Kayak arus deras adalah alternatif jika ingin memompa adrenalin di derasnya arus sungai. Selain arung jeram yang sudah lama dikenal, olahraga atau aktivitas ini kian digemari. Untuk memulainya, minimal punya pengetahuan soal teknik dasar olahraga kayak.
Kayak Arus Deras
Arus Sungai Cipunagara, Subang, Jawa Barat, mengalir sangat deras. Seakan tak rela dilintasi benda apa pun. Siapa saja yang melintas niscaya diempas kuat-kuat. Bagi kayaker, arus yang memicu adrenalin ini justru menggoda untuk dikalahkan. Berbekal teknik dan kegigihan, seorang kayaker mencoba melintas. Yup, bukan main, ia berhasil melewati derasnya arus sungai dengan tingkat jeram tinggi tersebut. Luar biasa!
Kayak arus deras memang tidak sepopuler arung jeram di sungai. Medan yang cukup sulit dan risiko tinggi, seperti tenggelam, mungkin menyebabkan olahraga ini tidak punya banyak penggemar. Atas dasar itulah Muhammad Ihsan, Tedy Bugiana, dan Ira Shintia, dibantu Toto Triwidarto, Puji Jaya, Agus Hermansyah, serta Sigit Setianto dari Sekolah Kayak Tirtaseta, mendirikan Bandung Kayak Community (BKC).
“Keberadaan BKC ini sebenarnya hanya untuk mencoba menghimpun penggemar dan peminat serta berupaya memasyarakatkan olahraga kayak arus deras,” kata Kang Ihsan—panggilan Muhammad Ihsan suatu kali. Komunitas yang didirikan Januari 2012 itu biasanya memanfaatkan liburan akhir pekan dengan mendatangi sungai-sungai yang berada di sekitar Bandung. Di antaranya Sungai Cipunagara dan Ciherang di Subang, Sungai Cimanuk di Garut, dan Sungai Ciwulan di Tasikmalaya.
Jika menyambangi lokasi yang relatif jauh dari Bandung, para anggota komunitas biasanya berkoordinasi terlebih dulu untuk mendiskusikan segala hal yang berhubungan dengan pengarungan, transportasi, dan urusan teknis lainnya. Sedangkan untuk latihan rutin, BKC melakukannya di Sungai Cikapundung, yang masih berada di Kota Bandung.
Hingga saat ini komunitas yang bermarkas di Jalan Dago Hegar, Bandung, itu memiliki 45 anggota. Yang paling muda berusia 10 tahun, sementara yang paling tua 50 tahun. Profesi anggotanya beragam. Dari pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, mahasiswa, hingga pekerja profesional. Ada juga perempuan.
Untuk bergabung dalam komunitas ini, tentu ada persyaratannya. Yang pasti, tidak wajib memiliki peralatan kayak sendiri. Maklum, peralatan kayak belum diproduksi di dalam negeri. BKC biasanya menyediakan peralatan kayak yang dimiliki anggota lainnya untuk digunakan bersama-sama saat latihan dan pengarungan. Menurut Kang Ihsan, sejatinya siapa pun boleh bergabung dengan BKC—sebagai organisasi berbasis komunitas. Namun sebaiknya, Kang Ihsan menyarankan, calon anggota pernah mengikuti kursus kayak bersertifikat atau alumnus sekolah kayak.
Namun bagi calon anggota yang belum pernah kursus kayak, tak usah khawatir. BKC juga mendirikan sekolah khusus kayak. Sekolah Kayak BKC namanya. Di sekolah yang didirikan lewat kerja sama dengan Sekolah Kayak Tirtaseta dari Purbalingga ini, ada pelajaran soal teknik kayak, seperti membalikkan kayak sendiri ketika terbalik (rolling), menyelamatkan diri (self-rescue), dan mendayung maju-mundur (eddies-in and eddies-out).
Pelatihan kayak tingkat dasar dilakukan selama tiga hari dan terdiri atas beberapa sesi. Sesi pertama, biasanya diadakan di kolam renang untuk membiasakan diri dengan air. Namun sesi-sesi berikutnya dilakukan di sungai. Dalam pelatihan tersebut, para peserta diharapkan menguasai setidaknya 95 persen kurikulum pelatihan. Untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut, setiap peserta hanya dikenai biaya Rp 1,5 juta. Khusus pelatihan di sungai, para peserta akan dibawa ke Sungai Cipunagara, Subang.
Hingga saat ini Sekolah Kayak BKC sudah menghasilkan lima angkatan. Mayoritas lulusannya langsung bergabung dengan BKC. Tak mengherankan jika BKC selalu diidentikkan dengan Sekolah Kayak BKC. Padahal, menurut Kang Ihsan, siapa pun bisa menjadi anggota BKC. “Cuma kebetulan, BKC mayoritas diisi lulusan dari Sekolah Kayak BKC.”
Di usianya yang relatif masih muda, BKC terus menata organisasi. “Insya Allah, ke depan akan disusun lebih baik lagi. Mengingat jumlah anggota yang sudah semakin banyak,” ujar Kang Ihsan. Yang terpenting, ia menambahkan, olahraga kayak arus deras mendapat tempat di hati warga Bandung, sehingga bisa dikembangkan bersama-sama. Ayo, dayung terus!
agendaIndonesia/Andry T./Bandung Kayak Community
*****