Buah Tangan Semarang, 5 Alternatif Pilihan

Kampung tematik Semarang menjadi andalan kota ini menarik wisatawan.

Buah tangan Semarang, Jawa Tengah, bisa disebut punya segudang oleh-oleh bagi mereka yang berkunjung ke sana. Bahkan sebagian sudah menjadi andalan pariwisata daerah ini, sebab banyak yang dicari oleh mereka yang sekadar melewati kota ini.

Buah Tangan Semarang

Di Semarang ada begitu banyak pilihan untuk sahabat maupun kerabat yang mungkin punya memori atas kota ini. Berikut ada lima pilihan oleh-oleh, mulai wingko, bandeng, dan moaci yang sudah terkenal sampai dengan batik dan kopi Semarang. Silakan dipilih.

Landmark-Naturalis

BATIK Indonesia tak hanya dari Solo dan Yogyakarta. Kota-kota lain di Tanah Air ini juga punya batik yang khas. Semarang, misalnya. Motif batiknya identik dengan landmark dan naturalis. Motif naturalis tersebut terinspirasi dari buah asem arang dan burung blekok. Konon nama Semarang diambil dari pohon asem yang tumbuhnya saling berjauhan tersebut. Sementara itu, motif burung blekok dicuplik dari keberadaan habitat blekok liar yang dulu banyak nangkring di kawasan Srondol, Semarang.

Sedangkan landmark menunjukkan tempat-tempat yang menjadi ikon Kota Semarang, seperti Gedung Lawang Sewu dan Tugu Muda. Belakangan, batik semarangan mengalami perkembangan yang pesat, baik

motif maupun warnanya. Di sentra batik Semarang, selembar kain batik dijual dengan harga bervariasi atau tergantung tingkat kesulitan, bahan, dan teknik yang digunakan. Batik tulis, misalnya, dihargai mulai Rp 175-950 ribu.

Batik Temawon; Kampung Batik Gedong No. 239, Semarang

Aneka Bandeng

RASANYA kurang afdal jika berkunjung ke Semarang tak membeli bandeng. Kota ini memang terkenal dengan bandengnya sejak dulu. Selain bandeng presto yang sudah terkenal, kini olahan bandeng lebih beraneka, seperti bandeng presto rasa teriyaki, sate bandeng boneless, bandeng dalam sangkar, bandeng otak-otak, bandeng duri lunak, bandeng asap duri lunak, hingga bandeng vakum.

Penggemar olahan bandeng dapat mampir wajib mampir ke pusat oleh- oleh, seperti Bandeng Juwana di Jalan Pandanaran 57 dan Jalan Pamularsih 70, Semarang. Di tempat ini, wisatawan seakan masuk ke ”surga” aneka olahan ikan bandeng yang menggoda selera. Harganya dari Rp 45-145 ribu per kilogram. Jika pembeli tak ingin repot membawanya sendiri, tersedia pula layanan pengiriman antarkota se- Indonesia.

Bandeng Juwana; Jalan Pandanaran No 57-59, Semarang

buah tangan Semarang sangat beragam, kadang harus keluar kota sedikit, misalnya ke Banaran, untuk mencicipi kopi khas daerah ini.
Kopi Banaran di Kabupaten Semarang. Foto: Nita/Dok TL

Kopi Banaran

DI KABUPATEN Semarang terdapat perkebunan kopi Banaran dengan
luas sekitar 45 hektare. Perkebunan kopi milik PT Perkebunan Nusantara IX itu kini juga dijadikan agrowisata bagi wisatawan, lengkap dengan penginapan. Setelah melepaskan penat dan menambah pengetahuan soal kopi di perkebunan ini, pengunjung dapat pula membeli bubuk kopi di tempat tersebut sebagai buah tangan.

Bubuk kopi dikemas dalam berbagai jenis dan harga. Jenis robusta dengan aroma moka hanya dibanderol Rp 18.500 untuk kemasan 250 gram. Sementara itu, Banaran Gold Classic Blend yang terdiri dari arabika dan robusta dengan komposisi masing- masing 50 persen dijual Rp 19.500 untuk kemasan seberat 230 gram. Yang paling mahal adalah kopi luwak. Dalam kemasan 80 gram, kopi luwak Banaran dibanderol Rp 528 ribu.

Kampoeng Kopi Banaran; Jalan Raya Bawen-Solo Km 1,5 Kabupaten Semarang

Wingko Kereta

MAKANAN yang terbuat dari ketan, gula pasir, kelapa, garam, dan air ini memang sudah dikenal sebagai ikon kulinernya Semarang. Kini wingko babad yang mulai diperkenalkan pada 1946 ini dengan mudah ditemui hampir di semua toko penjual oleh-oleh khas Semarang.

Tak hanya rasa original, penganan khas Semarang itu kini menyediakan berbagai varian rasa, seperti wingko rasa nangka, wingko rasa cokelat, wingko rasa durian, dan wingko rasa pisang. Harganya dari Rp 2.400 per buah. Selain dijual per buah, wingko itu biasanya dijual pula dalam dua paket kemasan, yaitu dus kecil seharga Rp 37 ribu dan dus besar seharga Rp 56 ribu.

Wingko Babad Kereta Api; Jalan Cenderawasih 14, Semarang

Bulat Renyah

BENTUKNYa bulat dan lembut. Saat dimakan, ada kejutan gurih, renyah, dan legit. Sekilas mirip dengan moci asal Sukabumi. Tapi moci khas Semarang ini berisikan lebih banyak kacang tanah. Kalau dulu hanya ada rasa original yang bertaburkan bubuk tepung, moci kini tersedia dalam beberapa rasa baru. Ada rasa talas, stroberi, durian, cokelat, dan pandan. Selain itu, untuk taburan luarnya, ada yang menggunakan wijen.

Pembuatannya yang tanpa menggunakan bahan pengawet ini hanya mampu membuat kue ini bertahan selama satu minggu saja. Tapi kalau disimpan di dalam lemari pendingin bisa bertahan hingga 2 minggu. Per dusnya dihargai dari Rp 16 ribu (isi 10 buah), Rp 25 ribu (isi 16 buah), dan Rp 32 ribu (isi 25 buah).n

Moaci Gemini; Jalan Kentangan Barat No 101 Semarang

agendaIndonesia

*****

Oleh-oleh Jadul dari Cianjur, 5 Yang Unik

Oleh-oleh dari Cianjur ada bermacam-macam yang unik, salah satunya manisan buah.

Oleh-oleh jadul dari Cianjur, Jawa Barat, ternyata banyak yang unik. Ada taoco yang produknya sudah mulai memproduksi sejak tahun 1880. Lantas ada manisan yang tokonya sudah berjualan sejak 1960-an, dan ada pula kacang asin sejak zaman Belanda.

Oleh-oleh Jadul dari Cianjur

Jika mau manisan, datanglah ke Cianjur. Manisan di kota ini memang sudah dikenal sejak lama. Toko-toko penjual manisan dapat dengan mudah ditemukan dalam satu jalur, tepatnya di Jalan Muwardi. Selain itu, bisa ditemukan di beberapa lokasi lain. Bahkan, tak cuma itu, kota ini juga terkenal dengan taoco dan kacang asin yang telah diolah sejak zaman Belanda. Di samping itu, sale jari yang terbuat dari pisang ambon dan bandrek juga cocok dijadikan buah tangan saat singgah ke kota yang terletak di antara Jakarta-Bandung via Puncak ini.

Buatan Sendiri

Jika Anda berkendara dari arah Puncak menuju Bandung, di sepanjang Jalan Dr. Muwardi, Cianjur, bisa ditemukan deretan toko manisan. Namun jika Anda ingin mencoba yang agak berbeda, bisa mampir ke Jalan H.O.S Cokroaminoto. Di toko Manisan Mulia Sari, manisan dibuat sendiri alias homemade.

Toko manisan ini sudah dibuka sejak 1960-an dan kini ditangani oleh generasi ketiga. Menurut empunya, manisan tersebut dibuat tanpa menggunakan gula bibit dan bahan pengawet. Alhasil, rasa manisannya memang terasa lebih segar. Yang menjadi favorit para pembeli adalah manisan mangga muda, kedondong, salak, dan pala. Harganya mulai Rp 12.500 per seperempat kilogram.

Manisan Mulia Sari; Jalan HOS Cokroaminoto No. 205; Cianjur

Pakai Patiman

Bagi Anda penggemar taoco, pastinya sudah dengar ketenaran taoco cap Meong. Taoco asal Cianjur itu memang sudah lama ada. Diperkirakan, mulai beroperasi sejak 1880. Bangunan tokonya pun masih berupa bangunan lama. Di depan tokonya terpampang sebuah plang yang bertuliskan “Tauco No. 1 Buatan Nyonya Tasma, Cap Meong”.

Dalam soal rasa, para penggemarnya mengakui taoco ini memiliki rasa yang prima. Proses pengolahannya terbilang masih tradisional. Pemilik menggunakan baskom tanah liat atau yang biasa disebut patiman untuk melakukan proses fermentasiselama 3 bulan. Itu pun kalau cuaca sedang bagus. Jika tidak, proses fermentasi akan berlangsung lebih lama lagi. Taoco dijual dalam kemasan botol berukuran 200 ml, 350 ml, dan 1 liter. Harganya mulai Rp 15 ribu per botol.

Tauco Meong; Jalan HOS Cokroaminoto No. 160; Cianjur

Seukuran Jari

Jika Anda berangkat dari arah Sukabumi menuju Cianjur, Anda mungkin akan menemukan sebuah pusat jajanan di sisi kanan jalan. Lokasinya sudah mendekati Kota Cianjur. Oleh-oleh di tempat yang merupakan usaha kecil dan menengah  ini lumayan lengkap. Mulai kerupuk, manisan, rengginang, hingga—yang spesial—sale jari.

Jika sale pisang biasanya lunak dan berukuran besar, lain halnya dengan sale yang terbuat dari pisang ambon ini. Salenya justru renyah. Selain itu, ukurannya mungil. Kira-kira seukuran jari telunjuk dewasa. Mungkin karena bentuknya itu, dijuluki sale jari. Untuk satu bungkus dengan berat seperempat kilogram dijual Rp 10 ribu.

Toko Manisan Putra Sawargi; Jalan Raya Sukabumi-Cianjur, Warung Kondang; KM 9 No. 9; Cianjur

Oleh-oleh jadul dari Cianjur ada yang sudah digemari masyarakat sejak tahun 1880.
Oleh-oleh dari Cianjur berupa kacang asin cap Pohon Beringin yang sudah ada sejak zaman Belanda. Foto: Rully K./Dok TL.

Kacang dari Zaman Belanda

Oleh-oleh terkenal dari Cianjur lainnya adalah kacang asin cap Pohon Beringin. Kacang asin itu konon sudah ada sejak zaman Belanda. Kini sudah diteruskan ke generasi kedua. Selain renyah, rasa asinnya pas dan tidak terlalu berlebihan di lidah saat dikunyah.

Selain dapat ditemukan di toko pembuatnya, kacang asin yang merupakan industri rumahan ini dapat dengan mudah ditemui di pusat jajanan di Cianjur. Dijual dalam kemasan 250 gram dan 500 gram. Harganya masing-masing Rp 10 ribu dan Rp 20 ribu.

Kacang Asin Pusaka; Cap Pohon Beringin; Jalan Suroso No. 7; Cianjur

Bandrek dan Bansus

Masih dari Cianjur, ada satu minuman khas Sunda yang terkenal, yakni bandrek. Bandrek jika dikonsumsi secara rutin diyakini dapat memperlancar peredaran darah, mempercepat penyembuhan stroke, mencegah impotensi, dan meningkatkan vitalitas pria. Menurut cerita, bandrek sebenarnya adalah minuman keluarga. Namun kini berkembang menjadi industri.

Ada dua merek bandrek terkenal dari Cianjur, yakni cap 2 Pigeons dan Penguin. Meskipun sama-sama menggunakan gula aren dan rempah-rempah, penjual menyebut “bandrek” untuk cap 2 Pigeons dan “bansus” untuk cap Penguin. Harganya Rp 10 ribu per pak dengan isi 10 kotak.

Toko Alam Sari; Jalan Dr. Muwardi No. 54; Cianjur

agendaIndonesia/Andry T./Rully K./TL

*****

Jajanan Legendaris Bandung, 5 Yang Bikin Kangen

Jajanan Bandung legendaris ada banyak macamnya, salah satunya adalah batagor.

Jajanan legendaris Bandung ada beraneka ragam. Rasanya bahkan setiap bulan muncul satu jajanan baru yang langsung hip. Semua orang langsung membicarakan dan ingin mencobanya.

Jajanan Legendaris Bandung

Kota Bandung, Jawa Barat, memang boleh dibilang memang pusatnya jajanan. Hampir di setiap sudut kota terdapat toko atau warung jajanan. Tak hanya itu, tren penganan juga selalu muncul dari Kota Kembang. Namun beberapa buah tangan berikut ini seperti mengalami pengecualian. Kudapan tersebut masih bertahan sejak dulu sampai kini. Kehadirannya seakan tak tergerus tren. Ada yang memulai usaha sejak 1930 dan diteruskan ke generasi berikutnya. Ada pula yang sudah berkembang menyediakan berbagai variasi jajanan.

Peuyeum Tradisional

Mencari jajanan yang benar-benar tradisional bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Berun- tung masih ada Colenak Murdi Putra. Colenak, singkatan dari “dicocol enak”, memang jajanan terkenal di Bandung sejak dulu. Pengolahan penganan khas Jawa Barat ini masih sangat tradisi- onal. Peuyeum alias tape singkongnya dipanggang dengan arang. Sedangkan gula sebagai cocolan peuyeum dimasak memakai kayu bakar.

Rasanya? Benar-benar membawa kita bernostalgia. Sejak dibuka pada 1930, Colenak Murdi Putra masih konsisten menggunakan peuyeum putih asal Cimenyan. Harganya hanya Rp 8.000 per porsi dengan pilihan rasa: orisinal, durian, dan nangka. Selain
di gerai pusat dan cabang, colenak
ini dapat diperoleh di berbagai pasar swalayan di Bandung.

Colenak Murdi Putra; Jalan Ahmad Yani No 733, Bandung Jalan Raya Cibiru No 3, Bandung

Lemper ala Julie

Jika biasanya dibuat dengan cara dikepal-kepal, lain halnya lemper yang satu ini. Lemper ala Julie dibuat di loyang dengan berlapis-lapis isian. Lapisan pertama berisi ketan, lapisan berikutnya daging cincang, dan lapisan terakhir ketan. Karena cara pem- buatan itulah penganan ini disebut lapis lemper.

Daging yang dipakai juga bukan daging ayam yang biasa digunakan lemper pada umumnya, melainkan daging sapi segar. Alhasil, potongan lemper terlihat lebih rapi dengan mem- perlihatkan isi daging. Resep khas Julie Sutardjana atau Oma Julie ini dicip- takan pada 1960-an. Harga per buah hanya Rp 3.500.

Kedai Nyonya Rumah; Jalan Naripan No 92C, Bandung Jalan Trunojoyo No 29, Bandung

Batagor

Jika berkunjung ke Bandung, hampir pasti dengan mudah kita menemukan batagor di setiap sudut jalan. Salah satunya, Batagor Isan. Belakangan ini namanya semakin naik daun menyaingi batagor yang lebih dulu terkenal. Bumbu batagor ini terlihat lebih merah meskipun sama-sama menggunakan bahan dasar kacang tanah.

Rasa yang ditawarkan juga berbeda, dengan harga relatif lebih murah. Harganya tak sampai Rp 15 ribu per buah. Selain cocok dimakan di tempat, tahu berisi adonan sagu dan ikan tenggiri itu dapat dibawa pulang. Sebelumnya, batagor digoreng setengah matang agar tidak mudah basi. Pertama kali buka di daerah Bojong Loa pada 1980-an, sampai sekarang sudah ada 13 gerai cabang Batagor Isan tersebar di Kota Bandung.

Batagor & Mi Baso Isan; Jalan Mohammad Toha No 118, Bandung

Jajanan legendaris Bandung begitu banyak ragamnya, mulai dari penganan tradisional hingga kopi yang hampir menapai 1 abad.
Kopi Aroma Bandung menjadi salah satu legenda Kota Kembang ini. Foto: Dok. Kopi Aroma Bandung.net

Kopi Legendaris

Di antara toko-toko bahan bangunan dan onderdil di kawasan Banceuy, terselip sebuah toko kopi yang popularitasnya mencapai mancanegara. Didirikan pada 1930 oleh Tan Houw Sian, toko kopi sekaligus pabrik itu kini ditangani anaknya, Widyapratama.

Selain dijual dalam bentuk bubuk, terdapat kopi yang masih berupa biji. Tersedia dua jenis kopi, yakni kopi robusta berusia lima tahun dan kopi arabika delapan tahun. Menjual kopi jenis kopi robusta dengan harga yang relatif murah.

Kopi Aroma; Jalan Banceuy No 51, Bandung

Jajanan legendaris Bandung tak bisa melupakan Bollen Pisang khas Kartika Sari.
Bollen Pisang Kartika Sari yang selalu bikin kangen. Foto: Dok. Kartika Sari

Dominasi Bollen

Berbicara ihwal tren jajanan di Kota Kembang, mungkin kita tidak bisa melupakan Kartika Sari. Toko kue yang mulai buka pada 1980-an ini terkenal karena menjadi pelopor pisang bollen keju. Sampai saat ini sudah ada tujuh cabang Kartika Sari tersebar di Bandung dengan lebih dari 126 varian jajanan. Namun pisang bollen keju masih mendominasi penjualan Kartika Sari. Selain bollen pisang, kini mereka juga menjual varian lain seperti tape dan lainnya. Ini selalu cocok dijadikan oleh-oleh jika kita bepergian ke Bandung.

Kartika Sari; Jalan Haji Akbar No 4, Kebon Kawung, Bandung

agendaIndonesia/TL

*****

Kopi Oksibil Papua, Ini 5 Keistimewaannya

Kopi Oksibil Papua menjadi salah keunggulan daerah itu dan sering disebut emas hitam.

Kopi Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua, adalah salah satu biji kopi terbaik dari Indonesia. Kualitas biji kopi di Indonesia tak perlu diragukan lagi. Hampir setiap tahun, kopi dari berbagai daerah di Tanah Air memenangi kontes di level internasional.

Kopi Oksibil Papua

Kondisi geografis Indonesia yang berupa barisan pegunungan membuat kopi tumbuh dengan baik. Alhasil, selain menjuarai kompetisi kopi level dunia, Indonesia tercatat sebagai pemasok biji kopi ke tiga terbesar di dunia setelah Vietnam dan Brasil.

Bicara biji kopi Indonesia, hampir semua berkualitas baik. Namun, salah satu yang terbaik tumbuh di daratan Pegunungan Bintang, tepatnya di Oksibil, Papua. Seorang roaster yang memperoleh sertifikasi dari Speciality Coffee Associaton of America, Hideo Gunawan, pernah mengadakan penjelajahan singkat mengenai kopi Oksibil selama dua pekan pada Februari 2018.

Secara umum Hideo mengatakan, kopi Oksibil Papua berwarna hitam pekat. Ketika disruput, terasa pahit di mulut, tetapi lalu meninggalkan jejak rasa sitrun di lidah. Itulah pengalamannya mencicipi kopi Oksibil dari Pegunungan Bintang, Papua.

Kopi Oksibil Papua cocok diseduh dengan cara apapun, namun rasa sitrusnya keluar ketika diseduh dengan cara tubruk
Menyeduh kopi dengan cara V60.

Biji kopi jenis arabika typica ini dapat disajikan dengan berbagai metode, di antaranya V60, tubruk, atau dicampur dengan susu dan menjadi latte. Membandingkan penyeduhan V60 atau dicampur susu, rasa sitrun yang menjadi karakteristik utama kopi oksibil Papua ini paling terasa saat disajikan ternyata adalah kopi yang diseduh dengan metode tubruk. Pohon kopi arabika typica umumnya lebih besar dengan buah yang lebih sedikit dibandingkan dengan pohon kopi varietas lain, seperti yang banyak ditanam di Sumatera.

Pohon-pohon kopi yang ditanam pada ketinggian sekitar 1.900 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini juga memiliki usia produktif yang lebih lama, yakni mencapai 30 tahun, dibandingkan dengan pohon kopi jenis hibrida yang hanya sampai 10 tahun.

Suhu dingin berkisar 15 derajat Celcius, tanah yang subur, dan buah yang lebih sedikit menjadikan zat gizi yang tersimpan dalam biji kopi Oksibil makin tinggi dan rasanya menjadi lebih enak. Ada lima distrik yang sudah menghasilkan kopi. Peminatnya sudah tinggi dari luar negeri seperti Australia, Selandia Baru, atau Eropa.

Kalau ada yang memiliki kesempatan mengunjungi Oksibil di Papua, selain menikmati keindahan alamnya, saat mengunjungi kota kecil yang berpenduduk 100.686 jiwa ini wajib mencicipi kopinya. Orang sering menyebutnya sebagai Kopi Koteka khas Pegunungan Bintang atau orang juga menyebutnya kopi Oksibil Papua.

Kopi Papua dari Pegunungan Bintang merupakan kopi organik dengan kualitas terbaik. Ini berkat tanah Papua yang masih sangat subur sehingga kualitas kopi yang dihasilkan sangat baik. Kopi yang ditanam petani secara tradisional tanpa menggunakan pupuk kimia juga tanpa pestisida sehingga menghasilkan kopi kualitas baik.

Sejatinya apa saja keistimewaan kopi Osibil Papua ini? Seorang barista di Jakarta menjelaskan sejumlah keistimewaan kopi Oksibil. Di antaranya berikut ini.

Berjenis Arabica Tipika

Biji kopi Oksibil berjenis Arabica Tipika. Pohon kopi jenis ini bukan merupakan hibrida atau hasil perkawinan. Ciri-cirinya, jarak antar-dompol buah berjauhan. Ukuran pohonnya pun lebih besar. Ini menunjukkan kualitas varietal kopi lebih baik daripada kopi Arabica pada umumnya.

Pohon kopi Arabica Tipika memiliki usia produktif hingga 30 tahun. Berbeda dengan pohon hibrida yang batas usia produktifnya hanya sampai 10-11 tahun.

Ditanam di Ketinggian dan Suhu Ideal

Pohon kopi Oksibil ditanam di ketinggian lebih dari 1.900 mdpl, melampaui rata-rata kopi lainnya yang tumbuh di daratan 1.500 mdpl. Suhu di ketinggian itu berkisar 18-23 derajat. Ditilik dari ketinggian dan suhunya, ini merupakan lahan ideal bagi kopi Arabica untuk tumbuh baik.  

Makin dingin suatu tempat, biji akan makin lama matang. Alhasil, gizi pada kopi pun makin menumpuk. Proses pematangan yang lamban akan membuat biji biji memiliki acidity atau tingkat keasaman yang tinggi.

Proses Pengelolaan Manual

Segala proses pengelolaan kopi dilakukan secara manual di Oksibil, tapi petani setempat paham cara memperlakukan biji dengan tepat. Mulai pengulitan hingga penyangraian. Namun, tanpa diedukasi sebelumnya, insting petani untuk memperlakukan biji kopi diklaim sudah tepat.

Misalnya petani akan memetik biji yang benar-benar sudah merah. Lalu mereka tak menjemur biji kopi di atas lahan tanah, sehingga kualitas tetap terjaga.

Panen Hampir Sepanjang Tahun

Meski ada panen raya, biji kopi Oksibil akan terus diproduksi sepanjang tahun. “Panen per petani itu tidak sama waktunya sehingga kesannya biji kopi Oksibil ada terus,” kata Hideo. Adapun panen besar akan dirayakan umumnya bulan Mei. Tiap panen, petani yang masing-masing memiliki 1.000 pohon kopi akan memproduksi 300-600 kilogram biji.

Kopi Oksibil Papua ditanam dan dirawat dengan cara manual.
Biji kopi arabica

Dikemas Unik dengan Koteka

Koteka saja sudah unik, apalagi diisi dengan kopi. Kopi Koteka menjadi merek unggulan petani lokal. Pemerintah setempat tengah menggalakkannya menjadi oleh-oleh. Kopi Koteka telah dipromosikan ke beberapa negara di Eropa dan Australia. Keberadaannya sebagai kopi khas Papua banyak diminati orang asing.

Kopinya dinamakan koteka karena sesuai ciri khas masyarakat setempat. Tapi sesungguhnya koteka sendiri adalah singkatan dari kopi, ternak, dan kakao, program pembangunan ekonomi di kabupaten tersebut.

agendaIndonesia

*****

Buah Tangan Banyuwangi, 5 Yang Layak Dibawa

Buah tangan Banyuwangi banyak ragamnya, dari yang berbentuk produk kerajinan seperti batik atau patung dan topeng barong, ada juga beragam penganan. Batik? Betul, memang batik Banyuwangi belum sepopuler saudara-saudaranya dari Yogya, Solo, Pekalongan, Cirebon, bahkan Madura, namun ia salah satu yang memiliki ciri khas.

Buah Tangan Banyuwangi

Kota di ujung timur pulau Jawa ini juga memiliki aneka panganan kecil yang unik. Sebutlah bagiak, yang mengingatkan kita pada bagea dari Manado, atau ada pula ladrang dan sale pisang. Berikut ada enam oleh-oleh Banyuwangi, Jawa Timur, yang layak dibawa pulang sebagai buah tangan.

Batik Banyuwangi

Batik Banyuwangi dikenal sebagai batik pesisiran. Motifnya beragam, umumnya flora dan fauna, yang terkenal adalah motif Kopi Pecah hingga Gajah Oling. Ada juga motif Kangkung Setingkes, Kawung, Gedekan, Sembruk Cacing.

Yang terkenal adalah motif gajah oling, itu sebabnya batik Banyuwangi sering juga dieknal sebagai batik gajah uling. Motif ini berupa belalai gajah yang membentuk tanda tanya. Kini batik Banyuwangi memiliki 43 motif lain. Hampir seluruh motif memiliki filosofi tersendiri.

Sejarah batik Banyuwangi masih dipengaruhi batik Mataraman. Selain itu, ada juga pengaruh Timur Tengah, Tiongkok dan lainnya. Karena itu, batik Banyuwangi semarak dengan warna-warni biru, merah, kuning, hijau, dan oranye. Tersedia dalam bahan katun dan sutra, baik tulis maupun cetak.

Umah Batik Sayu Wiwit; Jalan Sayu Wiwit, Kelurahan Temenggungan; Banyuwangi

Anyaman Bambu

Produk kerajinan lain yang bisa dijadikan buah tangan adalah produk kerajinan anyaman bambu. Adalah desa Gintangan di Kecamatan Rogojampi sebagai  sentra produk anyaman bambu terbesar di Banyuwangi, bahkan di Jawa Timur. Sentra ini menghasilkan lebih dari 100 produk kerajinan bambu. Dari hiasan dinding hingga perlengkapan dapur. Dipasarkan tak hanya di Indonesia, tapi juga ke luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara di Asia Tenggara.

Salah satu produsen produk anyaman bambu adalah Widya Handicraft. Tempat ini memproduksi aneka produk dari stoples bambu, tempat buah, wadah tisu, tempat koran, kap lampu, wadah perhiasan, dan lain-lain. Harga bervariasi atau bergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan. Tempat buah dan satu set stoples, misalnya, harganya mulai Rp 100 ribuan. Semua produk menggunakan bambu apus yang terkenal kuat dan banyak tumbuh di kawasan itu.

Widya Handicraft; Desa Gintangan; Rogojampi; Banyuwangi

Buah tangan Banyuwangi banyak ragamnya, mulai dari produk kerajinan hingga panganan.
Kesenian Barong Banyuwangi yang biasa dipentaskan saat ada warga yang punya hajat. Foto: shutterstock

Patung Barong

Di Banyuwangi ada kebiasaan masyarakat asli setempat, dikenal sebagai masyarakat Using, saat mempunyai hajatan akan menggelar kesenian Barong. Sepintas, barong Banyuwangi mirip dengan barong Bali. Bedanya barong Banyuwangi  lebih kecil dan ornamennya didominasi warna merah-kuning. Di Desa Kemiren, barong dipakai untuk ritual bersih desa setelah Lebaran.

Selain sebagai kesenian, sama seperti juga dengan di Bali, barong Banyuwangi juga dibuat barang kerajinannya sebagai kenang-kenangan. Suvenir barong Banyuwangi memiliki tinggi sekitar 30 sentimeter dengan panjang 25-an  sentimeter. Barong ini dilengkapi dengan suara gamelan yang direkam dari aslinya dan dapat bergerak ke kanan dan kekiri. Selain barong, ada juga patung penari gandrung.  

Kerajinan Kayu Rahmat Jaya; Jalan Dr Rasyad N0 249, Banyuwangi

Alat Musik Kalimba

Kalimba sejatinya alat musik dari Afrika Selatan. Alat musik yang terdiri dari kotak suara dan tuts-tuts logam ang ymenempel di bagian atas dan biasanya dimainkan dengan ke dua jempol tangan. Kalimba terbuat dari tempurung kelapa dan kayu sebagai penutup. Tujuh baris lempang besi berjajar di atasnya berfungsi sebagai tuts. Ada bolongan di tengahnya.

Ada tiga jenis kalimba. Pertama, perpaduan tempurung kelapa dan kayu sonokeling; lalu ada pula kalimba dengan hiasan cat warna-warni; dan terakhir yang banyak ditemui, mungkin karena yang termurah, ialah kalimba dengan penutup kayu mahoni polos. Dengan harga yang tak terlalu mahal, di bawah Rp 100 ribu, alat ini layak dibawa untuk oleh-oleh atau kenang-kenangan.

Supriyanto Kalimba; Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi; Banyuwangi

Kue Bagiak

Bagiak adalah kue kering tradisional Banyuwangi yang dulu hanya disajikan saat Lebaran. Bentuknya seperti telunjuk orang dewasa. Berwarna putih kecokelatan. Berbahan utama tepung tapioka dan parutan kelapa yang disangrai.

Bisa ditemui di berbagai pusat oleh-oleh Banyuwangi.

Saat ini pengunjung bisa mencicipi berbagai macam varian rasa yang ditawarkan kue bagiak. Beberapa di antaranya adalah kacang, jahe, susu, durian, vanilla, pandan atau lainnya. Banyak wisatawan membawa untuk oleh-oleh, selain harganya tidak mahal, bagiak juga mudah ditemui di toko-toko oleh-oleh. Dan satu lagi, kue kering ini tahan lama.

Rumah Kue Gajah Oling; Jalan Imam Bonjol 34; Banyuwangi

agendaIndonesia

*****

Keripik Balado Christine Hakim, Sejak 1990

Keripik Baladi Christine Hakim menjadi oleh-oleh yang paling terkenal dari Sumatera Barat.

Keripik Balado Christine Hakim, terutama yang berbahan singkong atau ubi kayu, begitu populer selama bertahun-tahun. Meski kemudian banyak pesaing yang masuk pasar ini, Keripik balado Christine Hakim tetap dicari sebagai buah tangan ketika wisatawan berkunjung ke Padang atau daerah Sumatera Barat lainnya.

Keripik Balado Christine Hakim

Keripik balado memang merupakan salah satu penganan khas Sumatera Barat. Biasanya, cemilan renyah nan pedas ini banyak ditemukan di kota-kota besar seperti Padang dan Bukittinggi, yang hingga sekarang adalah dua sentra pembuatan dan penjualan keripik tersebut.

Tak terkecuali Keripik Balado Christine Hakim, yang dirintis sejak 1980-an. Adalah Christine Hakim, wanita kelahiran Padang 29 Agustus 1959, yang bersama kelima saudara kandungnya memulai bisnis keripik balado ini.

