Roti Unyil Venus, 55 Varian Unik Dari Bogor

Keliling Bogor pastikan beli roti unyil venus, oleh-oleh khas Bogor

Roti Unyil Venus mungkin sekitar 10-15 tahun terakhir menjadi salah satu oleh-oleh khas dari kota Bogor, Jawa Barat. Bentuknya yang mungil dengan rasa yang enak membuatnya menjadi klangenan mereka yang singgah ke kota hujan ini.

Roti Unyil Venus

Untuk warga Bogor dan Jakarta, mungkin roti Venus ini sesungguhnya tidak baru, menurut sejarahnya ia sudah ada sejak 1992. Meskipun produk dalam bentuknya yang mungil seperti sekarang ini baru sekitar tahun 1993-1994.

“Roti Unyil” sendiri adalah produksi Venus Bakery yang dikembangkan kakak beradik Hendra Saputra dan Herlianty. Mereka memulai usahanya dengan membuat roti-roti berukuran normal-normal saja, seperti roti tawar dan roti isi beraneka rasa. Awalya mereka berdua berjualan rotinya dengan menggunakan gerobak kecil di perumahan sekitar tempat tinggalnya.

Herliyanti yang pertama punya ide berdagang, Hendra, sang adik yang pertama mengusulkan agar mereka menjual roti. Hal itu karena ia pernah mengikuti kursus membuat roti. Hendra pun akhirnya membuat roti dengan resep sendiri. Roti mereka pada awalnya berukuran standar dan memiliki 10 rasa yang berbeda-beda.

Ide membuat varian roti dalam bentuk mungil tercetus ketika kedua kakak beradik tersebut ingin menyasar pasar anak-anak. Pertimbangannya, anak-anak mungkin tertarik dengan bentuknya yang mungil. Tentu, dengan kualitas dan rasa yang enak, anak-anak akan semakin menggemarinya.

Namun, ternyata keduanya “meleset”. Roti mungil mereka ternyata tak hanya digemari anak-anak. Pasar terbesar kemudian justru para orang tua dan orang dewasa. Mungkin dengan harganya yang lebih murah karena mungil, orang bisa sekaligus mencicipi beberapa varian rasa sekaligus. Jika dibandingkan dengan membeli satu jenis roti ukuran biasa.

Belakangan, roti-roti mungil ini justru yang cepat terserap konsumen. Akhirnya toko roti Venus hanya fokus pada produk roti-roti kecil ini. Pada saat itu memang belum ada roti yang berukuran kecil. Toko ini tetap memproduksi beberapa roti ukuran besar, namun tak lagi menjadi produk utama.

Tak jelas betul bagaimana kemudian produk roti-roti mungil ini kemudian disebut dengan nama “roti unyil”. Pada awalnya, baik Hendra maupun Herlianty tidak pernah mempopulerkan roti buatan mereka dengan nama roti unyil. Entah siapa yang pertama kali menggunakan istilah tersebut hingga akhirnya roti-roti mungil ini dikenal oleh hampir seluruh kalangan masyarakat Indonesia dengan nama roti unyil.

Awalnya roti unyil ini hanya memiliki 10 varian rasa, seperti juga awal roti ukuran normalnya. Namun, akhirnya mereka memutuskan untuk berinovasi hingga variasi rasanya bertambah menjadi 25 rasa. Ini terus berkembang, hingga saat ini telah ada 55 varian rasa. Ada rasa manis, maupun rasa asin.

Isi dari roti ini bermacam-macam, mulai dari abon, keju, sosis, bakso, moka, cokelat, susu, jagung, kacang, nanas, pisang, kismis, stroberi, cokelat kacang, dan pisang cokelat. Atau kombinasi dari bermacam varian itu.

Keberadaan roti unyil lantas saja beredar dari mulut ke mulut. Setiap harinya, Venus Bakery tak pernah sepi pembeli, terutama di akhir pekan atau saat hari-hari libur. Para pembeli biasanya membeli roti yang dikemas dalam kotak berisi 10 hingga 60 buah. Konsumen dibebaskan untuk memilih lebih dari 50 varian yang tersedia di dalam etalase. Namun, dari semua varian, yang menjadi favorit para pembeli adalah daging asap keju dan jagung manis.

Outlet pertama toko roti Venus ada di sebuah komplek ruko di Jalan Sukasari, Bogor. Toko roti itu selalu ramai dikunjungi pengunjung. Banyak orang berdatangan terutama dari Jakarta yang membeli roti itu. Mau tidak mau kamu harus mengantri dengan sabar karena jumlah pengunjung yang membludak.

Ketika bisnis terus berkambang dan maju, toko roti ini kemudian sekarang berada di Jalan Padjadjaran, lokasinya cukup strategis karena tidak terlalu jauh dari pintu masuk tol Jagorawi dan Terminal Baranang Siang. Di tengah banyaknya oleh-oleh dan kuliner yang tumbuh di Bogor, roti unyil kemudian menjadi salah satu pilihan.

Tak jarang, selain menjadi oleh-oleh bagi wisatawan yang hendak kembali ke Jakarta, Bandung, atau kota lainnya, roti Venus ini juga menjadi incaran para pelancong yang hendak berakhir pekan ke Puncak. Roti ini memang cocok dimakan ketika orang sedang bersantai bersama keluarga atau teman-teman. Roti ini juga bisa menjadi teman sarapan atau sekadar untuk pengganjal perut yang lapar.

Sudahkah Anda mencicipi roti unyil ini? Kalau belum, ayo segera agendakan.

AgendaIndonesia

Jenang Kudus Mubarok, Dijajakan Mulai 1910

Jenang Kudus Mubarok menjadi salah satu ikon kota Kudus, Jawa Tengah.

Jenang Kudus Mubarok mungkin adalah satu dari empat hal yang popular tentang kota Kudus di Jawa Tengah. Pertama tentu Sunan Kudus sebagai salah satu dari Wali Sanga, sembilan wali yang yang melakukan syiar agama Islam di Jawa. Lalu ada Masjid Kudus beserta menaranya, ke tiga tentu industri rokok kretek.

Jenang Kudus Mubarok

Ke empat kalau bIcara soal Kudus, tentu soal jenangnya, khususnya Jenang Kudus Mubarok. Jenama ini telah berhasil membuat kota kretek itu begitu identik dengan kudapan tradisional yang mirip dodol ini. Lho, jenang atau dodol?

Buat yang belum tahu, ada beda antara ke duanya. Memang, seperti dodol, jenang juga dibuat dari bahan dasar seperti tepung ketan, gula dan santan. Bedanya, dodol biasanya cenderung bertekstur kering. Sedangkan jenang cenderung lebih basah dan licin.

Gerai Jenang Kudus Mubarok mubarokfood
Jenang Kudus Mubarok menjadi salah satu karakter kota Kudus, Jawa Tengah. Foto; Dok Jenang Mubarok

Itu disebabkan oleh beda jenis lemak yang terdapat di kedua makanan tersebut. Pada jenang, terkandung jenis lemak nabati yang membuatnya terasa lembut dan berminyak. Sedangkan dodol mengandung lemak hewani yang membuatnya lebih kering.

Tak banyak yang tahu secara pasti asal muasal terciptanya jenang di Kudus. Kebanyakan cerita yang berkembang biasanya berangkat dari mitos atau cerita rakyat. Seperti misalnya seorang murid Sunan Kudus yang mampu memakan bubur jenang dari gamping. Karena kejadian tersebut, Sunan Kudus bersabda suatu saat warga Kudus akan makmur dari usaha membuat jenang.

Ada pula versi yang menyebutkan bahwa Sunan Kudus dan muridnya tersebut memberi makan bubur jenang gamping kepada seorang anak yang diyakini diganggu roh jahat.

Lepas dari mitos dan cerita rakyat tersebut, jenang diyakini sudah jadi penganan asli Kudus sejak lebih dari 110 tahun yang lalu. Bahkan, setiap perayaan tahun baru Hijriyah pada tanggal 1 Muharam diadakan Kirab Jenang Tebokan sebagai simbol rasa syukur.

Namun, boleh dikatakan jenang Kudus mulai meraih kepopuleran setelah mulai dijajakan untuk umum pada sekitar tahun 1910. Sang perintis adalah Hj. Alawiyah, warga desa Kaliputu yang dipercaya sebagai daerah asal jenang Kudus pertama kali muncul.

Dulu, ia mencoba menjual jenang buatannya di area Pasar Kudus saat itu, yang sekarang beralih fungsi menjadi lahan parkir pengunjung Masjid Menara Kudus dan makam Sunan Kudus. Sehari-harinya ia dibantu suaminya, H. Mabruri dalam mengelola bisnis ini.

Selepas berpulangnya Hj. Alawiyah, bisnis kemudian dilanjutkan oleh sang anak H. Achmad Shochib. Saat itu, jenang buatan mereka dikenal dengan jenama Sinar Tiga Tiga. Dinamakan demikian karena alamat rumah produksi berada di jalan Sunan Muria nomor 33 pada saat itu.

Perlahan, jenang Kudus pun sudah mulai terkenal dan banyak jenama baru yang bermunculan. Kebanyakan pun meniru format jenang Sinar Tiga Tiga yang dibungkus plastik dan dikemas dalam kertas. Berat kemasan tersebut sekitar 0,25 kg, sehingga kerap dipanggil sebagai jenang prapatan. Prapatan dari kata seprapat yang artinya seperempat.

Untuk mengatasi persaingan yang makin ketat, pada 1975 Sinar Tiga Tiga meluncurkan tiga merk baru: Mabrur, Viva dan Mubarok. Ternyata, merek Mubarok yang melejit menjadi paling populer kala itu.

Mereka juga berinovasi dengan cara diversifikasi produk. Jenang rasa coklat dan melon pun diperkenalkan pada tahun yang sama. Lalu beberapa tahun setelahnya diluncurkan pula rasa mocca.

Pada 1992 bisnis jenang Kudus Mubarok dilanjutkan oleh anak H. Achmad Shochib, yakni H. Muhammad Hilmy yang menjadi generasi ketiga. Nama perusahaan pun berubah menjadi CV Mubarokfood Cipta Delicia, dengan Mubarok sebagai jenama utamanya.

Kendati sudah beralih dari bisnis UMKM menjadi perusahaan berskala besar, nyatanya Jenang Kudus Mubarok tetap mempertahankan cara pembuatan jenang secara tradisional. Adonan tepung ketan, santan dan gula yang digunakan untuk membuat jenang masih dimasak dengan kayu bakar.

Alasan tetap dipertahankannya cara tradisional ini agar adonan dapat dimasak secara lebih merata. Setelah dimasak selama lima jam, adonan kemudian didinginkan selama sehari agar tidak mengembun ketika dikemas dan lebih tahan lama.

Jenang Kudus Mubarok dijual dalam beberapa jenis kemasan, dari yang kecil, besar sampai yang di dalam toples. Jenang kemasan kecil dihargai Rp 22,5 ribu, sedangkan kemasan besar dan toples harganya Rp 45 ribu.

Jenang Kudus Mubarok Expo Dodol Jenang Mubarok com
Jenang Kudus Mubarok terus melakukan publikasi dan pemasaran meskipun sudah menguasai pasar. Foto: Jenang Mubarok

Uniknya, meski Mubarok sudah popular, jenama lama seperti Sinar TIga Tiga, Mabrur dan Viva juga masih tersedia. Bahkan pelancong masih bisa membeli jenang Sinar Tiga Tiga dengan kemasan dari kertas dan ukuran menyerupai aslinya, seharga Rp 10,5 ribu.

Tersedia pula jenama baru lainnya seperti Jawa Rasa, Baginda dan Semesta yang dikemas dalam plastik. Selain itu, terdapat berbagai pilihan rasa seperti coklat, susu, cocopandan, anggur, strawberry, durian, mocca, cappuccino, melon, nanas dan juga campuran dalam satu kemasan.

Selain produk jenang, mereka kini juga berinovasi dengan menawarkan ragam produk penganan lain seperti dodol dengan merek seperti Citra Persada dan Claszeto, serta kurma berlapis coklat Al Madina.

Dengan banyaknya pilihan produk yang tersedia, tak heran jika mereka menjadi penguasa pasar jenang dan menjadi ikon kota Kudus. Mereka menguasai produk jenang Kudus hingga 50 persen lebih. Produk-produk mereka pun sudah diekspor ke negara-negara seperti Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Jepang dan Hong Kong.

Museum Jenang Mubarok mubarokfood
Jenang Kudus Mubarok juga mendirikan Museum Jenang. Foto: Mubarokfood

Tak hanya itu, mereka kini juga mendirikan Museum Jenang Kudus sebagai salah satu spot wisata baru. Di sini pelancong dapat belajar tentang sejarah kota Kudus, serta sejarah produksi jenang dan rokok kretek yang menjadi simbol kota tersebut.

Museum ini terletak di rumah produksi dan gerai utama Jenang Mubarok. Tokonya sendiri buka setiap hari dari jam 08.00 hingga 21.00. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi (0291) 432633, (0291) 432606 atau via email di info@mubarokfood.co.id, serta bisa mengakses situs resmi mubarokfood.co.id.

Jenang Mubarok & Museum Jenang Kudus

Jl. Sunan Muria no. 33, Kudus

agendaIndonesia/Audha Alief P

*****

Bakpia Yogya, Oleh-oleh Khas Sejak 1940-an

Bakpia Yogya

Bakpia Yogya menjadi pilihan pertama jika orang ingin membawa oleh-oleh dari kota pelajar ini. Tentu saja selain gudeg.

Bakpia Yogya

Makanan tersebut merupakan oleh-oleh tradisional terpopuler dari Yogyakarta. Ada perasaan tidak komplit jika ke Yogyakarta tidak membeli bakpia. Hampir di setiap toko oleh-oleh di kota ini menyediakan makanan ini.

Bakpia sendiri adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu yang, awalnya hanya dengan diisi dengan kacang hijau biasa disebut kumbu dan belakangan muncul dengan sejumlah varian isi, yang dipanggang. Makanan yang dianggap menjadi ciri khas Yogya ini sejatinya berasal dari negeri Cina.

Dari laporan tirto.id yang mengutip penelitian Amelia Puspita Sari dari Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan judul Bakpia Sebagai Bentuk Akulturasi Budaya Indonesia dan Tiongkok di Bidang Kuliner (Studi Kasus Bakpia 29), tertulis bakpia terbentuk dari pengaruh akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

Nama bakpia sendiri memang berasal dari dialek Hokkian dengan nama asli Tou Luk Pia yang secara harfiah bermakna kue atau roti berisi daging. Bakpia memang datang dari negeri Tiongkok dibawa para imigran Tionghoa pada awal abad 20. Bakpia masuk Indonesia sejak 1930-an. Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia.

Di Indonesia, nama makanan ini awalnya dikenal sebagai pia atau kue pia. Kemudian ia dibawa oleh keluarga-keluarga pedagang Tionghoa yang datang dan kemudian menetap di kota Yogya.

Bakpia awalnya dulu dibuat menggunakan isian daging dan minyak dari babi. Namun, kemudian melihat penduduk Yogya yang lebih banyak yang muslim, bakpia lantas dimodifikasi menjadi kue yang tidak lagi menggunakan minyak babi. Isiannya pun diganti dengan kacang hijau sehingga sepenuhnya menjadi makanan yang halal. Hasil adaptasi cita rasa bakpia ini juga disesuaikan dengan lidah masyarakat Yogyakarta.

Makanan ini pertama kali dibawa pendatang asal Tiongkok, Kwik Sun Kwok, pada 1940-an ke Yogyakarta. Pada saat itu Kwik menyewa sebidang tanah di Kampung Suryowijayan, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, milik seorang warga lokal bernama Niti Gurnito.

bakpia yogya di antaranya bakpia kukus tugu jogja

Pada awalnya, kue ini hanya menjadi camilan tradisional dalam keluarga. Namun dalam perkembangannya kemudian makanan ini mulai diperjualbelikan ke publik. Salah satu keturunan keluarga Tionghoa, Goei Gee Oee, kemudian memproduksi bakpia sebagai industri rumahan. Bakpia yang didirikannya bernama Bakpia Pathuk 55.

Langkah ini kemudian diikuti oleh Liem Yu Yen sekitar tahun 1948 yang diberi nama Bakpia Pathuk 75. Sampai 1970, praktis bakpia baru diproduksi oleh dua keluarga ini di Pathuk, Yogyakarta.

Pada 1980-an, bakpia semakin populer dan mulai muncul produsen-produsen rumahan bakpia di kawasan Pathuk. Para pembuat bakpia umumnya menggunakan menyulap dapur atau sebagian rumah mereka untuk membuat bakpia. Mereka kemudian membuka toko di rumah masing-masing untuk memasarkan bakpia buatannya. Bakpia dikemas menggunakan dus atau kertas karton. Bakpia-bakpia ini kemudian dikenal dengan sebutan Bakpia Pathuk.

Seperti dikutip dari Jalan-Jalan Kuliner Aseli Jogja (Suryo Sukendro, 2009), pada masa itu, para produsen bakpia belum mengenal istilah merek dagang. Secara sederhana para produsennya menjual dengan merek dagang berupa nomer rumah pembuatnya, seperti Bakpia Pathuk 25, 75 dan masih banyak lagi.

Pelabelan Bakpia merek dagang nomor rumah tersebut hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Begitupun, beberapa tahun terakhir mulai ada yang yang menggunakan nama yang bukan nomor rumah.

Berjalannya waktu dan berkembangnya selera masyarakat, bakpia tak hanya berisi kacang hijau dan kumbu ketan hitam. Sejumlah varian isi mulai ditawarkan. Mulai dari coklat, keju, ubi ungu, susu, bahkan hingga tiramisu dan teh hijau. Cara memasakmya pun mulai bervariasi. Jika dulunya hanya dipanggang, belakangan –mungkin terinsprasi model brownis yang dikukus, bakpia muncul pula dengan model kukus.

Pusat-pusat produksi bakpia pun meluas, tidak lagi hanya terpusat di Pathuk. Kini, selain di Pathuk sentra produksi bakpia bisa dijumpai di daerah Glagahsari (selatan Kusumunegara); di daerah Wirobrajan; bahkan di kawasan Minomartani dan jalan Kaliurang di Utara Yogyakarta. Masing-masing dengan kekhasan rasa dan pelanggannya sendiri-sendiri.

Bakpia telah melewati sejumlah zaman dan tetap bertahan sebagai oleh-oleh khas Yogya nomor satu.

Beberapa sentra bakpia khas Yogya.

Bakpia Pathuk 75; Jalan AIP Jl. Karel Sasuit Tubun No.75, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Kurniasari; Jl. Glagahsari No.91, Warungboto, Kec. Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55164

Bakpiaku; Jl. Kaliurang No.81, Kocoran, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Bakpia Pathuk 25; Jalan AIP Karel Sasuit Tubun No.65, Ngampilan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55261

Bakpia Merlino; Jl. R. E. Martadinata B No.24, Pakuncen, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55253

Bakpia Citra; Jl. Mataram, Suryatmajan, Kec. Danurejan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55213

Bakpia Kukus Tugu; Jl. Kaliurang KM.5,5 No.10A, Manggung, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55284

agendaIndonesia

*****

Oleh-oleh dari Medan, 3 Yang Dari Kebun

Oleh-oleh dari Medan, Sumatera Utara, memiliki banyak macamnya. Oleh-oleh kreasi warga Medan pun terus berkembang. Tidak lagi hanya sirop markisa, bika Ambon, dan bolu Merant,i tapi juga tersedia pilihan hasil kebun yang menyegarkan.

Oleh-oleh dari Medan

Manisan, jus buah, dan kopi membikin mata serta pikiran langsung terbuka. Medan memang surga segala jenis hidangan. Dari sajian untuk sarapan hingga hidangan laut yang biasa dikonsumsi malam hari. Berbagai hasil perkebunan di sekitar Sumatera diramu untuk menggoda selera. Hasil olahan menyegarkan tersebut termasuk kopi. Cairan hitam ini tak kalah nikmat, apalagi jika aromanya sudah menggoda hidung.

Manisan Buah Yenny

Yenny sudah dikenal sebagai pembuat manisan jambudi Medan sejak 1980-an. Ia bekerja dengan suaminya membuat olahan ini. Hasilnya berupa manisan jambu renyah yang ia sebut tidak bisa tahan lama. Selain menggunakan gula asli, olahan ini tanpa pengawet. Para wisatawan lazimnya mampir ke toko ini sebelum menuju bandara untuk pulang ke daerah masing-masing. “Hanya tahan dua hari, di lemari es paling empat hari,” Yenny mengungkapkan.

Yenny menggunakan jambu klutuk atau jambu biji hasil perkebunan di Berastagi. Pembuatannya paling singkat dibanding dengan jenis manisan lain, hanya dikupas kemudian dimasukkan ke cairan gula sebentar.

Bentuknya dibiarkan bulat, dengan warna asli bagian luar kehijauan dan daging yang putih. Rasanya segar dan renyah. Buah ini paling pas dikunyah siang hari di tengah hawa Kota Medan yang panas. Ada beberapa lokasi yang menjadi pusat penjualan manisan jambu klutuk. Hanya, bila Anda ingin membawanya sebagai oleh-oleh, lebih baik menuju Jalan S. Parman. Tidak jauh dari Museum dan Galeri Rahmat, ada sebuah jalan kecil yang dikenal sebagai Gang Pasir. Tepat di ujung gang, ada dua toko. Nah, di sisi kanan berdiri Toko Manisan Yenny.

Berada di provinsi yang memiliki lahan perkebunan luas, Medan menyodorkan banyak olahan manisan buah. Yenny mengaku mencari jenis buah terbaik dan menggunakan gula asli. Proses pengolahan manisan ini cukup panjang, bahkan hingga satu minggu agar rasa manis benar-benar meresap pada buah.

Selain jambu biji, buah lain yang digunakan untuk manisan adalah buah khas Sumatera Utara, seperti mangga Medan, yang berukuran kecil. Diolah ketika mangga masih muda, manisan yang dijual per kilogram ini terasa asam manis. Jika masih ingin mencicipi yang segar-segar, pengunjung bisa memilih manisan asam gelugur, yang dipatok seharga Rp 50 ribu per kilogram. Ada juga manisan kedondong, pepaya, dan cabai, yang harganya cukup tinggi.

Manisan Yenny; Jalan S. Parman Gang Pasir No 21; Medan

oleh-oleh dari Medan tak sedikit yang merupakan produk perkebunan.
Juise buah bisa menjadi oleh-oleh dari Medan, salah satunya juice Terong Belanda. Foto: Dok. shutterstock

Jus Buah Asli

Banyak orang mengenal oleh-oleh Medan berupa sirop markisa dan terung Belanda. Sirop itu memiliki aroma yang kuat, meski rasa markisanya sudah berkurang. Penggemar buah ini bisa menemukan produk tersebut di toko manisan, di antaranya gerai milik Yenny. Selain menjual jus markisa dan terung Belanda, serta campuran keduanya yang disebut martabe, toko ini menjajakan beragam jus buah.

Ada jus jeruk Kietna dalam botol untuk ukuran 600 mililiter. Ada pula jus markisa, martabe, dan jus kedondong yang menyegarkan. Bagi penggemar sirsak, tersedia pula jus buah tersebut dalam botol.

Manisan Yenny; Jalan S. Parman Gang Pasir No 21; Medan

Oleh-oleh dari Medan ada yang berasal dari olehan perkebunan, di antaranya kopi.
Kopi di Oppal Coffee, selain yang bisa dibawa dalam bentuk biji atau serbuk, juga bisa dinikmati di tempat. Foto: Dok. TL/Dhemas

Kopi Beraroma Mantap

Kopi tentu menjadi oleh-oleh yang tak kalah menyegarkan dari Medan. Kopi Sidikalang salah satunya. Ada banyak produk minuman sedap ini karena memang Sumatera Utara gudangnya kopi. Namun jika benar-benar penikmat kopi, dan ingin memilih yang berkualitas ekspor, Anda bisa mencicipi produk Opal Coffee.

Kopi ini dikeluarkan oleh PT Sari Makmur Tunggal Mandiri, yang memiliki lahan sekitar 500 hektare di Sidikalang. Kopi yang diolah 100 persen hasil lahan sendiri. Ada 15 varietas kopi yang ditanam, sehingga pembeli bisa memilih sesuai dengan selera. Menurut Michael Wonggo, Operation Manager Opal Coffee Division, kopinya juga menjadi langganan hotel-hotel berbintang di Medan.

Beberapa jenis kopi dari Opal Coffee bisa ditemukan di kafe yang dikelola perusahaan ini di Medan. Berlokasi di Griya Riatur, beraneka kopi Sumatera dan daerah lain dijual pada kisaran Rp 200 ribuan per kilogram, baik yang masih berupa butiran maupun hasil sangrai dadakan.

Opal Coffee Café & Resto; Kompleks Griya Riatur Blok C-56; Medan

Rita N./ Dhemas RA/TL/agendaIndoensia

*****

5 Oleh-oleh Medan Yang Memikat dan Nikmat

5 oleh oleh Medan bolu meranti

5 oleh-oleh Medan ini kian hari kian memikat dan tetap nikmat. Bika Ambon masih jadi sesuatu yang khas, tapi tidak lagi hanya itu, karena pilihan terus bertambah.

5 Oleh-oleh Medan

Tak mengherankan jika ada orang Medan yang menyebutkan, kalau sudah pulang kampung, berat badan langsung naik. Di Medan, memang begitu mudah ditemukan sajian yang menggoda. Bila Anda bersiap meninggalkan Medan, tapi masih ingin mencecap sajian kota itu, tidak ada salahnya membawa oleh-oleh. Paling tidak, dalam beberapa hari Anda masih bisa menikmati sajian khas Sumatera Utara. Mulai yang sudah lama dikenal seperti sirop markisa, sirop terung Belanda, bika ambon, manisan jambu, dodol duren, hingga yang kini digandrungi: bolu gulung Meranti dan pancake durian. Semua bisa dikemas agar siap dibawa langsung ke bandara.

Bika Ambon

Sepanjang Jalan Majapahit, Medan, sudah lama menjadi sasaran turis ataupun warga Medan untuk mendapati oleh-oleh khas bika ambon. Mulai ramai sejak 1990-an, hingga kini deretan toko yang menjual oleh-oleh semakin bertambah. Ada sekitar 20 toko. Mungkin karena bika ambon dari tahun ke tahun selalu diburu sebagai oleh-oleh. Dengan kreativitas, bahkan bika ambon tersedia dalam berbagai rasa, dari yang orisinal berwarna kuning hingga muncul rasa pandan, keju, cokelat, vanila, nangka, dan durian.

Nama kue ini bika. Tapi konon, karena awalnya ada pemuda Ambon yang setiap kali makan kue ini selalu dengan lahap, disebutlah bika ambon. Kue berpori-pori dengan rasa legit ini bisa ditemukan dalam berbagai ukuran. Semula memang dijual dalam ukuran kecil, tapi kue setebal 5-6 sentimeter itu kini kebanyakan diproduksi dalam ukuran besar.

Ada dua merek yang cukup dikenal, yakni Bika Ambon Zulaikha dan Bika Ambon Ati. Bika Ambon Ati disebut sebagai yang pertama membuka usaha penganan tersebut di jalan ini. Adapun pemilik bika ambon Zulaikha membuka tokonya pada 2003, meski pembuatan bika ambon sudah dilakukannya sejak 2000. Rata-rata per loyang besar dihargai Rp 50 ribu. Kue yang terbuat dari tepung sagu dan telur ini bahkan dikemas khusus jika hendak dibawa naik pesawat, sehingga bika ambon pun aman di perjalanan. Di toko Bika Ambon Zulaikha juga bisa ditemukan beragam oleh-oleh khas Medan lainnya.

Bika Ambon Ati; Jalan Majapahit Nomor 11; Medan

Bika Ambon Zulaikha; Jalan Majapahit 96-D-E-F; Medan

Bolu Meranti

Kini jenis bolu gulung ini seperti menjadi oleh-oleh wajib bagi para pengunjung Kota Medan. Gerai yang lebarnya sekitar 6 meter itu pun selalu dipenuhi pengunjung. Di dinding dipajang foto-foto artis yang pernah mampir dan berbelanja di Bolu Meranti, di Jalan Kruing, Sekip, Medan.

Ada beragam rasa bolu gulung di sini, seperti stroberi, cokelat, moka, kopi, vanila, blueberry, pandan, dan ada campuran dua rasa: cokelat-stroberi, moka-kopi, cokelat-moka, dan lain-lain. Ada juga yang dibubuhi keju, kacang, atau meses.

Toko itu didirikan pada 2005, dan menggunakan nama Meranti, karena semula menjualnya di Jalan Meranti, meski pembuatnya tinggal di Jalan Kruing. Ciri khas bolu ini adalah teksturnya yang lembut. Selain itu, ada lapis legit, brownies, dan kue sus. Cuma kebanyakan yang dicari sebagai oleh-oleh bolu dan lapis legit. Selain bolu Meranti, kini bermunculan jenis bolu yang sama tapi dengan merek lain.

Bolu Meranti; Jalan Kruing Nomor 2-K; Medan

Sirop Markisa & Terung Belanda

Pertanian di sekeliling Medan tumbuh subur. Alhasil, dalam soal sayuran dan buah-buahan, kota ini mempunyai banyak pilihan. Salah satu pemasok besar datang dari dataran tinggi Tanah Karo dan Berastagi. Kedua daerah ini berada di kaki Gunung Sibayak. Untuk buah-buahan, selain ada jeruk, tersedia markisa dan terung Belanda. Sirop markisa sudah lama menjadi oleh-oleh dari Medan. Dengan semakin banyaknya hasil pertanian berupa terung Belanda, buah berwarna ungu ini pun diolah menjadi sirop.

Ada beberapa merek untuk kedua jenis sirop ini, di antaranya Pyramid Unta, Pohon Pinang, Noerlen, dan Sarang Tawon. Harganya berkisar Rp 18-33 ribu. Setelah meneguk jus buah aslinya, ada baiknya Anda membawa oleh-oleh berupa siropnya, yang tentu juga tetap menyegarkan karena terbuat dari buah asli dan mengandung sejumlah manfaat bagi tubuh. Markisa disebutkan memiliki kandungan antioksidan yang cukup tinggi dan vitamin A, B, serta C. Terung Belanda, yang berbentuk lonjong, berasa asam, dan dikenal mengandung vitamin A, B, C, dan E, ditambah lagi protein, kalsium, fosfor, zinc, zat besi, dan lain-lain. Sirop ini bisa didapat dengan mudah di toko oleh-oleh.  

5 Oleh oleh Medan di antaranya pancake durian

Pancake Durian

Durian umumnya lebih puas dinikmati di Medan. Apalagi jenis buah ini dilarang dibawa masuk ke dalam pesawat terbang. Namun rupanya orang Medan mempunyai trik agar durian tetap bisa dibawa sebagai oleh-oleh tanpa mengganggu penumpang lain. Durian pun dibuat lebih ringkas dengan mengolahnya menjadi pancake durian. Dibentuk dalam ukuran kecil untuk sekali makan dan dikemas dalam sebuah kotak kecil yang terdiri atas 10 pancake. Untuk membawanya ke dalam pesawat, si penjual biasanya membubuhkan kopi hingga aroma menyengatnya tidak muncul.

Untuk memuaskan pencinta durian, ada sebuah toko yang menjual macam-macam penganan dari durian, yakni Durian House. Aroma durian memenuhi ruangan, seperti pewangi ruangan rasanya. Pancake durian ini terbuat dari durian asli yang dibalut dengan kulit dari tepung. Rasa duriannya tetap kuat. Semakin mantap jika dimasukkan ke dalam lemari es terlebih dulu dan dikonsumsi dalam keadaan dingin.

Selain itu, di Durian House bisa ditemukan dodol durian, penganan yang sudah lama melekat dengan kota yang terkenal dengan duriannya ini. Juga bolu duren, roti puding durian, dan lain-lain. Bila ingin menikmati pancake durian di tempat, bisa mampir ke Taipan Chinese Restaurant di Jalan Putri Hijau Nomor 1, atau Restoran Sari Laut Nelayan di Merdeka Walk atau Jalan Putri Merak Jingga.

Durian House; Jalan Sekip Nomor 67-H, Medan

Manisan Jambu

Manisan jambu klutuk Medan sudah dikenal sejak dulu. Rasanya segar dan manis. Sebenarnya, selain jambu, di Medan aneka manisan memang sudah biasa diolah. Masyarakat Melayu Deli-lah yang mempunyai tradisi membuat manisan untuk sajian tamu saat Lebaran. Jenis buah yang sering dibuat manisan adalah salak, buah kana, asam jawa, tomat, nanas, mangga, plum, jambu, jambu biji, belimbing, pepaya, kedondong mini, jeruk kasturi, mangga samosir (mangga berukuran kecil-kecil), bahkan cabai. Hanya kemudian yang menjadi ciri khas untuk oleh-oleh adalah manisan jambu.

Ukuran jambu yang cukup besar, renyah, dan segar mungkin yang membuat orang menyukainya. Proses pembuatan manisan jambu juga membutuhkan waktu lebih singkat ketimbang jenis manisan lain yang memerlukan proses fermentasi. Pusat pembuatan manisan, sekaligus tokonya, ada di Gang Pasir, Jalan S. Parman. Anda bisa melihat pembuatannya, dan bisa juga memesan sebelum dibawa terbang ke kota asal. Kebanyakan pembuat manisan sudah turun-temurun, seperti toko manisan milik A Hai.

Rita N./Toni H./Dok. TL

Mutiara Lombok, Salah 1 Yang Terbaik

Mutiara Lombok kabarnya merupakan salah satu yang teraik di dunia. Foto: shutterstock

Mutiara Lombok adalah salah satu yang diminta menjadi oleh-oleh jika ada kerabat atau sahabat liburan ke Nusa Tenggara Barat, khususnya Pulau Lombok. Tahukah Anda bahwa mutiara Lombok diakui sebagai salah satu jenis mutiara paling indah di dunia? Budidaya lokal satu ini telah berhasil menarik perhatian begitu banyak peminat tak hanya dari dalam, namun juga luar negeri.

Mutiara Lombok

Sejak lama, mutiara dianggap sebagai simbol kemurnian dan kesempurnaan. Dari peradaban Roma hingga Hindu kuno, memiliki atau menggunakan barang yang terbuat dari mutiara punya nilai gengsi tersendiri.

Selain keindahan wujudnya, ia tergolong barang mahal karena tak mudah menemukannya. Di masa lalu, para pencari mutiara bertaruh nyawa menyelam hingga ke dasar laut mencari kerang-kerang. Itu dilakukan dengan minimnya teknologi dan perlengkapan penunjang.

Oleh karena itu, bagi pemiliknya, mutiara lebih banyak digunakan untuk acara dan keperluan spesial, atau bagi golongan tertentu. Misalnya perhiasan bagi kaum kerajaan dan bangsawan, atau perhiasan yang digunakan pada adat pernikahan Hindu kuno.

Mutiara sendiri terbuat dari proses alami kerang yang memiliki sistem pertahanan diri dari partikel-partikel mikro yang masuk ke dalam tubuh (cangkang) mereka, misalnya pasir, plankton dan lain-lain. Caranya, kerang akan mengeluarkan cairan yang mengandung kalsium karbonat, yang kemudian akan menyelimuti partikel tersebut hingga berkristalisasi.

Mutiara Lombok saat ini lebih banyak hasil budidaya, baik di darat dan di air laut. Keduanya merupakan mutiara yang bagus.

Proses itu dapat berlangsung lama, bahkan hingga bertahun-tahun. Itulah sebabnya, seekor kerang biasanya hanya dapat membuat sebutir mutiara. Bahkan dari setiap seribu kerang, mungkin hanya hitungan jari saja yang dapat ditemukan dengan mutiara.

Oleh sebab itu, orang kemudian membudidayakan mutiara dengan cara memasukkan partikel mikro tersebut secara sengaja ke dalam kerang, agar ia dapat membuahkan mutiara. Dengan demikian, proses dapat dipersingkat dan probabilitas panen mutiara menjadi lebih besar.

Dari situ, mutiara kemudian dibedakan menjadi mutiara jenis laut dan air tawar. Jenis laut biasanya lebih jarang ditemukan, dan kerang biasanya hanya membuat satu butir saja. Proses terbuatnya pun bisa hingga bertahun-tahun. Maka populasinya jarang dan jika dijual harganya mahal.

Sedangkan jenis air tawar biasanya punya jangka waktu panen yang lebih singkat. Selain itu, kerang bisa memproduksi mutiara lebih dari satu. Populasinya pun lebih banyak dan harganya lebih murah.

Mutiara jenis laut secara asalnya terbagi lagi menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah mutiara laut Tahiti, yang terdapat di perairan pulau Tahiti dan French Polynesia. Kemudian ada juga mutiara laut Akoya, yang terdapat di area perairan Jepang.

Terakhir adalah mutiara laut selatan, yang kebanyakan berada di kawasan perairan Asia Pasifik seperti Filipina, Australia dan Indonesia, termasuk di Lombok. Selain Lombok, lokasi budidaya lainnya meliputi Sumbawa dan Papua.

Di Lombok, budidaya mutiara dilakukan baik di laut maupun air tawar. Kendati jenis laut rata-rata berkualitas lebih bagus dan lebih mahal, secara umum mutiara Lombok dikenal dengan butirannya yang berukuran besar dan kilaunya yang khas. Inilah alasan mengapa mutiara Lombok dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Ciri khas lainnya adalah warnanya secara alami. Jenis air tawar biasanya berwarna alami putih, merah muda dan ungu. Sedangkan jenis laut memiliki warna alami putih, emas, silver, dan kadang-kadang hitam.

Mutiara Lombok kemudian dijual sebagai perhiasan, atau dijual per butiran. Misal, jenis air tawar biasanya dihargai sekitar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per butir. Sedang jenis laut bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Biasanya mutiara dijual butiran berdasarkan bobot per gramnya.

Harga jual per butirannya juga tergantung dari grade mutiara tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, seperti luster (kilau), shape (bentuk), surface (permukaan), size (ukuran) dan nacre (lapisan warna).

Dari situ, grading biasanya dibagi menjadi beberapa kategori, dari yang terbaik sampai yang kurang baik. Misalnya, grade AAA punya kilau bagus, bentuk sempurna, tingkat cacat permukaannya maksimal 10 persen.

Kemudian grade AA berkilau sedang, bentuk hamper sempurna dan tingkat cacat permukaannya maksimal 25 persen. Dan di bawahnya ada grade A dengan kilau rendah, bentuk kurang sempurna dan tingkat cacat permukaan maksimal 50 persen.

Selain itu, tentu mutiara juga dijual sebagai beragam jenis perhiasan, seperti kalung, gelang, cincin, bros dan lain-lain. Harganya pun beragam, dari kisaran Rp 200-250 ribu hingga jutaan, bahkan puluhan juta rupiah.

Yang perlu dicatat, saat ini penting untuk mengetahui ciri-ciri utama mutiara yang asli. Hal ini disebabkan makin maraknya mutiara imitasi yang terbuat dari plastik, kaca atau keramik yang beredar di pasaran.

Ada beberapa cara untuk mengecek keaslian mutiara. Contohnya, mutiara asli jika disentuh awalnya akan terasa dingin. Barang imitasi tidak terasa demikian, bahkan sudah cenderung hangat sejak pertama disentuh.

Cara lainnya, jika digosok atau dikikis mutiara yang asli akan terasa berpasir, yang palsu hanya akan terasa licin dan halus. Yang asli juga akan memiliki bobot yang lebih berat dan variatif per butirnya. Kilau dan refleksi cahayanya pun lebih alami ketimbang yang palsu.

Bagi yang berminat, penting untuk memperhatikan ciri-ciri tersebut agar tak tertipu produk palsu. Mutiara Lombok juga biasanya disertakan dengan sertifikat resmi dari asosiasi penjual mutiara Lombok.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yangko Kotagede, Kisah Oleh-oleh 101 Tahun

Yangko Kotagede oleh-oleh yang sudah diproduksi sebagai oleh-oleh sejak 1921. Foto shutterstock

Yangko Kotagede bagi sebagian orang mungkin kalah popular dibandingkan bakpia. Tapi, kudapan tradisional khas Kotagede, Yogyakarta, ini bisa jadi alternatif bagi yang mencari oleh-oleh selain bakpia, gudeg dan lain lain.

Yangko Kotagede

Yangko Kotagede merupakan makanan cemilan yang terbuat dari ketan. Di dalamnya diberi isian berupa kacang yang dicincang. Sedang bagian luarnya dibalut tepung dan gula, memberi sensasi manis dan gurih di https://www.jogjakota.go.id/mulut.

Umumnya yangko secara fisik berbentuk kotak-kotak dan padat, namun terasa kenyal. Pada perkembangannya, cemilan ini kemudian dimodifikasi menggunakan beragam jenis isian dan pemanis rasa agar dapat menarik selera konsumen masa kini.

Yangko Kotagede konon sudah ada sejak zaman Pangeran Dipenogoro. Dibawa untuk bekal perang.
Jalanan di Kotagede, Yogyakarta. Foto: DOk, Unspalsh

Sejarah kemunculan makanan ini bisa ditarik hingga ke masa kerajaan Mataram Islam, yang kebetulan berpusat di Kotagede pada kala itu. Di masa itu penganan ini lebih populer sebagai kudapan raja, kaum bangsawan dan priyayi.

Nama yangko sendiri konon berasal dari kata ‘kiangko’ dari bahasa Mandarin, karena resepnya disinyalir dibawa orang-orang dari Tiongkok yang datang ke Indonesia saat itu. Mulut orang Jawa yang sulit melafalkannya kemudian menyingkatnya menjadi yangko. Ada pula anekdot yang menyebut nama ini adalah  singkatan dari ‘tiyang Kotagede’, bahasa Jawa dari ‘orang Kotagede’.

Kala itu, tidak semua orang yang bisa menikmatinya, karena dianggap makanan mahal. Walau demikian, nyatanya yangko menjadi penganan favorit Pangeran Diponegoro yang selalu dibawa kala bergerilya memimpin perang.  Alasannya, ia termasuk makanan yang awet dan tahan lama.

Selepas era tersebut, resep yangko masih dipertahankan oleh segelintir orang, salah satunya oleh Muhammad Alif serta ayahnya yang akrab dipanggil mbah Ireng. Sejak tahun 1921, mereka mulai membuat dan menjual produksinya sendiri.

Pada 1939, raja Kasunanan Surakarta Sri Susuhunan Pakubuwono X mangkat. Kala itu, salah satu prosesi pemakamannya dilakukan di masjid Kotagede. Momen itu dimanfaatkan sang ayah dan anak untuk turut menyediakan konsumsi dengan membawakan makanan produknya pada acara tersebut.

Ternyata, kerabat keraton yang hadir menyukai penganan buatan mereka, dan mulai turut mempopulerkannya. Sejak saat itu, nama penganan ini mulai terangkat sebagai kudapan tradisional di kalangan masyarakat luas, serta sebagai oleh-oleh bagi wisatawan.

