Keliling Sumba Timur dalam 3 hari.

Keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur bisa menjadi pilihan menikmati liburan. Menikmati terpaan sinar matahari, bermain air laut, dan mata air silih berganti. Semuanya bisa dilakukan dalam keliling Sumba Timur dalam 3 hari.

Keliling Sumba Timur bisa dilakukan selama 3 hari di seputar Waingapu, ibukota Kabupaten Sumba Timur.
Salah satu pantai di Sumba Timur. Foto: Dok. unsplash

Keliling Sumba Timur

Dari Jakarta wisatawan bisa menuju Waingapu melalui Denpasar Bali atau Lombok. Namun beberapa penerbangan memiliki rute langsung ke ibu kota Sumba Timur ini.

Melalui perjalanan udara, pengunjung bisa mendarat di di Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, Waingapu. Waktu yang tepat untuk berjalan-jalan ke Sumba Timur ini adalah menjelang musim kemarau, yakni sekitar April-Mei. Soalnya, pelesiran Anda tak akan terhambat oleh hujan dan masih dapat menyaksikan bukit-bukit dengan padang rumput yang menghijau subur sebelum berubah menjadi padang yang kering.

Lalu untuk perjalanan keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur ini dalam tiga hari apa saja yang bisa kita lakukan?

Hari Pertama: Bukit Mauhau dan Dermaga Waingapu

Setelah check-in di hotel dan beristirahat sejenak, saatnya memulai perjalanan. Lantaran minimnya angkutan dalam kota, direkomendasikan menyewa jasa ojek atau kendaraan beroda empat yang bisa didapatkan informasinya lewat hotel tempat menginap.

Destinasi pertama untuk menghabiskan sore adalah Bukit Mauhau. Sebelum berangkat, belilah camilan plus minuman segar untuk bekal piknik. Bukit yang juga dikenal dengan sebutan Bukit Persaudaraan ini tak jauh dari bandara. Bisa dicapai dengan kendaraan bermotor model apa pun karena akses jalan yang tak terlalu terjal. Dari pusat kota hanya perlu waktu 15 menit.

Di lokasi ini, pengunjung bisa menggelar tikar sembari menikmati pemandangan Kota Waingapu dari atas bukit. Tak jarang lewat gerombolan kambing, sapi, dan kuda beserta para penggembala.

Menjelang senja, lanjutkan perjalanan menuju Dermaga Waingapu. Tak kurang dari 20 menit, Anda sudah bisa mencium aroma laut di pinggir dermaga. Penduduk Waingapu gemar bersantai di tempat ini. Sore terasa cukup meriah di sini.

Saat matahari sudah benar-benar tenggelam dan perut mulai keroncongan, tak perlu jauh-jauh mencari kudapan. Pada malam hari, Dermaga Waingapu  diramaikan oleh warung-warung ikan bakar.

Ikan-ikan ini datang langsung dari nelayan setempat. Jadi, tak perlu diragukan kesegarannya. Selain ikan, mereka menyajikan olahan cumi-cumi. Seporsi ikan bakar ukuran sedang, lalapan, serta dua macam sambal ditambah nasi dengan segelas es jeruk rasanya cukup untuk menemani malam.

Hari Ke Dua: Pantai dan Mata Air

Pagi ini cocok untuk menyusuri pantai. Ada dua pantai yang bisa dikunjungi di sini, yakni Puru Kambera dan Walakiri. Pantai Puru Kambera adalah yang pertama bisa dikunjungi.

Pantai berpasir panjang ini bisa dicapai sekitar 60 menit dengan kendaraan bermotor dari Waingapu. Jalan yang dilalui berpoleskan aspal cukup halus, sehingga kendaraan melaju tanpa hambatan. Sebelum memasuki kawasan pantai, Anda akan disuguhi pemandangan padang perdu yang begitu luas.

Dari titik tersebut, pengunjung bisa melihat garis Pantai Puru Kambera. Saking sepinya pantai tersebut, orang bisa bebas berenang atau sekadar bersantai di atas hammock sampai puas.

Saat sinar mentari mulai terik, saatnya kembali ke kota dan melanjutkan perjalanan ke Mata Air Mbatakapidu. Berlokasi di kilometer 8, obyek ini cukup populer di Waingapu.

Melihat air yang dingin dan jernih serta pepohonan yang rindang di kanan kiri. Maka, Anda tak usah sungkan untuk berendam di aliran mata air ini. Sering anak-anak kecil juga bermain air di sini sekadar mendinginkan badan dari sengatan matahari Waingapu.

Tujuan berikutnya adalah Pantai Walakiri. Dari pusat Kota Waingapu, hanya membutuhkan waktu 40 menit berkendara. Paling pas bersantai di pantai ini saat hari mulai sore untuk menyaksikan matahari tenggelam.

Di bibir pantai terdapat satu lokasi tempat pohon-pohon bakau sedang tumbuh, sehingga menciptakan pemandangan unik tersendiri. Biasanya penduduk lokal menjual kelapa muda. Nah, bisa bersantai di pantai Sambil menyeruput kelapa muda.

Hari Ke Tiga: Bukit Padadita dan Kampung Raja Prailiu

Bukit Padadita menjadi tujuan pertama pada hari terakhir berada di Waingapu. Berangkatlah saat subuh agar tidak tertinggal melihat matahari terbit dari atas bukit. Hanya membutuhkan 15 menit berkendara menuju bukit ini. Dapat juga terlihat runway bandara dan aliran Sungai Kambaniru dari sana.

Sebelum meninggalkan Waingapu, tidak lengkap jika tidak menenteng oleh-oleh khas berupa kain tenun. Harganya mulai Rp 100 ribuan hingga jutaan rupiah selembar dan Anda bisa menemukannya di Prailiu.

Di sini pengunjung pun bisa menikmati wisata budaya dan sejarah. Dulu kala, Pulau Sumba memang dihuni oleh beberapa kerajaan laiknya pulau-pulau Nusantara lain. Prailiu adalah salah satu yang masih eksis dan terletak di pusat kota Waingapu.

Keliling Sumba Timur di Nusa Tenggara Timur dilakukan dengan mengunjungi bukit, pantai, mata air dan budaya.
Kuburan Raja Prailiu. Foto: Dok. TL

Sumba dikenal sebagai tanah Marapu—kepercayaan yang meyakini dan memuja roh leluhur. Banyak benda-benda yang dikeramatkan oleh masyarakat Marapu. Perlahan kepercayaan ini mulai berkurang seiring masuknya agama lain di Sumba. Di Prailiu, Anda bisa melihat kubur batu seorang raja yang beratnya mencapai 40 ton.

agendaIndonesia/TL

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi