Bengkalis dan Rupat rasanya kalah popular dibandingkan Pekanbaru, Siak atau bahkan Dumai. Padahal dua pulau ini tak kalah menariknya. Ke duanya bahkan intan yang belum diasah.
Bengkalis dan Rupat
Senja hampir beranjak pergi, ketika rombongan kecil kami menjejakkan kaki di Dermaga Tanjung Medang, Pulau Rupat Utara, di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, ini. Rasa lelah karena perjalanan dengan speed boat yang ditempuh sekitar 1,5 jam dari Pelabuhan Dumai terhapuskan dan segala rasa penasaran sirna.
Rupat Utara adalah salah satu dari 16 pulau utama yang berada di Kabupaten Bengkalis. Ia sejak lama sudah menjadi buah bibir masyarakat setempat. Pantainya yang berpasir putih, sepanjang kurang lebih 13 kilometer, kerap menjadi persinggahan bagi mereka yang sekadar hendak menikmati suasana santai dan tenang. Untuk menikmati indahnya sunrise di pagi hari pun, di sinilah tempatnya.
Kabupaten Bengkalis yang padasisi utaranya berbatasan dengan Selat Malaka, ini memang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan pesisir yang kental. Kabupaten yang berpenduduk sekitar 530 ribu jiwa ini memiliki dua pulau terbesar, yakni Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat.
Sungai Siak, yang membentang luas pun menjadi salah satu dari tiga sungai besar yang membelah kabupaten ini. Selain Sungai Siak yang merupakan sungai terdalam di Indonesia, masih ada Sungai Bukit Batu, Sungai Lubuk Muda, dan Sungai Mandau.
Menyebut nama Bukit Batu, bagi mereka yang mengikuti kisah tanah Melayu Sumatera, akan langsung mengingatkan pada sebuah nama besar, tokoh legendaris asal tanah Bengkalis ini. Alkisah, tersebutlah Datuk Laksamana Raja Di Laut, pahlawan Melayu nan sohor. Makam dari Sang Datuk yang amat dihormati masyarakat setempat ini, berada di Kecamatan Bukit Batu. Makam ini, dan kisah sejarah yang melatar belakanginya, menjadi salah satu destinasi wisata utama kabupaten ini.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis terlihat sedang melakukan pembenahan obyek wisata unggulan di daerah tersebut. Sebagai salah satu kabupaten tertua di Riau, Bengkalis punya potensi yang luar biasa dari sisi pengembangan pariwisatanya. Selain obyek wisata sejarah, kulinernya yang khas yakni lempok durian dan ikan terubuk, juga menjadi kekayaan wisata pantai yang siap merebut hati wisatawan baik lokal maupun dari negeri tetangganya, Malaysia.
Pulau Rupat Utara sendiri sejak lama dipersiapkan menjadi pintu gerbang utama masuk ke Provinsi Riau. Eperti disebut di muka, ia terletak di Selat Malaka dan hanya selangkah saja ke Negeri Jiran. Pulau Rupat Utara merupakan salah satu pulau terluar di Kabupaten Bengkalis. Keelokan pantai pasir putihnya sejatinya bisa menjadi daya tarik bagi para wisatawan, dan bukan sekadar ‘keindahan yang tersembunyi’.
Bagi masyarakat Bengkalis, Pulau Rupat disebut pulau harapan. Pulau ini sangat strategis. Karena dari perencanaan ASEAN Bridge, jembatan yang digadang-gadang akan menghubungkan Sumatera dan Semenanjung Malaysia, bakal melewati Pulau Rupat. Rencananya, sekitar 10 kilometer pantainya akan menjadi bagian yang eksklusif.
Bahkan, tarian asli Bengkalis ‘zapin api’ yang berunsur magis, dan amat menarik untuk ditonton, juga merupakan aset wisata budaya pulau ini.
Selain kondisi alamnya, kebudayaan setempat seperti tarian asli daerah ini, Zapin Api yang agak berunsur magis, cukup banyak menarik pengunjung untuk menikmatinya saat datang ke Kabupaten Bengkalis. Rupat sendiri sudah terdaftar di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai destinasi pariwisata nasional. Hanya memang persoalan infrastrukturnya yang masih harus banyak dibenahi.
Kondisi Pulau Rupat saat ini, jika membandingan dengan negeri tetangganya di seberang, memang agak ironi. Negeri di seberang sudah terkesan terang benderang, sementara saat kita memandang ke Pulau Rupat, pulau elok ini acapkali menyuguhkan suasana cenderung gelap, seolah tanpa penghuni, dikarenakan masih minimnya fasilitas listrik.
Dari sisi akses pun, jika ingin menyeberang ke Malaka, warga di Pulau Rupat hanya butuh waktu 45 menit untuk sampai ke sana dengan speed boat. Perihal infrastruktur ini, masyarakat setempat menginginkan ada pelabuhan internasional sehingga wisatawan dari Malaysia pun bisa langsung menyeberang ke Pulau Rupat. Karena belum ada, maka semua harus melalui Bengkalis, atau Dumai.
Nantinya jika sesuai rencana, akan ada feri langsung dari Pelabuhan Pakning (di Pulau Sumatera) dan berhenti di Pelabuhan Bengkalis, dan langsung menuju ke Pelabuhan Rupat Utara. Jika infrastruktur bagus, promosi gencar, maka wisatawan akan banyak yang tertarik.
Saat ini, Bengkalis sedang giat-giatnya menjaring investor. Karena Pulau Rupat masih minim akomodasi, begitu pula resor, resto, tempat-tempat makan yang memadai.
Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata pantai dan luar ruang akan dilengkapi di pulau ini. Seperti, motocross pantai, banana boat, sepeda air, outbound dan camping. Termasuk, wind surfing plus perahu kano yang digemari masyarakat dan wisatawan. Diharapkan, fasilitas ini akan menjadi daya tarik tersendiri, dan membawa Pulau Rupat hadir sejajar dengan destinasi favorit dunia lainnya.
Untuk sementara ini, ia masih menjadi permata yang tersembunyi. Tapi buat mereka yang ingin menikmati keindahan yang masih alami, cobalah sekali-kali agendakan kunjungan ke Bengkalis dan Rupat.
agendaIndonesia
*****