Lontong Cap Go Meh hari-hari ini banyak disajikan di resto-resto tanpa mengenal waktu. Padahal, pada mulanya, ini adalah sajian khas penutupan perayaan tahun baru Imlek. Khususnya di hari ke 15, cap go meh.

Lontong Cap Go Meh

Dari namanya, orang bisa langsung mahfum jika lontong cap go meh berkaitan erat dengan budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa. Persepsi itu tidak keliru, meski harus hati-hati melihatnya. Masakan ini sebenarnya hanya masuk khasanah khusus Peranakan-Jawa. Sedangkan kaum peranakan di Kalimantan dan Sumatera tidak mengenal hidangan ini. Oleh karena itu, hidangan ini hanya ada pada perayaan Imlek di kalangan masyarakat Tionghoa di Jawa, khususnya Semarang, Jawa Timur, dan  Betawi.

Dari cerita mulut ke mulut, lontong Cap Go Meh ini disebut-sebut sebagai adaptasi masyarakat Tionghoa terhadap masakan lokal Indonesia, khususnya di Jawa. Dahulu pendatang Tionghoa pertama kali bermukim di kota-kota pelabuhan di pesisir utara Jawa, seperti Semarang, Pekalongan, Lasem dan Surabaya. Masakan ini dipercaya sebagai lambang asimilasi budaya antara kaum peranakan dan masyarakat Jawa.

Lontong Cap Go Meh sendiri sebenarnya tidak berbeda dari lontong sayur biasa. Kondimennya pun mirip, yaitu lontong yang sudah terpotong-potong disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh atau sayur labu siam, sambal goreng hati, acar, telur pindang, bubuk koya, abon sapi, sambal, serta tidak lupa kerupuk.

Lalu di mana percampuran budayanya? Apa bagian dari masakan ini yang dibawa masyarakat Tionghoa?

Sebelum masuk Indonesia, masyarakat Tionghoa mempunyai masakan sejenis lontong, yakni yuanxiao. Ini adalah bola-bola tepung beras yang padat kuliner khas Ca Go Meh di Tionghoa. Ada anggapan tradisional Tionghoa yang menyatakan bahwa Yuanxiao yang padat melambangkan keberuntungan.

Masakan yang padat ini penting sebagai kebalikan dari bubur yang “diharamkan” saat perayaan Imlek. Bubur yang encer diangap membawa sial jika disajikan saat Imlek hingga hari ke 15.

Pada saat Laksamana Cheng Ho pada Dinasti Ming, sekitar tahun 1368-1644, masuk ke wilayah pesisir Jawa, terutama di sisi Semarang, banyak angota pasukannya yang berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dari pertemuan ini  terjadi perkawinan dengan perempuan-perempuan Jawa.


Dalam kehidupan sehari-hari, mereka lantas melihat ada lontong yang mirip Yuanxiao, hanya bentuknya panjang. Ini dianggap semakin melengkapi dengan falsafah saat perayaan Imlek yang biasanya identik dengan doa panjang umur. Bentuk lontong yang panjang juga dianggap melambangkan umur yang panjang.

Bagi masyarakat peranakan di Jawa, lontong Cap Go Meh dipercaya sebagai makanan yang membawa keberuntungan. Selain bentuk lontong yang melambangkan umur yang panjang, telur ayam dalam berbagai budaya juga dipercaya sebagai simbol keberuntungan, sedangkan kuah santan serta bumbu dengan kunyit dipercaya sebagai lambang emas dan kemakmuran.

Nama Cap Go Meh sendiri diambil dari dialek Hokkian yang berarti ‘malam ke 15’ alias malam bulan purnama menurut penanggalan Imlek. Dan Cap Go Meh adalah penutup dari perayaan tahun baru Imlek.

Rupanya kemudian berkembang, masyarakat peranakan melihat tradisi kuliner ketupat lebaran dan opor ayam. Mereka melihat bagaimana para santrai yang tersebar di banyak kota di pesisir utara Jawa merayakan Lebaran dengan menyantap ketupat atau lontong opor. Ini yang kemudian diadopsi dan dikawinkan dengan tradisi Imlek.

Lontong Cap Go Meh ada di banyak kota di pesisir pulau Jawa.
Lontong Cap Go Meh memiliki berbagai variasi, sesuai karakter masyarakat setempat. Foto: Unsplash

Dalam perjalanannya, lontong Cap Go Meh bisa berbeda di sejulah daerah. Di kawasan pecinan di Jakarta, Semarang, maupun Surabaya paduan kondimen lontong Cap Go Meh bisa tidak sama. Di Jakarta, misalnya, lontong Cap Go Meh biasanya menggunakan sayur lodeh. Sedangkan di kawasan lain bisa. Yang wajib adalah harus ada lontong dan opor ayam, sambel goreng jeroan, sama kerupuk udang.
Lalu, di mana orang bisa mendapatkan lontong Cap Go Meh yang enak? Rasa tentu saja selera, tapi berikut ada beberapa tempat yang menyajikannya.

Gado-gado Bonbin; Jl. Cikini IV No. 1, Jakarta Pusat

Gado Gado Bon Bin memang terkenal banget nih sama gado-gadonya yang melegenda. Tapi Selain gado-gado, lontong cap go meh di sini tidak kalah enak.

Lontong Cap Go Meh & Rujak Cingur Surabaya; Summarecon Mall Lt2

Lokasi Serpong yang jauh nggak akan terasa kalau dibalas dengan kelezatan lontong cap gomeh yang satu ini. Dengan sentuhan resep khas Surabaya

Sate Khas Senayan

Di resto ini menu lontong Cap Go Meh tersedia hampir sepanjang waktu dan dengan kondimen yang lengkap. Gerainya yang banyak memudahkan orang mendapatkan menu ini.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi