Jalan-jalan asyik 2 Hari di sekitar Jakarta mungkin jarang dipikirkan orang. Jakarta? Apa asyiknya menikmati Jakarta selain mal dan beberapa tempat yang sudah dikenal sejak masa kanak-kanak: Taman Mini Indonesia Indah, Taman Impian Jaya Ancol, atau mal-mal yang bertebaran di seputar ibu kota Indonesia ini.
Jalan-jalan Asyik
Setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang berkunjung ke Jakarta. Sebagian besar memang karena pekerjaan, tapi sering pula perjalanan bisnis atau tugas itu menyimpan waktu senggang yang sesungguhnya bisa dipakai untuk dinikmati kota metropolitan ini.
Bisa jadi, Jakarta dinilai tidak menarik dijelajahi. Padahal, dengan memperpanjang waktu tinggal semalam atau dua malam saja, ada agenda jalan-jalan yang bisa dicoba tanpa perlu menguras tenaga maupun kantong. Berikut pilihan jika punya waktu satu atau dua hari di Jakarta.
Hari Pertama: Pecinan dan Kota Tua
Perjalanan bisa dimulai dari kawasan Pecinan, Glodok, Jakarta Barat. Dari pusat Kota Jakarta, diperlukan butuh waktu kira-kira 30 menit untuk mencapainya. Jika berangkat pagi hari, di sini Anda bisa menyantap sarapan untuk menambah energi sebelum berwisata seharian. Salah satu pilihannya adalah Kedai Es Kopi Tak Kie di Gang Gloria.
Kopinya diracik berdasarkan resep turun-temurun sejak 1927. Menu andalan Kedai ini adalah kopi hitam pekat dengan cita rasa yang kuat atau kopi susu dan es kopi yang lebih ringan. Di sepanjang Gang Gloria juga bisa ditemukan aneka penganan khas Cina, seperti bakmi ayam, nasi ayam Hainan, cakwe, dan permen tempo dulu. Sebagian besar makanan di sini mengandung babi. Jadi, bagi kaum muslim, sebaiknya bertanya dulu sebelum mencicipi.
Persis di seberang Gang Gloria, ada gang lain yang merupakan bagian dari Pasar Petak Sembilan. Tersebar toko obat, rempah-rempah, dan bahan makanan serta rumah-rumah tua bergaya oriental milik warga Tionghoa di sana. Masih di kawasan yang sama, terdapat sebuah kompleks ibadat umat Buddha, yang terdiri atas tiga vihara, yakni Dharma Bhakti, Dharma Sakti, dan Hui Tek Bio.
Vihara Dharma Bhakti adalah yang terbesar di antara ketiganya. Vihara ini paling banyak dikunjungi umat yang ingin memohon berkat bagi usaha dan keluarganya. Untuk umat Nasrani, ada gereja unik yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari kompleks vihara, yakni Gereja Katolik Santa Maria de Fatima. Bangunan gereja ini bergaya arsitektur Cina. Di sekitarnya, tepatnya di Jalan Kemenangan, Anda bisa menemukan penjaja nasi ulam khas Betawi. Nasi ulam tersebut dijual di gerobak. Sayangnya, kedai yang dikenal luas, yakni Nasi Ulam Misjaya, baru buka sekitar pukul 16.00.
Perjalanan dapat dilanjutkan ke Kota Tua, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Glodok. Kota Tua adalah kompleks peninggalan Belanda yang sarat akan bangunan bersejarah dan museum. Bagi penggemar sejarah atau penghobi fotografi, tempat satu ini tidak boleh dilewatkan. Untuk pengalaman yang lebih berkesan, cobalah menyusuri Kota Tua sambil mengendarai sepeda ontel sewaan. Banyak sepeda dicat beraneka warna dan dijejerkan di sekitar Taman Fatahillah yang disewakan. Selain sepeda, penyewa mendapat sepasang topi ala sinyo dan noni Belanda.
Taman Fatahillah dikelilingi tiga museum: Museum Sejarah Jakarta, Museum Wayang, serta Museum Seni Rupa dan Keramik. Masing-masing beroperasi dari Selasa hingga Minggu, pukul 09.00-15.00. Museum Sejarah Jakarta menjadi yang paling tersohor. Bukan hanya menampilkan sejarah Ibu Kota dari masa prasejarah hingga kini, melainkan juga menyimpan koleksi perabotan zaman Belanda, ketika gedungnya masih digunakan sebagai kantor Gubernur Jenderal VOC. Di halaman tengah, ada meriam Si Jagur, yang menurut mitos bisa memberikan kesuburan bagi keluarga yang belum memiliki anak.
Setelah puas menyusuri sejarah, Anda bisa mendinginkan tubuh sekaligus makan siang di Cafe Batavia, yang menempati gedung tertua kedua di Kota Tua setelah Museum Sejarah. Lokasinya berseberangan dengan Museum Sejarah Jakarta. Restoran ini menawarkan suasana masa pendudukan Belanda melalui koleksi foto-foto dan lukisan yang menghiasi dinding-dindingnya. Tersedia masakan Cina dan Barat, selain sajian khas Betawi, seperti gado-gado, nasi uduk, dan soto Betawi.
Setelah puas menikmati museum, Anda boleh mampir ke beberapa tempat lainnya, seperti Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, dan Toko Merah. Sebelum malam menjelang, jangan lupa singgah di Pelabuhan Sunda Kelapa, tempat berlabuhnya kapal nelayan dan kapal angkutan barang dari pulau-pulau sekitar Jakarta. Nikmatilah sore di tengah tiupan angin sambil berburu hidangan laut.
Hari Kedua: Monumen Nasional dan Setu Babakan
Ikon Ibu Kota, Monumen Nasional atau Monas, layak menjadi tujuan pertama hari ini. Anda bisa naik ke pelataran atas Monas untuk melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter atau masuk ke Museum Sejarah Nasional di pelataran bawahnya. Museum Sejarah Nasional berisi diorama peristiwa bersejarah di Indonesia sejak zaman kerajaan, perjuangan kemerdekaan, hingga Orde Baru. Dari Monas, jangan lewatkan kesempatan untuk mengabadikan masjid terbesar di Asia Tenggara, Masjid Istiqlal. Tepat di seberangnya, ada Gereja Katedral Jakarta, yang berarsitektur neo-gothic.
Jika masih punya cukup banyak waktu, dari Jakarta Pusat, Anda bisa menuju Kampung Budaya Betawi, Setu Babakan. Lokasinya di Jalan Muhammad Kahfi II, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan sesungguhnya adalah nama danau seluas 30 hektare yang menjadi pusat aktivitas warga setempat. Sepanjang jalan menuju danau, dapat ditemukan rumah-rumah adat Betawi dengan ciri khas ornamen ukir di kusen atap dan pintu.
Pada akhir pekan atau hari-hari besar, biasanya diselenggarakan berbagai acara di sini, seperti pertunjukan lenong, tari Betawi, atau gambang kromong. Setiap Rabu dan Minggu, sanggar seni dan bela diri lokal juga menggelar latihan di tempat ini.
Jika tidak sempat melihat pertunjukannya, Anda bisa menikmati kerindangan pepohonan, mengitari danau sambil memancing, atau mencicipi kuliner khas Betawi. Tersedia beraneka penganan, semisal kerak telor, tauge goreng, kue cucur, es selendang mayang, dan bir pletok. Kawasan Setu Babakan dibuka hingga pukul 18.00. Jadi, Anda bisa melewati hari dengan bersantai di sini sampai mentari terbenam.
Yolanda F./Aditya N./TL/agendaIndonesia
*****