Hingga kini, usaha mereka pun terus dilanjutkan oleh Suprapto, cucu dan cicit mereka dengan menggunakan merek Yangko Pak Prapto. Merek tersebut pun jadi salah satu yang paling legendaris dan tersohor saat ini.

Proses pembuatan yangko Kotagede bermula dari beras ketan yang dikukus dan kemudian dikeringkan. Setelahnya, ketan lalu digiling dan disangrai (dimasak tanpa menggunakan minyak). Setelah itu digiling kembali sampai berupa tepung halus agar dapat dibuat adonan.

Yangko Kotagede saat ini sudah dengan bangak variasi rasa dan isi. Originalnya berisi kacang tanah yang dirajang.
Adonan yangko yang belum dipotong-potong. Foto: dok. shutterstock

Adonan tersebut lantas dicampur dengan pemanis rasa tertentu, air gula, serta isiannya. Adonan yang telah tercampur kemudian dimasak lagi, sebelum didinginkan, dibentuk kotak-kotak dengan ukuran kurang lebih sekitar 2 x 2 cm dan ditaburi tepung agar tidak lengket.

Makanan ini kemudian dikemas menggunakan kertas minyak dan ditaruh di dalam kotak. Satu kotak yang dijual di toko biasanya berisi 20 hingga 30 buah. Seperti dijelaskan di atas, yangko tergolong penganan yang cukup tahan lama, dengan ketahanan paling tidak sampai 15 hari dalam suhu ruangan, dan lebih lama lagi jika disimpan di kulkas.

Beberapa hal yang membuat penganan ini digemari adalah cita rasanya yang manis nan legit bercampur gurih, serta teksturnya yang walaupun padat tapi kenyal saat dikunyah. Selain itu, aromanya yang khas juga harum dan menggugah selera.

Yangko Kotagede yang asli biasanya berwarna abu-abu kecoklatan pekat dengan rasa kacang di dalamnya. Tetapi dewasa ini ia juga dibuat warna warni dengan berbagai rasa lain seperti coklat, nanas, nangka, durian, strawberry, cocopandan, frambozen dan sebagainya.

Sekarang oleh-oleh ini cukup mudah ditemui di sekeliling pusat oleh-oleh Yogyakarta, terutama tentunya di Kotagede. Ambil contoh Toko Roti Ngudi Roso misalnya. Toko penganan oleh-oleh tersebut didirikan oleh Harjo Soekarto, salah seorang kerabat Muhammad Alif.

Toko Ngudi Roso saat ini memproduksi dan menjual penganan oleh-oleh seperti roti jahe, wajik, ukel, sagon dan lainnya, termasuk yangko. Hanya berjarak 500 meter dari Pasar Kotagede, toko itu sudah lebih dari 50 tahun menjajakan penganan khas Kotagede itu.

Dengan resep yang sudah turun temurun dalam keluarga pengusaha tersebut, hingga kini makanan ini masih jadi salah satu jualan utama mereka. Kendati sekarang bersaing dengan merek-merek baru lain, buatan mereka yang sekotak dijual Rp 18 ribu rupiah masih banyak pelanggan setianya.

Selain Kotagede, yangko juga kini diproduksi di lokasi-lokasi lain, seperti misalnya di Banguntapan, Kabupaten Bantul. Di kawasan selatan Yogyakarta ini, ada beberapa merek produksi rumahan seperti Yangko Bu Cip dan Yangko Mawar Sari.

Bisnis rumahan ini pun sudah berjalan lebih dari 30 tahun. Mengikuti perkembangan jaman, yangko buatan mereka juga tersedia dalam aneka rasa dan dihargai sekitar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu. Biasanya, produk-produk tersebut dijual di pasar-pasar seperti Pasar Godean, Pasar Pleret, Pasar Beringharjo dan lain lain.

Bahkan merek-merek yang sudah dikenal membuat produk penganan oleh-oleh lain juga ikut menawarkan produk yangko. Kencana, misalnya, merek penganan oleh-oleh yang lebih dikenal dengan bakpianya, kini juga menjajakan makanan Kotagede itu.

Serta tentu merk yang paling ikonik adalah Yangko Pak Prapto. Sekarang mereka berpusat produksi dan toko di kawasan Umbulharjo. Usaha kini dijalankan oleh kedua anak Suprapto, Gatot dan Galuh, generasi ke empat dalam keluarga tersebut. Sekotak Yangko Pak Prapto isi 30 harganya mulai dari Rp 19 ribu.

Demikian banyaknya pilihan, maka rasanya yangko Kotagede perlu jadi alternatif bagi wisatawan yang mencari oleh-oleh penganan Kota Pelajar tersebut. Kudapan tradisional unik dan sarat sejarah yang sayang untuk dilewatkan.

Toko-toko Penjual Yangko

Yangko Pak Prapto: Jl. Pramuka no. 82, Umbulharjo, Yogyakarta

Telp. (0274) 380757

Toko Roti Ngudi Roso: Jl. Masjid Besar no. 9, Kotagede, Yogyakarta

Telp. (0274) 380700

Yangko Bu Cip: Jl. Balong Kidul, Banguntapan, Bantul

Telp. 088802735413

Bakpia dan Yangko Kencana:

Jl. C. Simanjuntak no. 41B, Terban, Yogyakarta

Telp. (0274) 551445

Jl. Laksda Adisucipto no. 17, Sleman, Yogyakarta

Telp. 08122937575

Jl. Wates km. 6, Gamping, Yogyakarta

Telp. 089687815758

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Brem Suling Gading, 1 Cemilan Khas Madiun

Brem Suling Gading meneruskan tradisi pengolahan makanan khas Madiun. Foto: dok iStock

Brem Suling Gading rasanya perlu masuk checklist Anda saat bepergian ke Madiun dan mencari oleh-oleh. Memang, ke Madiun kurang lengkap rasanya kalau tak mampir membeli brem, cemilan legendaris khas kota berjuluk kota Brem ini. Bisa dibilang, brem sudah jadi ikon oleh-oleh khas kota di tepi Barat provinsi Jawa Timur tersebut. Dan salah satu yang terkenal adalah brem cap Suling Gading.

Brem Suling Gading

Brem sendiri merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak hingga matang, sebelum kemudian dikeringkan. Sesudahnya, ketan diberi ragi dan dibiarkan mengendap selama sekitar sehari semalam, sebelum disimpan di tempat tertutup selama tujuh hari agar berfermentasi.

Brem Suling Gading menjadi merek yang paling dieknal sehingga banyak produk lain yang nama dan kemasannya menyerupainya.
Brem Suling Gading dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun. Foto: Istimewa

Ketan yang sudah berfermentasi kemudian diperas dengan alat khusus untuk diambil air sarinya. Air sari ketan tersebut lantas dimasak lagi sambil diberi pemanis rasa. Setelah matang, sari ketan dituang ke cetakan balok dan didinginkan. Balok-balok yang sudah padat dan dingin lalu dipotong lebih kecil lagi.

Setelah jadi, brem akan berbentuk padat dan cenderung kering. Tetapi, yang membuat brem unik adalah ketika dimakan ia justru mudah melebur di mulut. Ditambah dengan sensasi ‘dingin’ bercampur rasa manis dan asam yang unik, membuatnya jadi penganan oleh-oleh yang banyak dicari orang.

Merunut sejarahnya, brem disebut pertama kali dibuat di desa Bancong dan Kaliabu, Kabupaten Madiun. Makanan ini sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada saat itu, brem dibuat sebagai kudapan tradisional yang sederhana, tetapi lebih banyak dikonsumsi oleh kaum berada.

Dalam perkembangannya, sekitar tahun 1980-an, brem kemudian mulai dijajakan oleh pedagang asongan di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api dan lain-lain. Brem dipotong-potong menjadi kecil seukuran permen agar mudah dibungkus dan dibawa. Dari sinilah, brem mulai populer sebagai penganan khas Madiun.

Uniknya, di Indonesia brem tidak hanya eksis sebagai makanan. Di kawasan Bali dan Nusa Tenggara, brem justru dikenal sebagai minuman. Bedanya, air sari ketan yang sudah berfermentasi tidak lagi diproses dan langsung disajikan sebagai minuman. Oleh karenanya, kadar alkoholnya masih tergolong cukup tinggi.

Kendati demikian, yang tak kalah menarik adalah ternyata mengonsumsi brem membawa keuntungan tersendiri. Rutin menyantap brem diklaim dapat membantu meningkatkan kadar hormon, mengurangi resiko penyakit jantung, memperlancar peredaran darah, menurunkan kadar kolesterol dan menetralisir kadar lemak yang berlebihan.

Selain itu, brem juga disebut berkhasiat menghaluskan wajah dan mencegah timbulnya jerawat. Semua manfaat brem ini membuatnya semakin jadi buruan konsumen.

