-pantai lain.
Butiran-butirannya pun sangat kecil, bak bedak bayi. Lembutnya tekstur pasir Pantai Ngilngof membuat takjub wisatawan. “Kalau jalan di pantai kakinya enggak sakit,” tutur Paul, pelancong asal Jakarta.
Gaung pantai yang berjarak 12 kilometer dari Bandar Udara Karel Sadsuitubun di kota Langgur, ibukota Maluku Tenggara ini, tak cuma kesohor sebagai pantai dengan pasir yang lembut. Panjang bibir pantainya, yang membentang sejauh 3 kilometer, juga menyita perhatian. “Maka itu dinamakan Pantai Pasir Panjang, yang dalam bahasa lokal disebut Ngurbloat,” ucap Budhi.
Pantai Ngurbloat menghadap langsung ke pulau-pulau kecil. Pulau-pulau itu tercatat dalam area Kawasan Sepuluh Pulau. Tak jauh dari kawasan, terdapat sejumlah spot menyelam atau diving. Salah satu spotnya hanya berjarak 600 meter dari bibir Pantai Ngurbloat. Spot tersebut memiliki tekstur dasar laut yang curam atau membentuk cliff .
Pantai Ngurbkoat kesohor setelah agenda wisata nasional, Festival Meti Kei, digelar di sini pada 2017. Untuk menuju Pantai Ngurbloat, wisatawan bisa menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur. Tarifnya Rp 5.000 sekali jalan. Angkutan lokal itu berhenti tepat di jalan raya depan pantai.
Bisa juga menunggang travel dari Bandara Karel Sadsuitubun dengan tarif Rp 150 ribu. Bila wisatawan datang bergerombol ke Pantai Ngurbloat, Budhi menyarankan mereka menyewa mobil dengan harga berkisar Rp 600 ribu, sudah termasuk sopir dan bahan bakar minyak. Adapun tarif retribusi per mobil Rp 20 ribu, sedangkan motor Rp 5 ribu.
Namun berkunjung ke Pulau kei Kecil tak cuma pantai Ngurbloat. Ada atraksi lain, berenang di dalam gua. Ini yang terus ditawarkan pemerintah setempat sebagai salah satu atraksi untuk wisatawan. Adalah Gua Hawang atau Hawang Cave di Pulau Kei Kecil sebagai tempat untuk berenang di dalamnya. Gua yang berjarak 24 kilometer dari Bandar Udara (Bandara) Karel Sadsuitubun Langgur ini memiliki kolam air payau di dalamnya.
Kolam Gua Hawang berasal dari aliran mata air Evu yang arus airnya lantas bermuara di laut. Di gua ini, wisatawan bisa berenang bebas di antara stalaktit dan stalagmit. Konon, berenang di sini bisa awet muda. Airnya berkhasiat mengencangkan sel-sel wajah yang mengendur.
Dari jalan masuk menuju gua, kolam air payau itu tampak jelas. Airnya kebiruan seperti air laut. Juga bergradasi antara tosca, biru muda, dan biru tua. Saking jernihnya, dasar goa di beberapa sisi tampak jelas dari tepi kolam.
Di tengah gua, terdapat sebuah stalagmit yang menjulang tinggi bak tongkat bumi muncul dari permukaan. Stalagmit ini menjadi titik pemisah antara air dalam dan air dangkal. Air dalam berkedalaman sampai 3,5 meter. Sedangkan sisi dangkal hanya memiliki kedalaman 1,5 meter.
Kala masuk ke air, suhu kolam itu terasa sangat dingin. Namun segar. Bak berenang di laut yang jernih, tapi airnya tak asin. Di dinding-dinding gua, muncul tetesan air murni langsung dari stalaktit. Tetesan itu menimbulkan bunyi pung pung dan akan membuat sensasi berenang di alam liar makin seru.
Wisatawan yang berenang di Gua Hawang akan ditemani oleh anak-anak lokal. Mereka tak sungkan memandu turis untuk menyelam menyusuri dinding-dinding relief di gua tersebut.
Untuk menuju lokasi, perjalanan menuju Gua Hawang bisa ditempuh dengan menumpang angkutan umum dari Pasar Langgur dengan tujuan Desa Leguan. Angkutan tersebut akan melewati kawasan wisata Gua Hawang. Tarifnya Rp 7 ribu sekali jalan.
Selain wisata alamnya, saat melancong ke Pulau Kei jangan lupa berburu kuliner malam hari. Cobalah mencicipi olahan rica-rica ikan baronang dan sakuda. Dua ikan ini menjadi menu wajib yang pasti direkomendasikan warga lokal kepada para pelancong. Baronang dan sakuda ialah jenis ikan yang paling banyak dijumpai di perairan Kei. Kedua ikan ini memiliki daging yang tebal dengan rasa bawaan yang memang sudah gurih.
Baronang dan sakuda umumnya dimasak dengan campuran cabai keriting, bawang putih, bawang merah, dan kemiri, lantas dibakar. Bumbu rica-rica yang kuat, dipadu aroma bebakaran ikan yang wangi, berhasil membangkitkan selera makan. Apalagi ikan-ikan tersebut langsung dipasok dari nelayan setempat, yang sudah pasti segar.
Lezatnya ikan baronang dan sakuda rica-rica sukses membikin turis jatuh hati. Salah satunya Anggi, wisatawan asal Jakarta, yang ditemui di warung Forganza. “Enak banget. Juara. Ada sensasi manisnya. Mungkin karena ikannya adalah ikan segar,” tuturnya. Rasa rica-rica ikan baronang dan sakuda makin sedap terasa saat dikudap bersama sambal terasi. Terasinya pun didatangkan langsung dari Kepulauan Aru.
Untuk melengkapi santap malam, warga lokal biasanya menambahkan sayur bunga pepaya pada menu utamanya. Sayur ini menjadi pelengkap yang wajib ada, selain sambal terasi. “Makan ikan tanpa sayur bunga pepaya itu rasanya aneh,” kata seorang teman yang menemani jalan kali ini.
F. ROSANA