Batik Betawi mungkin belum sepopular batik dari Solo, Yogya, Pekalongan, atau Cirebon. Namun, sejak awal batik Betawi punya ciri khas, yakni motif mengkudu dan ceremai ciri khas Batik Betawi Terogong.
Batik Betawi
Matahari merangkak naik. Belum tinggi benar. Namun Halimah sudah bersimpuh di tengah saung bambu. Tangan kanannya memegang canting. Sedangkan tangan kirinya menahan selembar kain yang sudah terbentuk motif batik sepasang penari. Sorot matanya tak lepas dari setiap garis. Tangannya terus menuntun canting, menyusuri setiap garis dan lekuk motif.
“Abis dari urusan dapur. Beres nyuci ama masak. Baru ngerjain ini, nembok,” ujar perempuan berusia 67 tahun itu dengan logat Betawi. Sesekali pekerjaannya terhenti saat menjawab pertanyaan yang diajukan. Menurut Halimah, ia dapat merampungkan nembok dalam satu hari untuk satu lembar kain. Istilah nembok merupakan pengerjaan menutup bidang motif batik dengan lilin (malam).
Halimah mengaku sudah membatik sejak 1960-an. “Cuman waktu itu kita ngerjain doang. Ambil kainnya dari saudagar Cina dari daerah Karet,” katanya mengenang. “Banyak warga sini (Terogong) yang juga membatik,” ujarnya lagi. Tapi, kata dia, kegiatan membatik sudah tidak ada lagi sejak 1970-an.
“Pada 2012, keluarga besar Haji Minan memulai produksi sendiri batik yang dinamakan Batik Betawi Terogong. Tujuannya, selain untuk melestarikan batik khas Betawi yang sudah hampir punah, untuk membangkitkan kembali pamor batik yang hampir dilupakan masyarakat,” tutur Aap Hafizoh, salah seorang pengelola Batik Betawi Terogong.
Batik Betawi menggunakan teknik serupa dengan batik dari daerah lain yang menggambar menggunakan canting untuk mengalirkan lilin batik. Keunikan batik Betawi terletak pada motifnya yang menampilkan ikon-ikon khas betawi. “Ada yang bergambar ondel-ondel, penari ronggeng Betawi, alat musik tanjidor, atau landmark, seperti Monas dan Patung Pancoran,” ujar Aap, memaparkan.
Aap menambahkan, beberapa motif lain tak kalah unik dan malah menggambarkan hal-hal berkaitan dengan Betawi yang belum diketahui banyak orang. Contohnya, motif burung hong dan Masjid Krukut yang merupakan salah satu bangunan bersejarah. “Namun yang menjadi ciri khas motif Batik Betawi Terogong adalah motif mengkudu dan ceremai.”
Pohon mengkudu yang memiliki nama latin Morinda citrifolia dan ceremai (Phyllanthus acidus) itu dijadikan motif khas Batik Betawi Terogong, kata Aap, karena memiliki kenangan tersendiri. Menurut dia, kedua pohon itu tumbuh di halaman belakang rumah. Proses produksi Batik Betawi Terogong memanfaatkan lahan milik keluarga yang kini dihuni sekitar enam kepala keluarga.
Berdasarkan teknik pengerjaannya, terdapat dua jenis Batik Betawi Terogong, cap dan tulis. Harga batik tulis relatif sedikit lebih mahal ketimbang batik cap karena proses pembuatannya lebih rumit dan lama. Sebagai perbandingan, batik tulis dapat dirampungkan paling cepat satu minggu. Sedangkan batik cap dapat selesai dalam satu hari saja. Batik cap dihargai mulai Rp 100-300 ribu. Sedangkan batik tulis mulai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.
Selain kain batik, sanggar ini memproduksi pakaian jadi, seperti kemeja dan daster. Ada juga sandal, tas, dan dompet yang serba batik. Kampung Batik Betawi Terogong ini juga memberi kesempatan kepada para pengunjungnya untuk belajar membatik. Tak hanya siswa sekolah atau mahasiswa yang datang, tapi para wisatawan dari mancanegara bahkan sudah pernah datang ke sanggar yang terletak di Jalan Terogong, Jakarta Selatan, ini.
“Ada yang dari Australia, Brasil, Amerika Serikat, bahkan wisatawan Jepang. Waktu itu, tur operatornya mengontak saya lebih dulu, dan kami menyiapkan ruang khusus. Mereka kemudian mencanting, mempelajari sejarah batik, dan mencoba masakan Betawi langsung. Mereka puas sekali,” ujar Aap. Ia menyebutkan, mereka mengetahui informasi tentang Kampung Batik Betawi Terogong dari Internet dan media.
Kampung Batik Betawi Terogong memang terbuka untuk wisatawan setiap hari. Namun lebih disarankan untuk datang saat akhir pekan. Sebab, pada saat itulah semua perajin berkumpul dan bisa menghabiskan waktu seharian untuk membatik.
“Orang mengenal Jakarta sebagai Ibu Kota metropolitan. Karena itu, Kampung Batik Betawi ini menjadi sisi lain wisata Jakarta. Wisatawan yang datang ke sini dapat belajar membatik, mengenal kehidupan Betawi, dan makan masakan Betawi,” kata Aap, yang pernah mendampingi Miss Universe 2014 Paulina Vega Dieppa membatik di Pendopo, Alam Sutera, Tangerang Selatan, beberapa tahun lalu.
Dengan adanya Kampung Batik Betawi Terogong, Aap mengharapkan batik Betawi menjadi tuan rumah di kampung sendiri. Hal ini sesuai dengan tagline yang mereka usung: Tinggal di Betawi, kudu pake batik Betawi.l
Andry T./TL/agendaIndonesia
*****