Niat itu tercetus karena merasa kasihan melihat sang ibu harus banting tulang menghidupi keluarga, karena mendiang ayahnya telah tutup usia sejak dirinya masih kecil. Terlebih, baik Christine maupun saudara-saudaranya tak sempat lulus SD.

Dari situlah muncul ide untuk membuat keripik balado dalam kemasan, yang kemudian dititipkan kepada warung-warung milik tetangga mereka. Alasannya, modal yang diperlukan untuk membuat keripik tersebut tak terlalu besar dan relatif mudah didapat.

Keripik Balado Christine Hakim pada dasarnya keripik singkong yang dibuat dengan bumbu racikan cabe merah, gula pasar dan sebagainya.
Keripik Balado Christine Hakim oleh-oleh legendaris Sumatera Barat. Foto: Istimewa

Keripik balado pada dasarnya merupakan keripik singkong yang dibuat dengan bumbu racikan bahan-bahan seperti cabe merah, gula pasir dan sebagainya. Christine kemudian mencoba membuat racikan yang membuat keripik baladonya khas dibandingkan dengan yang lain.

Namun bisnis tersebut masih tergolong bisnis kecil-kecilan yang sekadar cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah menikah pada tahun 1990, Christine memutuskan untuk membangun usahanya sendiri bersama sang suami.

Perlahan-lahan, ia mulai menata bisnisnya lewat beberapa inovasi. Salah satunya adalah memberikan nama serta logo dari brand produknya. Ia pun memutuskan untuk menggunakan namanya sendiri, dengan logo gambar rumah gadang sebagai ciri khas Sumatera Barat.

Keripik Balado Christine Hakim melengapi SUngai Batang Arau sebagai ikon Padang
Sungai Batang Arau yang melintasi Padang.

Terobosan ini membuatnya termasuk pelopor dalam penjualan produk oleh-oleh di Sumatera Barat, dalam hal menggunakan kemasan dan merk sendiri. Ini membuatnya cepat dikenali dan lebih mudah dicari ketimbang produk oleh-oleh lainnya.

Hal inilah yang mulai membuat keripik balado buatannya naik daun dan mulai dikenal banyak orang. Konsumen pun mulai berdatangan mencari keripik balado buatannya, walaupun saat itu promosinya masih dari mulut ke mulut.

Tahun demi tahun berlalu dan animo pembeli terus meningkat. Usaha yang awalnya dirintis dari rumahnya di sebuah gang sempit, semakin lama tak lagi mencukupi untuk memenuhi jumlah pembeli yang semakin membludak.

Karena itulah, akhirnya Christine memutuskan untuk memindahkan tokonya ke sebuah ruko di jalan Nipah. Toko inilah yang kemudian menjadi sentra penjualan produk-produk Keripik Balado Christine Hakim hingga kini.

Inovasi lainnya yang membuat produk-produknya senantiasa diminati orang adalah diversifikasi produk secara konsisten. Kalau dulu keripik balado merah menjadi produk satu-satunya, kini terdapat juga keripik balado hijau, keripik balado udang, keripik balado teri, dan sebagainya.

Bahkan ia juga gencar berpromosi dengan menggunakan baliho-baliho berukuran 10×5 meter yang dapat wisatawan temukan di kawasan-kawasan strategis, seperti di area sekitar bandar udara dan beberapa persimpangan jalan di kota Padang.

Harapannya, ia ingin agar produk-produk Keripik Balado Christine Hakim tidak hanya menjadi kudapan kegemaran warga Padang dan Sumatera Barat saja, tetapi juga menjadi pilihan utama oleh-oleh bagi para wisatawan yang datang.

Tak hanya itu, kini tokonya juga menjadi rumah bagi sekitar 700 produk dari 300 UMKM (usaha mikro kecil menengah) lainnya yang bermitra dengannya. Ini semakin mengukuhkan Keripik Balado Christine Hakim sebagai sentra oleh-oleh khas Padang dan Sumatera Barat.

Keripik Balado Christine Hakim kemudian mengambangkan Christine Hakim Idea Park sebagai tempat wisata.
Christine Hakim Idea Park. Foto: CHIP

Pada 2016, ia mendirikan Christine Hakim Idea Park (CHIP), sebuah pusat perbelanjaan seluas 12 ribu meter persegui. Pengunjung dapat menemukan pusat oleh-oleh, Food Hall yang menyajikan makanan khas Sumatera Barat, serta wahana permainan air dan ice skating.

Diharapkan, konsumen akan semakin mudah mendapatkan beragam produk-produk Keripik Balado Christine Hakim, utamanya sebagai oleh-oleh. Selain itu, adanya CHIP Waterpark dan ice skating juga menjadi alternatif tempat rekreasi bagi wisatawan.

Produk unggulan Keripik Balado tentu adalah keripik balado. Variannya dibedakan dari bobot isinya, mulai dari 250 gram sampai dengan 500 gram. Untuk kemasan 250 gram harganya berkisar dari Rp 24 ribu hingga Rp 26 ribu, sedangkan untuk kemasan 500 gram dihargai Rp 50 ribu.

Tak hanya keripik balado, kini mereka juga menawarkan beragam produk penganan oleh-oleh lainnya, seperti karak kaliang yang harganya Rp 16 ribu untuk kemasan 250 gram dan Rp 32 ribu untuk kemasan 500 gram.

Ada pula keripik kentang balado seharga Rp 38 ribu, atau kacang balado dan kacang teri balado yang masing-masing dijual Rp 26 ribu dan Rp 47,5 ribu. Serta olahan pisang seperti keripik pisang dan pisang sale Pasaman yang harganya masing-masing Rp 25 ribu dan Rp 37 ribu.

Bahkan, tersedia pula dendeng dan rendang sapi dalam botol yang dijual sekitar Rp 75 ribu sampai Rp 80 ribu. Mereka juga menjajakan bumbu masakan dalam botol seperti asam padeh, gulai ikan, nasi goreng, sambalado merah, serta ayam dan daging kalio seharga Rp 45 ribu. Pokoknya pusat oleh-oleh Sumatera Barat yang komplit.

Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi 08126633318, atau via email serta dapat mengunjungi situs resmi tokochristinehakim.com dan akun resmi Instagram @kripikbaladochristinehakim.

Keripik Balado Christine Hakim; Jl. Nipah no. 38, Padang

Christine Hakim Idea Park; Jl. Adinegoro no. 11A, Padang

Instagram @christinehakimideapark

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Kue Keranjang, Rasa Manis Sejak Abad 1 SM

Kue keranjang atau nian gao menjadi tradisi turun temurun hingga melampui abad-abad masa.

Kue keranjang saat ini identik dengan perayaan tahun baru semi atau tahun baru lunar yang kita kenal sebagai Imlek. Penganan ini memang identik dengan masyarakat Tionghoa yang merayakan pergantian tahun lunar tersebut. Saat kue keranjang mulai menjamur dijajakan di pasaran atau pun pertokoan, itu pertanda Imlek sebentar lagi tiba.

Kue Keranjang

Kue keranjang dan Imlek di Indonesia memang menjadi tradisi yang diwariskan masyarakat Tionghoa. Belum bisa dipastikan kapan tepatnya makanan ini hadir dalam dunia perkulineran Indonesia. Yang sudah pasti, kue cokelat manis ini dibawa orang-orang Tiongkok yang migrasi ke Indonesia sejak abad 1 Sebelum Masehi.

Kue keranjang disebut juga Nian Gao. Sebutan Nian Gao ini dari suku kata ‘Nian’ yang berarti ‘lengket’, namun pelafalannya mirip dengan kata ‘tahun’. Sementara itu kata ‘Gao’ diartikan sebagai ‘tinggi’. Jika disatukan membuat kue ini mempunyai makna filosofis peningkatan kemakmuran dan tingginya rezeki sepanjang tahun. Karenanya, Kue keranjang menjadi salah satu kudapan wajib saat Imlek sebagai ‘doa’ untuk kemakmuran. Selain Nian gao, kue keranjang punya banyak nama. Antara lain disebut juga kue beras, kue puding, atau dodol Cina.

Jika masuknya ke Indonesia saja abad 1 sebelum Masehi, keberadaan kue keranjang di tanah leluhurnya tentu lebih lama lagi. Dikutip dari laman tempo.co, kue keranjang diperkirakan sudah ada lebih dari 2.000 tahun lalu atau sebelum penanggalan Tionghoa ditetapkan pada Dinasti Zhou di abad ke-11 sampai tahun 256 sebelum masehi. Masyarakat Tionghoa mempersembahkan nian gao sebagai persembahan kepada dewa dan leluhur.

Dalam buku ‘Tahun Baru Cina: Fakta dan Cerita Rakyat’ karya William C. Hu tertulis kue keranjang awalnya disantap pada hari ke sembilan di bulan ke sembilan, bukan saat tahun baru lunar atau Imlek. Baru pada Dinasti Tang di tahun 618 sampai 907 masehi, nian gao menjadi makanan tradisional masyarakat Tionghoa yang disantap saat Festival Musim Semi.

Kemudian di masa Dinasti Qing periode 1636 sampai 1912, kue keranjang berkembang menjadi camilan masyarakat yang dapat dimakan kapan saja. Meski begitu, kue beras ini tetap punya posisi penting di setiap festival.

Secara filosofis, kue keranjang yang dijual di pasar atau toko menjelang Imlek biasanya berbentuk bundar. Konon bentuk kue keranjang yang bulat ini memiliki makna khusus, yakni melambangkan persatuan. Rasa manisnya pun memiliki makna agar siapapun yang memakan kue ini akan berkata yang baik-baik dan manis saja. Teksturnya yang lengket bermakna agar hubungan keluarga semakin erat.

Lalu dari mana penamaan “keranjang” pada nian gao ini? Dari cerita mulut ke mulut penamaan ini muncul dari wilayah Jawa Timur, di mana saat pembuatannya kue ini ditempatkan dalam keranjang-keranjang kecil. Nama ini kemudian meluas ke banyak wilayah di Indonesia.

Proses pembuatan kue keranjang ini sesungguhnya mudah. Adonan tepung ketan dan gula diaduk-aduk hingga mengental kemudian dikukus. Saat proses pengukusan, dibutuhkan keranjang untuk mengukus adonan tepung dan gula tadi. Dahulu kue keranjang dikukus dan dibungkus menggunakan daun pisang. Aroma yang keluar pun lebih wangi. Kini, seiring waktu dan kepraktisan, kue keranjang dibungkus menggunakan plastik bening.

Kue keranjang atau nian gao atau dodol Tionghoa menjadi makanan wajib saat pergantian tahun lunar atau datangnya musim semi.
Kue keranjang yang dihidangkan dengan dipotong-potong. Foto: shutterstock

Awalnya perpaduan tepung ketan dan gula sebagai bahan dasar menghasilkan kue berwarna cokelat. Kemudian, seiring berkembang zaman, kini banyak dijumpai kue keranjang dengan berbagai pilihan warna dan rasa. Cara penyajian kue keranjang pun beragam. Ada yang memakannya secara langsung. Ada juga yang mengirisnya tipis dan menggorengnya dengan dilumuri telor. Bahkan ada juga yang memasukkannya ke dalam sup.

Di Indonesia setidaknya ada lima sentra kue keranjang yang sudah yang sudah memproduksinya puluhan tahun. Yang paling dekat dengan Jakarta, tentu saja Tangerang, Banten. Kue keranjang legendaris tak bisa meninggalkan kue keranjang Ny. Lauw di Tangerang. Sejak 1962, ia menjalankan usaha rumahan kue keranjang di Jalan Bouraq. Tapi itu bukan awal berpoduksi, sebab ia adalah generasi ketiga yang menjalankan bisnis tersebut dalam keluarga ini.

Yang paling tua kemungkinan adalah keluarga Atik Susiana di Mojokerto, Jawa Timur. Atik mempertahankan resep kue keranjang ini dari kakek dan neneknya sekitar 60 tahun lalu. Ia merupakan generasi ketiga pembuat kue keranjang. Ia hanya membuatnya tiap Imlek.

Sentra produksi lain adalah di Kudus, Jawa Tengah. Di kota kretek ini ada kue keranjang legendaris buatan Panjunan. Toko roti di Jalan Wahid Hasyim. Ini cukup besar karena sudah memakai metode pembagian tugas produksi. Karyawannya memiliki tugas sendiri-sendiri, seperti mengolah adonan, memasukkan adonan ke cetakan, sampai memasukan cetakan ke kukusan yang sudah mendidih airnya.

Di ibukota Jawa Tengah, Semarang, juga ada kue keranjang legendaris buatan Eng Hwat. Ia generasi ketiga pembuat kue keranjang di Jalan Kentangan Tengah 67. Pesanan kue keranjang di sini biasanya mulai dibuat 10 hari menjelang imlek. Meski skalanya rumahan, kue keranjang di sini bisa diproduksi hingga 10 ton. Hingga saat ini kue keranjang di sini masih dibungkus daun pisang.

Sentra produksi kue keranjang lain yang tak kalah melegenda adalah Tegal, Jawa Tengah. Salah satu pembuat kue keranjang ternama di sini adalah Mindayani Wirdjono atau Oey Tong Gwat, warga keturunan Tionghoa berusia 79 tahun. Sudah lebih dari 40 tahun ia membuat kue keranjang.

Ribuan tahun diproduksi dan diperjualbelikan, Nian Gao atau kue keranjang rasanya sudah menjadi bagian dari tradisi Indonesia yang beraneka ragam. Ia selalu menjadi sisi manis dari bangsa ini. Jangan lupa ya agendakan makan nian gao saat pergantian musim semi.

agendaIndonesia

*****

Camilan Khas Bali, 4 Yang Asin Manis

Pie susu Bali dapat diperoleh di banyak toko-toko oleh-olh seperti Krisna Bali.

Camilan khas Bali ada bermacam-macam. Di sejumlah toko oleh-oleh di kawaasan Kuta, Badung; atau di Denpasar, seperti Krisna, Keranjang atau lainnya, kita bisa mendapatkan pilihan yang beraneka.

Camilan Khas Bali

Camilan kacang sudah biasa menjadi oleh-oleh, bahkan pilihan pun beragam karena dibikin dengan variasi rasa. Anda mencari yang manis, kacang disko khas Bali ini pun ada yang dibubuhi rasa manis, bisa pedas-manis, ataupun asin-manis. Selain itu, ada sederet pilihan untuk olahan legit. Kebanyakan berupa pia dan pie. Cuma, meski sama-sama pia, ada perbedaan rasa. Pia dan pie juga diluncurkan dalam merek berbeda-beda. Ada yang tipis, kecil, juga besar, dan cukup mengenyangkan.

Kacang Disko Manis

Kacang disko memang punya rasa khas, gurih, dan renyah. Tentunya bikin Anda  ketagihan. Camilan dengan bahan utama kacang tanah tersebut memang tak tampil polos. Dengan tambahan berupa telur, tepung kanji dan maizena, gula merah, santan, serta bumbu, si kacang pun seperti berselimut. Dan lapisan penutupnya itulah yang bikin rasanya menjadi manis.

Walhasil, bagi yang tak terlalu doyan camilan yang benar-benar manis, kacang disko dengan rasa manis ini juga bisa menjadi pilihan. Beragam jenis kacang disko bisa ditemukan di gerai oleh-oleh di Pulau Dewata. Setiap merek bahkan memberi varian rasa yang berlainan, seperti rasa ayam betutu, rendang, dan ayam taliwang. Kisaran harga untuk kemasan 200 gram sekitar Rp 20 ribu.

Krisna; Jalan Nusa Indah; Denpasar

camilan khas Bali seperti Pia Legong terkenal sebagai oleh-oleh yang dibawa dari melancong ke pulau Dewata.
Pia Legong Bali, salah satu camilan khas Bali yang bisa jadi oleh-oleh. Foto: Istimewa.

Pia Legong Renyah

Siap-siap antre atau pesanlah melalui telepon lebih dulu jika memesan dalam jumlah banyak! Itulah yang harus diingat ketika hendak membeli buah tangan berupa pia legong. Berlogokan penari legong, camilan yang satu ini hanya bisa diperoleh di Jalan Raya Bypass Ngurah Ruko Kuta Megah 15 di kawasan Kuta.

Pia legong dibuat setiap hari secara manual dan benar-benar hanya untuk hari itu, sehingga tidak memiliki persediaan. Karena produksinya terbatas, sering kali pembeli harus antre. Bila antrean sudah panjang, kerap diberlakukan pembatasan jumlah pembelian per orang. Seperti orang hanya dibolehkan membeli dua kotak. Untuk pemesanan dalam jumlah banyak, pembeli harus memesan lebih dulu via telepon. Sebanyak delapan pia berdiameter 8 sentimeter ini dikemas dalam kotak merah.

Dibuat sejak 2006, pia ini tersedia dalam tiga rasa, yakni kacang hijau yang merupakan rasa asli, cokelat, dan keju. Satu kotak berisi 8 pia dibanderol Rp 90 ribu. Pia cokelat dan  keju bisa tahan hingga dua minggu, sedangkan khusus kacang cuma tujuh hari. Isi yang berlimpah dengan lapisan luar yang renyah menjadi ciri khasnya.

Selain pia legong, ada pia-pia dengan label lain yang dijual di berbagai gerai oleh-oleh yang tersebar di pulau ini. Pia memang bukan hanya makanan khas di Yogyakarta. Seperti halnya bakpia Yogya, pia Bali yang asli pun, pada bagian dalamnya, diisi dengan kacang hijau. Ragam pia ini bisa ditemukan di pusat oleh-oleh.

Pia Legong; Jalan Raya Bypass Ngurah; Ruko Kuta Megah 15; Kuta, Badung

Pie Tipis Garing

Yang satu ini, meski sama-sama manis seperti pia, bentuknya tidak tebal, melainkan benar-benar tipis. Pie ini berbahan utama susu sehingga disebut pie susu. Seperti umumnya pie, kulitnya memang terasa renyah. Selain susu, ada tambahan bahan lain, seperti gula dan telur. Dan, seperti pia, ada beragam merek pie, meski yang dikenal memang Pie Susu Asli Enaaak, yang diluncurkan pada 1989. Namun, seperti halnya pia legong, pie merek ini hanya bisa ditemukan di tiga lokasi, selain di pusatnya di Jalan Nangka, Denpasar, yaitu di Jalan Wahidin Nomor 35, Denpasar, serta Jalan Dewi Sri VIII Blok B-8, Pertokoan Kuta Plaza.

Satu kota berbentuk persegi panjang berisi 10 pie dipatok seharga Rp 35 ribu. Selain ada rasa orisinal, ada rasa cokelat, keju, stroberi, dan lain-lain. Daya tahan pie mencapai satu minggu, asalkan dimasukkan ke lemari es. Ada pula pie dengan merek lain, seperti Pie Susu Dhian dan Pie Susu Krisna.

Pie Susu Asli Enaak; Jalan Nangka Selatan No. 163; Denpasar

Dodol Klobot dan Buah

Oleh-oleh manis lain yang bisa ditemukan di Bali adalah dodol. Tak hanya satu jenis, tapi lagi-lagi beragam. Ada sejumlah buah yang membuat rasa dodol ini menjadi berbeda antara satu dan yang lain. Campuran tepung dengan gula ini dibikin dengan rasa yang berbeda karena dipadu dengan buah, semisal nangka, salak, dan durian. Ada pula dodol rasa rumput laut, yang tak terlalu manis dan umumnya lebih segar. Harga per kotak beragam dodol ini dimulai dari Rp 12 ribu.

Selain rasa buah, di pusat oleh-oleh bisa ditemukan dodol “jadul”, seperti dodol khas Buleleng yang dibungkus dengan daun jagung kering atau klobot. Dodol legit dan wangi ini dibuat di industri rumahan di kabupaten yang terletak di Bali utara. Bahan bakunya berupa ketan hitam, santan, dan gula merah.

Kemasannya pun berbeda dengan dodol lainnya: sebanyak 10 buah yang diuntai. Tahan selama tiga minggu, dalam masyarakat Bali, dodol ini juga menjadi pelengkap sesajen upacara keagamaan. Dijual pada kisaran harga Rp 25 ribu per ikat, dodol Buleleng dan dodol rasa buah ini bisa ditemukan di pusat oleh-oleh, seperti Krisna.

Krisna; Sunset Road, Kuta; Badung

agendaIndonesia/Rita N./TL

******

Oleh-oleh Solo, 4 Yang Klasik dan Enak

Serabi Solo Notosuman digulung dan dibungkus daun pisang.

Oleh-oleh dari Solo banyak macamnya, dari yang baru hingga yang masih tradisional bahkan klasik. Artinya, oleh-oleh ini sudah ada sejak zaman kakek-nekak kita dan tetap ngangeni hingga sekarang.

Oleh-oleh Solo

Bermunculan sajian dari daerah lain dan mancanegara, namun warga Solo tetap setia pada sajian tradisional. Wisatawan pun memburunya sebagai oleh-oleh. Makanan yang umumnya diproses secara alami tanpa bahan pengawet ini memang rasanya jempolan. Para produsennya juga mempertahankan cita rasa asli dan cara pembuatan yang masih tradisional selama bertahun-tahun. Dengan rasa manis dan gurih, ada serabi, intip, dan abon. Bagi yang ingin manfaat lebih, jamu-jamu tradisional juga tersedia dalam kemasan praktis sebagai oleh-oleh.

Serabi Gurih Nikmat

Siapa yang tak suka dengan makanan yang satu ini? Garing di bagian pinggir dan kenyal di bagian tengah. Serabi khas Solo bisa dimakan tanpa guyuran kuah. Yang terkenal adalah Serabi Notosuman, yang gerainya bertebaran di sepanjang wilayah Notosuman. Konon, serabi ini sudah dijajakan pada 1923. Terbuat dari tepung beras, santan, gula, garam, dan tambahan daun pandan sebagai pewangi. Adonannya kemudian dituang ke wajan kecil dan diberi penutup dari tanah liat serta dibiarkan matang selama kurang lebih 3 menit. Hasilnya serabi yang harum dan legit.

Salah satu gerainya ada di Jalan M. Yamin Nomor 28. Mudah dicapai, dari jalan utama Slamet Riyadi, berbelok ke arah Honggowongso hingga menemukan perempatan menuju Jalan M. Yamin. Kemudian, belok ke kiri dan Anda akan menemukan tokonya di sisi kiri dengan papan penunjuk besar. Ada dua pilihan rasa, yakni putih polos dan cokelat. Satu kotak berisi 10 serabi dengan dua kombinasi rasa yang harganya Rp 21 ribu. Sedangkan satu kotak dengan satu varian rasa dihargai Rp 20 ribu. Karena dibuat tanpa  pengawet, serabi hanya bertahan selama 24 jam.

Serabi Notosuman; Jalan Moch. Yamin Nomor 28, Solo

Abon Daging Tanpa Campuran

Di Solo ternyata masih bisa ditemukan abon asli tanpa campuran apa pun. Terbuat dari daging sapi atau ayam saja. Hasilnya, abon pun terlihat menggumpal karena serat dagingnya masih rapat. Kedai Pangan Varia, sang produsen, mempertahankan cara pembuatan ini sejak awal produksi pada 1935. Daging juga digoreng dengan menggunakan minyak kopra untuk mencegah bau tengik dan mudah lembek. Tanpa bahan pengawet, abon ini bisa bertahan hingga sebulan.

Abon ayam atau sapi masing-masing memiliki dua pilihan rasa, yakni pedas dan manis. Abon daging sapi pedas harganya Rp 85 ribu, sedangkan yang manis lebih murah sedikit. Untuk abon ayam, yang pedas hanya Rp 65 ribu, sedangkan yang manis Rp 60 ribu. Dibuat dalam kemasan 250 gram. Harga abon sapi bisa naik sewaktu-waktu, bergantung pada harga daging di pasaran. Kedai ini bisa ditemukan di Jalan Honggowongso yang tidak jauh dari lokasi Serabi Notosuman. Di gerai ini, Anda juga bisa membeli penganan lain, seperti serundeng, dendeng, intip, ampyang, dan lainnya.

