Desa Batuan Bali adalah gambaran kehidupan masyarakat Bali sejak zaman dulu.

Desa Batuan Bali merupakan tempat yang tepat bagi pelancong yang ingin melihat dan memahami lebih dekat tentang sejarah dan budaya tradisional masyarakat Bali. Desa yang berada di Kabupaten Gianyar itu hingga kini masih menyimpan beberapa potongan adat dan budaya Bali tempo dulu.

Desa Batuan Bali

Desa ini sejak dulu kala memang sudah identik dengan karya seni dan budayanya. Salah satu bukti kuatnya dapat ditemui dari beberapa peninggalan bangunan candi serta pahatannya yang terdapat di Pura Puseh, salah satu pura tertua di Bali yang usianya sudah sekitar 1.000 tahun.

Ini terdokumentasikan dalam sebuah prasasti yang berada di dalam pura tersebut. Prasasti itu diyakini dibuat pada awal tahun 1020-an, yang memberi gambaran kehidupan dan sistem sosial masyarakat di desa tersebut pada masa itu.

Artefak di utaraPura Puseh Desa Batuan Kemendikbud
Sejumlah artefak di Pura Puseh Desa Batuan Bali. Foto: Dok. Kemendikbud

Diceritakan bahwa desa tersebut awalnya bernama Baturan. Di desa ini terdapat penduduk yang sebagian besar berprofesi dalam bidang seni budaya, seperti citrakara (pelukis), undagi (pengrajin kayu) dan sulpika (pemahat patung).

Disebutkan pula, salah satu alasan utama warga desa ini menekuni seni budaya tersebut adalah sebagai simbol yadnya, yaitu keikhlasan berkarya wujud bersyukur kepada Sang Pencipta. Semangat ini jugalah yang membuat banyak warga desa Batuan Bali masih berkesenian hingga kini.

Salah satu kesenian desa Batuan Bali yang paling terkenal adalah lukisannya. Lukisan dari desa Batuan dikenal memiliki gaya abstrak yang inspirasinya datang dari cerita rakyat, cerita mistis serta mitos sehari-hari yang kadang digambarkan dalam lukisan tentang penyihir atau monster.

Lukisan yang dibuat juga biasanya terlihat ramai dengan detail-detail, yang sering kali berhubungan dengan kisah kehidupan warga sehari-harinya. Begitu detailnya lukisan ini, ia akan terlihat begitu memenuhi kanvas.

Desa Batuan Bali salah satunya dikenal karena karya-karya lukisannya.
Ilustrasi lukisan seniman Bali. Foto: Dok. shutterstock

Dan salah satu ciri khas lukisan desa Batuan Bali adalah dominannya warna hitam dan putih yang menimbulkan kesan kelam dan mencekam. Seni melukis di desa ini disebut telah populer sejak 930-an dan menjadi salah satu seni lukisan Bali paling mahsyur.

Kini pengunjung bisa menemui beberapa galeri-galeri pelukis di desa Batuan. Beragam lukisan dipajang dan bahkan beberapa di antaranya dijual. Harganya pun cukup mahal, paling tidak bisa mencapai jutaan, bahkan puluhan juta rupiah.

Kalau tak punya budget untuk membeli lukisan, ada souvenir seperti cangkang telur yang dilukis ala desa Batuan Bali. Ada yang menggunakan cangkang telur ayam, bebek atau bahkan burung unta asli, ada juga yang hanya tiruan dari kayu. Harganya pun lebih terjangkau, mulai dari Rp 50 ribu.

Desa batuan Bali juga terkenal karena lukisan pada cangkang telur.
Lukisan pada cangkang telur. Foto: dok Tempo dari gettyimage

Selain seni melukis, warga desa Batuan Bali juga merupakan pekerja seni lainnya, seperti memahat patung, mengukir kayu, menenun, dan membuat topeng. Beberapa lainnya juga masih melestarikan budaya tari tradisional.

Salah satu tari tradisional yang identik dengan desa Batuan adalah Tari Gambuh. Seni tari ini kabarnya sudah eksis sejak abad ke-15, yang menggabungkan elemen-elemen seperti tarian, nyanyian, akting dan drama, serta elemen seni visual lainnya.

Tari Gambuh biasanya berisi atraksi tari dengan drama lakon, diiringi oleh seperangkat gamelan yang dinamai gamelan pegambuhan. Tarian ini biasanya dilakukan pada Odalan, salah satu hari raya di Bali yang dirayakan sekitar enam bulan sekali.

Odalan pada dasarnya merupakan perayaan dimana masyarakat Hindu di Bali memohon kepada para dewa agar turun ke Bumi dan memberi rahmatnya kepada Bali dan warganya. Caranya, mereka melakukan beragam ritual dan kesenian tradisional, seperti Tari Gambuh.

Selain itu, Tari Gambuh biasanya juga dilakukan pada festival perayaan bulan purnama, atau di acara-acara seperti pernikahan di desa Batuan Bali. Anda bisa menyaksikan atraksi tari ini kala mereka tampil di sekitar kawasan Pura Puseh.

Rumah-rumah tradisional di sekitar desa ini juga merupakan daya tarik turis lainnya. Rumah tradisional ini bercirikan atap yang terbuat dari rumput ilalang, serta pintu depan berukuran kecil dengan daun pintu yang terbuat dari tanah liat.

Arsitektur rumah tradisional seperti ini menjadi keunikan tersendiri yang tak anda lihat di tempat lainnya. Maka tak jarang beberapa orang melakukan sesi foto seperti pre-wedding dan sebagainya dengan menggunakan latar rumah tradisional ini.

Kurang afdol pula kalau tidak masuk berkeliling di Pura Puseh. Pura yang hingga kini masih digunakan untuk warga setempat sembahyang ini memiliki beragam ornamen ukiran khas Bali, dengan lukisan-lukisan yang menceritakan berbagai lakon cerita rakyat bernapaskan Hindu.

Di Pura Puseh juga pengunjung bisa melihat prosesi sembahyang umat Hindu, serta beragam upacara adat dan keagamaan. Pergelaran tari tradisional seperti Tari Gambus dan sebagainya juga biasa diadakan di sekitar wilayah pura tersebut.

Untuk bisa masuk ke dalam pura, pengunjung akan dikenakan tiket masuk seharga Rp 10 ribu. Selain itu, anda juga diminta untuk menggunakan kain dan menggunakannya dengan cara dililit di pinggang, bagaikan sarung. Kain ini dipakai selama berkunjung ke pura sampai selesai.

Yang perlu diingat, setiap pengunjung diminta untuk tidak menyentuh ukiran, lukisan atau benda-benda yang berkaitan dengan prosesi sembahyang di pura ini. Pengunjung juga diminta berhati-hati untuk tidak melangkahi sesembahan di sekitar area pura.

Di desa ini, pengunjung juga bisa belajar seni melukis, mengukir dan memahat ala desa Batuan. Hanya perlu membayar Rp 100-150 ribu untuk short course. Beragam pilihan guest house sebagai fasilitas penginapan juga tersedia.

Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi via email di desabatuan@gmail.com, atau mengunjungi akun Twitter resmi @BatuanDesa serta akun Instagram resmi @desa.batuan.

agendaIndonesia/Audha Alief P.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi