Pantai Sukamade, pantai tempat penyu mendarat dan bertelur adalah temuan kolonial Belanda pada 1927. Bertahun-tahun kemudian, pantai ini masih menjadi tempat terfavorit Penyu Hijau untuk menetaskan turunannya.
Pantai Sukamade
Malam sudah turun. Suasana di Sukamade praktis gelap, ketika beberapa orang terlihat berjalan menembus hutan, melintasi jalan tanah berlapiskan dedaunan kering. Mereka rombongan wisatawan asing yang ditemani petugas jagawana berjalan menuju pantai dengan panduan cahaya senter.
Sesekali petugas jagawana menyorotkan cahaya senternya menerangi jalan selebar tiga meter yang di kiri-kanan dipenuhi pepohonan besar khas hutan tropis. Sekitar satu kilometer berjalan menembus hutan, sinar bulan yang kala itu sedang penuh mulai menembus lebatnya ‘kanopi’ pohon. Makin jauh sinarnya semakin menerangi jalan. Jalan tanah berlapiskan daun beralih menjadi berpasir, keheningan hutan berganti dengan deburan ombak. Senter pun dimatikan, saatnya puncak atraksi di pantai itu: menunggu kedatangan penyu yang akan bertelur.
Pantai Sukamade di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal sebagai habitat tempat penyu bertelur secara alami. Belakangan, mungkin sekitar 30-an tahun terakhir, tempat ini memiliki fasilitas penetasan telur-telur penyu semi alami yang menambah nilai tersendiri bagi penikmat wisata pantai. Pasalnya wisatawan yang datang dapat mengikuti kegiatan pelepasan tukik, anak penyu, sebagai bentuk usaha dari konservasi penyu.
Pantai ini merupakan salah satu tempat bertelurnya beberapa spesies penyu, di antaranya penyu belimbing, penyu hijau, penyu sisik, penyu slengkrah. Dari ke empat jenis itu, penyu hijau-lah yang paling sering ditemui di pantai ini.
Lokasinya sendiri berjarak sekitar 97 km ke arah barat daya dari Banyuwangi, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu dari Segitiga Emas Banyuwangi, yaitu satu dari tiga tempat tujuan wisata utama yang ada di Banyuwangi, dua di antaranya Gunung Ijen, atau lebih dikenal sebagai Kawah Ijen, dan Pantai Plengkung. Sejarah pantai ini pertama kali di temukan pada masa pendudukan Belanda tahun 1927.
Sukamade memang berada di dalam kerimbunan perkebunan kopi dan coklat yang sekarang dikelola PTPN. Dulunya perkebunan-perkebunan ini pengelolaannya di tangan pemerintahan pendudukan Belanda.
Perjalanan menuju pantai ini dari Banyuwangi memiliki keasyikan tersendiri. Walaupun hampir seluruh jalan di Banyuwangi beraspal mulus, tapi sekitar 20 kilometer terakhir jalanannya berbatu sehingga lebih pas jika menggunakan kendaraan berpenggerak empat roda. Sepuluh kilometer setelah memasuki kawasan taman nasional jalan makadam menghadang.
Separuh jalanan di hutan lebat adalah menaiki bukit, separuhnya lagi menurun sebelum mencapai pantai. Bagi yang senang kegiatan alam bebas menggunakan kendaaan SUV yang mengguncang guncang badan dan menyeberangi sungai tanpa jembatan merupakan keasyikan tersediri sebelum menikmati ketenangan di pantai Sukamade.
Setidaknya ada dua sungai yang harus diseberangi tanpa jembatan. Kadang, jika beruntung, pengunjung bisa mengekor di belakang traktor perkebunan yang kebetulan sedang membawa hasil kebun melintasi sungai selebar sekitar 30-40-an meter. Setidaknya mereka hapal jalur yang tidak dalam atau berbatu. Ke dalaman air sekitar 25-50 centimeter. Jika tak bertemu traktor, ada baiknya ada yang turun untuk mengamati kedalaman sungai.
Sebagai tempat tujuan ekowisata di kawasan konservasi, di tempat ini wisatawan dapat secara langsung menyaksikan penyu bertelur, melepas tukik, camping hingga berkano pada sore hari sambil menunggu matahari tenggelam. Terdapat beragam fasilitas yang ada di pantai Sukamade antara lain pondok wisata, camping ground yang dilengkapi pendopo sebagai ruang pertemuan, jalan trail wisata, information center, laboratorium dan pondok kerja. Tentu saja, atraksi utama tetap penyu bertelur dan pelepasan tukik.
Di Sukamade penyu biasa datang untuk bertelur pada malam hari, karenanya segala jenis alat penerang dilarang digunakan di pantai di sini. Ini agar penyu bisa merasa nyaman. Setiap malam petugas mengamati kedatangan penyu, selain untuk mendata juga untuk menyelamatkan telur dari predator seperti babi hutan dan ulah manusia yang menjual telurnya.
Telur dikumpulkan untuk kemudian dibawa ke tempat penetasan. Seperti malam itu, saat AgendaIndonesia mampir, kami menunggu datangnya penyu dari jam 20.00 – 24.00 sambil menemani petugas berpatroli menyusuri pantai. Hampir setiap malam selalu ada penyu datang bertelur. Jika beruntung, kita bisa melihat penyu datang dari laut lalu menggali pasir untuk meletakkan telur-telurnya.
Petugas jagawana biasanya mengambil telur-telur dari lubang aslinya, lalu ditanam kembali di lubang-lubang penetasan yang dilindungi pada keesokan harinya. Seperti yang dilakukan setelah malam itu.
Matahari belum terlalu tinggi, ketika petugas menanam kembali telur-telur penyu yang diambil malam sebelumnya. Selain menanam telur, petugas juga mengajak wisatawan yang datang untuk melepaskan telur yang sudah menetas, dinamai dengan sebutan tukik, ke habitatnya, lautan luas.
Anak penyu atau tukik secara naluri akan kembali ke laut, berenang mengarungi samudra kehidupannya. Hingga suatu saat, jika mereka survive, tukik-tukik yang sudah menjadi penyu dewasa kembali ke Sukamade. Bertelur.
Rully K./Dok. TL