Kedai Pangan Varia; Jalan Honggowongso Nomor 89, Solo

Intip Asli dari Kerak Nasi

Dulu, masyarakat Solo membuat intip dengan cara mengorek kerak nasi di dasar panci atau alat menanak mereka, lalu menggorengnya. Kini intip dibuat dengan cetakan. Nasi sengaja dikeringkan dalam cetakan khusus, sehingga bentuknya pun lebih rapi dan tebal. Masih mencari intip zadul? Coba ke Pasar Gede.

Kios Mbah Buniyem di Pasar Gede mungkin satu-satunya kios yang masih menjual intip asli dari kerak nasi. Masih cukup banyak pembeli yang mencari intip asli karena ada rasa khas pada kerak nasi liwet tersebut. Di kios ini, setengah kilogram intip dihargai 18 ribu. Kerak nasi dikeringkan terlebih dulu sebelum digoreng, lalu dibiarkan selama satu hari, baru digoreng kembali dan ditaburi cairan gula Jawa.

Intip Mbah Buniyem; Pasar Gede, Solo

oleh-oleh Solo di antaranya ada jamu tradisional yang bisa dinikmati di tempat dan bisa dibawa pulang.

Jamu Berkhasiat

Selama berwisata, Anda mungkin merasa lemas dan lelah. Nah, saatnya menjajal jamu tradisional. Beras kencur, misalnya, yang bisa menyegarkan badan, menghalau masuk angin, dan tidak pahit seperti jamu pada umumnya. Tidak jauh dari kompleks Keraton, di Jalan Tamtaman, ada produksi jamu rumahan berlabel Putri Solo. Jamu andalannya adalah beras kencur, kunir asem, dan gula asem.

Bahan-bahannya dibeli langsung dari Pasar Legi, Solo, untuk satu kali produksi. Jamu dibuat berdasarkan pesanan. Pilihan aman bagi pembuatnya karena bahan-bahan jamuu yang alami mudah membusuk. Jamu-jamunya dikemas dalam botol kaca 600 ml dan tidak dipasarkan ke toko-toko. Pembeli bisa langsung datang ke tempat produksinya atau memesan lewat telepon. Harga per botol jamu ini adalah Rp 20 ribu. Jika belum dibuka segelnya, bisa bertahan selama satu hingga dua bulan. Jika sudah dibuka segelnya, hanya bertahan dua hari atau empat hari bila dimasukkan ke lemari es.

Jamu Putri Solo; Jalan Tamtaman II/ 99; Baluwati, Solo

agendaIndonesia/Yolanda F./Shutterstock

*****

Roti Bagelen, Manis dan Kering 1 Tangkup

Roti bagelen adalah warmbollen yang dipanggang menjadi kering. Foto: shutterstock

Roti bagelen atau roti bundar yang biasa disebut bun seperti dipergunakan pada burger yang disajikan dalam kondisi kering. Rasanya manis dengan sedikit gurih karena di tengahnya tadinya ada olesan buttercream.

Roti Bagelen

Jenis penganan yang juga sering dijadikan oleh-oleh ini tersebar dari Solo hingga Bandung. Banyak toko makanan dan oleh-oleh yang membuatnya. Biasanya toko-toko ini juga menjual roti bundar dengan olesan buttercream yang bun-nya masih lembut, alias belum dipanggang. Orang menyebut penganan seperti itu sebagai roti semir.

Banyak yang menyukainya. Sebut saja jika wisatawan pergi ke Solo, Jawa Tengah, dan mampir ke toko Orion di Jalan Urip Sumiharjo, salah satu yang diburu adalah roti semir ini. Di Bandung yang terkenal dan melegenda adalah roti Abadi di Jalan Purnawarman di kawasan Tamansari.

Masih banyak nama lain yang menjajakan roti bagelen sebagai jajanan untuk oleh-oleh, namun ternyata istilah roti bagelen punya sejarah lain. Meski belum ada catatan sejarah yang resmi, orang mengenal roti bagelen dari daerah dengan nama sama, dari Bagelen.

Roti Bagelen omigayocom
Ciri khasnya adalah dikeringkan dengan dipanggang. Foto milik Omigayo.com

Bagelen adalah nama sebuah daerah atau wilayah yang berada dalam seputaran Purworejo, Jawa Tengah. Roti bagelen paling terkenal dari distrik tersebut datang dari sebuah toko roti bernama Begelen yang beroperasi di Kutoarjo. Kota kecil ini hanya berjarak sekitar 12 kilometer.

Dari bungkus roti yang dijual toko tersebut, disebutkan mereka sudah menghasilkan roti bagelen yang termasyhur sejak 1906. Mengingat tulisan di bungkusnya yang bertitel “Begelen Biscuit” dan gambar nyonyah berbusana ala barat lengkap dengan apron, bisa dipastikan bahwa makanan ini punya pengaruh Eropa yang cukup kuat.

Sejatinya, sebelum toko roti Bagelen menjual produk roti warmbollen keringnya di Kutoarjo, konon ada sebuah toko lain di Garut, Jawa Barat, yang berjualan makanan sejenis, yakni pabrik dan toko roti Kho Pek Goan. Ia disebut telah berjualan roti jenis ini pada 1885.

Berdasar catatan yang ada, bungkus roti milik Kho Pek Goan tampil lebih klasik dibandingkan yang asal Kutoarjo. Gambar perempuan cantik berkonde yang sedang tersenyum terpampang di situ. Begitupun, roti produk Kho Pek Goan tidak menampilkan kata bagelen.

Sayangnya tidak ada catatan yang menghubungkannya dengan roti bagelen di Purworejo atau Kutoarjo itu. Begitupun toko roti milik Kho Pek Goan juga tidak terlihat memiliki hubungan dengan produsen lain asal Jawa Barat, almarhum Ateng Adiwidjaja, pembuat bagelen dengan merek Abadi.

Menurut website resminya, bagelen Abadi sampai ke publik pertama kali pada 1947, dari pabriknya di Garut, Jawa Barat. Baru pada 1967, Abadi memindahkan operasinya ke Bandung. Dan baru pada 1969 berjualan di tokonya yang ada saat ini.

Rori Warmbollen Abadi Abadibagelen
Warmbollen produksi Abadi. Foto: Dok. Abadibagelen.com

Tak bisa dipungkiri bahwa bangsa Indonesia memang memiliki banyak sekali resep kuliner atau makanan yang merupakan pengaruh dari resep kuliner Belanda. Pada masa penjajahan, masyarakat Indonesia mulai mengenal roti warmbollen yang merupakan salah satu roti manis Belanda. Warmbollen ini merupakan roti basah yang memiliki isian buttercream.

Roti bagelen sejatinya memang dibuat dari roti manis yang diberi olesan buttercream, persis dengan roti semir, kemudian dikeringkan dengan cara dipanggang. Inilah cikal bakal terlahirnya bagelen, roti yang mirip warmbollen dengan olesan buttercream atau mentega, hanya saja teksturnya lebih garing.

Ada pula jenis roti bagelen yang diberi olesan margarin, yang ini biasanya menghasilkan rasa yang asin gurih serta lapisan rotinya akan terlihat lebih kuning. Sedangkan yang diolesi buttercream akan menghasilkan aroma yang lebih wangi dengan tekstur yang renyah.

Sejarah roti ini bisa dirunut ke produk ‘warmbollen’ yang kemudian “dikeringkan” dengan cara dipanggang kembali untuk mencegah jamuran. Semula, roti bagelen adalah cara masyarakat setempat mencegah roti agar tak terbuang akibat berjamur.

Betul, pada awalnya, salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mensiasati roti manis atau roti tawar yang akan berjamur adalah dengan cara mengubahnya menjadi roti kering atau sekarang disebut bagelen. Dan istilah ini seakan menjadi sebutan untuk roti kering.

Siapapun yang pertama membuat roti ini, yang pasti makanan ini sudah akrab dengan masyarakat. Dan unik. Wisatawan yang bepergian dari Jawa Tengah membawa roti bagelen, ketika dari Bandung juga membawa makanan sejenis.

agendaIndonesia

*****