Seiring dengan perkembangan zaman, brem kini hadir dalam berbagai jenis format dan rasa. Kalau dulu brem kebanyakan berbentuk balok atau kotak-kotak, kini brem bisa juga ditemukan dalam bentuk lempengan bundar atau potongan kecil layaknya permen.

Begitu pun dengan pilihan rasanya. Biasanya brem punya rasa asli manis bercampur asam, tetapi kini brem juga kerap dijual dengan berbagai pilihan rasa, misalnya coklat dan rasa buah-buahan seperti jeruk, strawberry, melon, anggur dan sebagainya.

Di Madiun, cukup mudah untuk menemukan toko-toko penjual brem. Banyak dari para penjual brem yang sudah turun temurun membuat dan menjual brem. Namun brem Suling Gading boleh jadi merupakan salah satu merek yang paling populer.

Cita rasa Brem Suling Gading memang begitu melegenda. Kualitasnya selalu dijaga dengan bahan baku seperti ketan yang terpilih dan terbaik. Maka maklum, banyak merek lain yang muncul dengan nama dan kemasan mirip. Tetapi Brem Suling Gading yang otentik selalu menambahkan embel-embel ‘asli’ di kemasannya.

Secara produk, Brem Suling Gading sendiri terbagi menjadi berbagai macam. Selain tentunya pilihan rasa, produk juga dibagi berdasarkan jumlah isinya. Dalam satu kemasan, ada yang berisi dua potong, tiga potong, empat potong dan lima potong. Tiap potong juga bisa berbeda-beda rasanya.

Namun yang perlu jadi catatan adalah bentuk potongannya yang juga berbeda-beda. Lazimnya, Brem Suling Gading memiliki bentuk persegi panjang. Tetapi ada yang bentuknya lebih memanjang, ada pula yang bentuknya lebih melebar. Selain itu, biasanya akan ada tester brem dengan berbagai rasa, jadi konsumen bisa menyeseuaikan pilihan rasa sesuai selera.

Oleh karenanya pula, harganya sangat beragam. Misal, harga satu kotak dengan isi tiga potong sekitar Rp 5 ribu. Lalu ada juga pilihan jumbo, isi lima potong dengan bentuk potongan melebar, dihargai sekitar Rp 15 ribu. Bahkan ada juga pilihan membeli satuan, yang sepotongnya hanya seharga Rp 1 ribu.

Begitu banyak jenis bentuk, ukuran dan jumlah brem dalam pilihan produk mereka, sehingga pembeli selalu punya opsi memilih produk yang lebih pas untuk masing-masing. Yang pasti, harganya tergolong murah dan ramah di kantong.

Lokasi toko cukup mudah ditemukan karena berada persis di pinggir jalan. Hanya saja, tidak adanya tempat parkir mungkin akan sedikit menyulitkan bila ingin mampir membeli, apalagi pada kondisi ramai seperti pada akhir pekan dan hari libur. Toko biasa buka setiap hari, dari jam 06.00 hingga 21.00.

Brem Cap Suling Gading

Jl. Sulawesi Nomor 43, Madiun

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Oleh-oleh Manado, Ini 7 Yang Enaknya Khas

Cakalang Fufu di Minahasa

Oleh-oleh Manado ada banyak, namun yang senantiasa menjadi semacam keharusan untuk dibawa ada tujuh. Umumnya makanan. Mulai dari makanan kecil hingga lauk untuk makan besar. Ada yang awet hingga berbulan, ada pula yang harus segera disantap atau secepatnya disimpan di lemari pendingin.

Oleh-oleh Manado

Umumnya oleh-oleh Manado berbahan dari alam, entah dari perkebunan yang banyak tersebar di daerah itu, seperti kelapa atau kenari. Ada pula yang olahan dari hasil laut. Semuanya enak.

Sebagian produknya sudah banyak yang dijual bahkan hingga di luar daerah. Toko daring jumlahnya tak sedikit yang menawarkan oleh-oleh Manado. Tapi rasanya tak lengkap jika jalan-jalan ke ibukota Sulawesi Utara itu, tak membawa buah tangan dari sana. Berikut mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk memilihnya.

Oleh-oleh Manado yang khas umumnya merupakan hasil perkebunan atau perikanan setempat.
Klappertart Kenari manisnya selalu menggoda. Foto: shutterstock

Klappertaart

Klappertaart merupakan salah satu oleh-oleh Manado yang sering menjadi buah tangan untuk dibawa ke daerah asal. Kudapan ini banyak diproduksi masyarakat Manado untuk dikonsumsi sendiri atau dijual.

Banyak tempat yang menjual klappertaar. Beberapa di antaranya terkenal di kalangan masyarakat terutama para agen travel hingga orang pemerintahan. Christine Klappertaart merupakan toko di mana sebagian besar yang dijual adalah berbagai varian klappertart. Merek ini juga menjadi salah satu merek atau toko klappertaart yang terkenal di Manado.

Satu hal yang harus diingat jika ingin membawanya pulang, makanan ini karena jenis kudapan basah punya waktu kesegaran yang terbatas. Jadi perhitungkan jika ingin membawanya.


Bagea Kenari

Bagea merupakan kue kering yang terbuat dari sagu. Kue sejenis sebenarnya banyak bisa ditemui di Indonesia wilayah timur lain, seperti di Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara. Namun, jika sampai Manado, ini layak dibawa.

Yang membedakan bagea Manado dengan daerah tetangganya adalah campuran dan pembungkusnya. Penganan sagu asal Manado ini mempunyai ciri khas bercampur kenari. Kue ini terbungkus dengan daun sagu kering.

Teksturnya juga sedikit lebih lembut jika membandingkannya dengan bagea tanpa pembungkus yang berasal dari daerah lain. Sulawesi Utara yang merupakan daerah penghasil kenari, masyarakatnya sering menggunakan biji kenari dalam olahan berbagai makanan.

Dodol Amurang

Selama ini orang mungkin mengenal dodol, sebagai oleh-oleh khas Garut, Jawa Barat, yang dibungkus kecil-kecil menggunakan kertas. Dodol ternyata juga sudah dikenal lama di Manado, Sulawesi Utara, yang biasa dikenal dengan sebutan Dodol Amurang. 

Dodol Amurang merupakan makanan tradisional yang khas dari Manado yang berasal dari daerah Amurang, Minahasa Selatan, yang juga disebut dodol kenari. 

Dodol Amurang rasanya enak seperti jenang di pulau Jawa dengan warna coklat. Dibuat dari bahan alami yaitu gula aren, beras ketan yang dihaluskan, dan minyak kelapa murni. Semuanya itu haruslah dimasak di atas api yang sangat panas.

Dalam pembuatan Dodol Amurang terkadang ditaburi kenari atau kacang sehingga menambah aroma dan kelezatan serta membuat siapapun yang memakannya tak ingin berhenti mengunyah.

Kacang Kawangkoan

Salah satu tempat yang indah alamnya adalah daerah Kawangkoan yang masuk di kawasan Tomohon, Minahasa. Jika melakukan perjalanan menuju Tomohon terus ke Gunung Lokon, pengunjung akan melewati daerah kecamatan Kawangkoan.

Di sepanjang jalan di daerah ini ada banyak kebun-kebun kacang tanah. Banyak kedai yang berjualan kacang, baik kacang yang masih mentah, maupun kacang yang sudah disangrai (digoreng tanpa minyak).

Kacang Kawangkoan ini lebih khasnya lagi adalah diolah dengan disangrai. Masyarakat lokal mengenalnya dengan sebutan kacang tore. Caranya adalah mereka menyangrainya sekitar 45 menit dalam wajan besar dengan menggunakan bantuan pasir gunung.

Dalam proses sangrai ini, akan ada gerakan memutar dan membolak-balikkan kacang di antara pasir, tidak boleh berhenti. Mereka harus terus mengaduknya. Karena jika tidak, kacang akan gosong.

Ada beberapa macam kacang Kawangkoan, yang pertama biji kacang yang berwarna merah dan yang ke dua yang berwarna putih. Keunikan berikutnya adalah bentuk kacangnya yang seperti batik dengan ukuran kacang yang besar-besar.

Halua Kenari Indonesia Kaya
Halua kenari yang khas kacang kenari yang gurih dalam balutan gula aren yang manis. Foto: Milik Indonesia Kaya

Halua Kenari

Pilihan lain oleh-oleh Manado yang bisa di bawa pulang dari provinsi yang terkenal dengan Taman Laut Bunaken ini adalah halua kenari. Selain memiliki citarasa manis, kudapan ini juga menyehatkan.

Sesuai namanya, halua kenari dibuat menggunakan bahan utama kacang kenari yang tumbuh subur di Sulawesi Utara. Kacang ini dibungkus dengan gula merah yang telah dilebur kemudian dilapisi ke dalam kacang. Di Jawa Tengah makanan ini mungkin mirip ampyang. Bedanya amyang memakai kacang tanah.

Sambal Roa

Sambal roa ini memiliki banyak penggemar karena terbuat dari ikan roa asap yang dihaluskan. Ikan roa merupakan ikan laut jenis ikan terbang yang bisa ditemui di perairan laut Utara pulau Sulawesi hingga Kepulauan Maluku. Sebutan lain dari ikan ini adalah ikan gepe, ikan gelafea, dan ikan julung-julung.

Sambal Roa Rica Raja
Sambal Roa dalam kemasan siap menjadi oleh-oleh Manado. Foto: milik Ricaraja

Sambal ini biasanya disantap bersama dengan bubur Manado, pisang goreng, singkong goreng, hingga tahu goreng. Kenikmatan sambal yang terbuat dari bumbu yang khas membuat para pecinta sambal sering ketagihan saat menyantapnya.

Cakalang Fufu

Cakalang fufu adalah ikan asap khas Sulawesi Utara. Makanan ini banyak digemari oleh penduduk lokal maupun wisatawan domestik. Bagi wisatawan yang tengah jalan-jalan ke Manado, tidak ada salahnya menjadikan cakalang fufu sebagai oleh-oleh Manado.


Penampilan cakalang fufu seperti halnya ikan asap. Ikan dibelah dan dijepit. Bahan pembuatan cakalang fufu berasal dari ikan cakalang Proses pembuatan cakalang fufu dimulai dengan ikan dibersihkan serta dihilangkan sisik dan jeroannya. Daging ikan cakalang dibelah dua dan dijepit dengan bambu serta dibaluri dengan garam dan soda.


Ikan cakalang diasap di atas batok kelapa yang sudah dibakar sebelumnya. Panas dalam pengasapan harus merata hingga ikan matang dan kering. Proses pengasapan cukup lama, sekitar empat jam dan dua jam untuk pendinginan. Proses ini dilakukan hingga daging ikan berubah warna menjadi kemerahan dan teksturnya sedikit empuk, kering, serta tidak berair.

agendaIndonesia/audha alief P.

*****

Kayu Putih Rejeki Jaya, 1 Hangat Makassar

Kayu putih Rejeki Jaya menjadi alternatif pilihan oleh-oleh jika berkunjung ke Makassar. Foto: DOk. shutterstock

Kayu putih Rejeki Jaya atau lengkapnya minyak kayu putih Rejeki Jaya Revina adalah salah satu oleh-oleh khas dari Makassar. Produk minyak gosok tradisional ini belakangan mulai banyak dilirik orang. Selain sebagai oleh-oleh juga sebagai opsi di antara produk sejenis dari beberapa produsen besar.

Kayu Putih Rejeki Jaya

Minyak kayu putih sendiri secara turun temurun menjadi salah satu produk kesehatan yang kerap dicari konsumen tanah air. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat Indonesia yang gemar menggunakan minyak gosok, diantaranya seperti minyak kayu putih, untuk membantu meredakan masalah kesehatan tubuh seperti masuk angin, gatal-gatal, pegal linu dan lain lain.

Kayu putih Rejeki Jaya dioleh dari pulau Namlea, Maluku, dan menjado oleh-oleh khas Makassar.
Minyak Kayu putih Rejeki Jaya khas kota Makassar. Foto: Dok. tokopedia

Yang unik, minyak kayu putih Rejeki Jaya ini merupakan minyak kayu putih yang dibuat secara tradisional. Bahan baku dan proses penyulingannya berada di Pulau Buru, Kepulauan Maluku. Pulau ini memang dikenal sebagai sentra produksi minyak kayu putih terbesar di Indonesia, yang berpusat di kota Namlea, kawasan bagian timur pulau Buru. Sejak dulu, daerah ini sudah banyak ditumbuhi pohon kayu putih.

Pohon kayu putih dinamai demikian karena warna batang pohonnya yang cenderung putih. Biasanya ia tumbuh setinggi kira-kira lima meter, dan daunnya sepanjang jari orang dewasa. Dalam proses pembuatan minyak kayu putih, daun-daun yang dipilih biasanya berumur minimal enam bulan dipanen setiap dua minggu sekali, biasanya hingga puluhan kilogram per panen.

Daun-daun kayu putih hasil panen tersebut kemudian direbus dan disuling selama kurang lebih enam hingga tujuh jam. Ketel yang digunakan untuk merebus ditutup rapat dan uap dialirkan lewat pipa ke ketel pendinginan.

Uap tersebut lantas terkondensasi dan menjadi minyak dan air yang terpisah. Minyaknya kemudian diambil menjadi minyak kayu putih seperti yang kita kenal.

Dalam sehari, proses ini bisa dilakukan dua hingga tiga kali. Semua detail dan proses penyulingan tersebut, termasuk material alat yang digunakan seperti ketel beserta pipa, saringan serta penutupnya. Bahkan besar api di tungku yang digunakan, sudah menjadi resep yang diturunkan sejak sebelum jaman penjajahan Belanda.

Tetapi yang membuat minyak kayu putih buatan pulau Buru spesial dan unik dibanding produk minyak kayu putih lainnya adalah kemurniannya yang tidak dicampur apapun. Ia juga dikenal dengan karakternya yang secara alami berwarna hijau, punya aroma harum yang kuat dan jika digunakan di kulit terasa lebih hangat dibanding minyak kayu putih lainnya. Bahkan minyaknya bisa juga dikonsumsi dengan air sebagai obat herbal.

Kebanyakan dari minyak kayu putih buatan pulau Buru ini kemudian dikirim keluar daerah untuk dijual dengan berbagai merek tertentu, seperti misalnya di Ambon. Namun UD. Rejeki Jaya, yang berpusat di Makassar, melihat peluang bisnis mengemas minyak kayu putih sebagai produk oleh-oleh.

Maka kemudian mereka kini ikut mendistribusikan minyak kayu putih pulau Buru untuk kemudian dikemas dan dijual menjadi produk sendiri, layaknya produk lokal. Bahkan bisa dikatakan merek Rejeki Jaya dan Revina merupakan merek minyak kayu putih pulau Buru yang paling dikenal saat ini.

Kayu Putih Rejeki Jaya menjadi alternatif oleh-oleh yang mencerminkan kehangatan keluarga Indonesia.
Kayu putih sejak lama diandalkan untuk kesehatan. Foto: Dok. shutterstock

Ada beberapa jenis dan varian yang ditawarkan kayu putih Rejeki Jaya dan Revina ini. Yang pertama dari jenis minyaknya, di mana produk dibedakan menjadi minyak kayu putih jenis standar dan minyak kayu putih jenis super. Yang membedakan antara kedua produk tersebut adalah minyak jenis super yang diklaim lebih hangat dibanding jenis standar.

Lebih lanjut, untuk membedakan kemasan kedua produk tersebut, merek Rejeki Jaya digunakan pada produk minyak kayu putih standar. Ia dengan menggunakan label dan kotak berwarna hijau. Sementara merek Revina digunakan pada produk minyak kayu putih super dengan label dan kotak berwarna biru.

Selain itu, minyak kayu putih Rejeki Jaya dan Revina juga dibedakan dari ukurannya. Biasanya, produk dijual menggunakan botol kaca atau plastik yang disimpan dalam kotak. Ukurannya beragam dari 30 ml, 60 ml, 140 ml, 270 ml dan 330 ml. Untuk yang berukuran kecil seperti 30 ml dan 60 ml menggunakan botol plastik, sedangkan ukuran sedang hingga besar seperti 140 ml, 270 ml dan 330 ml menggunakan botol kaca.

Harga minyak kayu putih Rejeki Jaya dan Revina juga dibedakan dari ukurannya. Untuk yang berukuran 30 ml dijual Rp 40 ribu, botol 60 ml sekitar Rp 65 ribu hingga 70 ribu, botol 140 ml seharga Rp 150 ribu, botol 270 ml berkisar Rp 225 ribu hingga 395 ribu, dan botol 330 ml mulai dari Rp 265 ribu sampai Rp 450 ribu. Untuk merek Revina minyak kayu putih super, harganya sedikit lebih mahal.

Belakangan, selain produk minyak kayu putih, mereka juga menyediakan produk minyak telon untuk bayi dan anak-anak yang juga bermerk Revina. Dengan ukuran botol 140 ml dan 270 ml, masing-masing dihargai Rp 100 ribu dan Rp 185 ribu. Semakin menambah pilihan bagi anda yang mencari oleh-oleh sekaligus alternatif minyak gosok tradisional.

Minyak Kayu Putih Rejeki Jaya dan Revina

Jl. Taman Sudiang Indah, Citra Sudiang Estate Blok D2/49, Makassar

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****