Komunitas drone semakin banyak di Indonesia, selain belajar menerbangkan pesawat, mereka juga belajar fotografi dan videografi

Komunitas drone adalah satu kelompok kegiatan dengan mengejar sejumlah kompetensi. Bukan sekadar menerbangkan pesawat nirawak, namun juga menumbuhkan kemampuan fotografi, videografi. Bahkan memberikan manfaat lain seperti dokumentasi. Jadi ini bukan sekadar hobi semata.

Komunitas Drone

Matahari siang bolong pada awal Maret lalu benar-benar perkasa. Teriknya memanggang siapa dan apa pun yang ada di bawahnya. Beberapa gumpalan tipis awan putih berarak menghindari keperkasaannya.

Entah dari mana munculnya, sebuah pesawat mungil melintas di udara. Sesekali terbang merendah dan kembali meninggi meski tidak menembus awan. UFO (unidentified flying object) kah? Rupanya bukan. Karena benda itu tak lain dari drone alias unmanned aerial vehicle (UAV) yang sedang dicoba seorang pembeli.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, drone kian populer. Di kalangan militer dikenal sebagai ”mesin pembunuh” karena memiliki serangan yang mematikan dan daya jelajah yang sangat luas.

Beberapa tahun lalu chief executive officer  raksasa retail online Amazon, Jeff Bezos, mengenalkan konsep layanan Amazon Prime Air. Yang memungkinkan barang yang dipesan konsumen di Amazon.com akan diantar menggunakan drone dalam waktu 30 menit setelah mereka menekan tombol “beli”.

Menurut Asha Wadya, anggota DJI Phantom Indonesia, pemanfaatan pesawat nirawak itu pun kini berkembang luas hingga menyentuh penghobi. Selain hobi juga dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan sebagai fotografer ataupun videografer. ”Bisa dibilang drone ini menggabungkan tiga hobi sekaligus: radio control, videografi, dan fotografi,” kata dia. Bahkan, ia menambahkan, beberapa media massa sudah memanfaatkan drone ini.

Komunitas drone tumbuh untuk meningkatkan apresiasi dan kompetensi memanfaatkan pesawat nirawak.
Drone jenis Phantom. Foto: Dok. Unsplash

Pemanfaatan drone, kata Asha, tak lepas dari kemampuan yang dimilikinya. Drone lebih stabil, sehingga memungkinkan untuk mengabadikan gambar atau video. Pesawat yang dikendalikan melalui remote control dengan frekuensi 2,4 dan 5,8 Ghz juga mampu terbang setinggi 400 meter dan sejauh lebih dari 1,5 kilometer.

”DJI Phantom II bisa terbang selama 15-20 menit sekali terbang,” ia mengungkapkan sambil menyebut seri terbaru bisa terbang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.

Selain itu, drone dilengkapi dengan fasilitas GPS. Jika kehilangan jejak, fitur ini memungkinkan pesawat akan kembali ke titik keberangkatan semula. ”Tinggal diatur dan dikunci saja GPS-nya,” ujar Asha.

Tak jarang pesawat tersebut dijual sepaket dengan mounting (dudukan) action camera seperti GoPro yang didesain ringan, kompak, dan memiliki lensa lebar. Walhasil, tidak repot merakit perangkat tambahan lain.

Komunitas drone mengembangkan minat dan hobi sekaligus menjadi profesi yang menjanjikan.
Drone sedang mengudara. Foto: Dok. unsplash

Hasil foto ataupun video dengan drone ini mengagumkan. Sudut pandang aerial dengan perspektif menghadap ke bawah membuat foto ataupun video menjadi dramatis dan menakjubkan.

Lantas, berapa harga sebuah drone yang dinilai cocok buat pemula? Asha menyebut sekitar belasan juta untuk sebuah drone DJI Phantom 2. Itu belum termasuk action camera. Jika ingin sudah lengkap dengan kamera bisa mencapai Rp 20 juta lebih. Asha memperkirakan perkembangan drone akan semakin pesat di Tanah Air. ”Tahun 2015 mungkin dapat dibilang sebagai awal tahunnya drone,” ucapnya.

Aman dan Bertanggung Jawab

Kendati Phantom keluaran DJI Innovations termasuk paling mudah dikendalikan di kelasnya, namun Asha menyarankan pemula yang baru mencoba drone untuk berlatih di lapangan terbuka, bermain rendah, dan berlatih orientasi sesering mungkin sebelum terbang lebih tinggi.

”Jika terjadi crash, selain bisa merusak drone, bisa membahayakan orang lain di sekitarnya,” katanya. Oleh karena itu, komunitas drone DJI Phantom Indonesia menjunjung semboyan flysafe & fly responsible.

Komunitas drone yang didirikan pada 11 Mei 2014 itu merupakan wadah berkumpulnya pengguna drone buatan Da-Jiang Innovations Science and Technology Co, Ltd (DJI) Phantom asal Cina. Perusahaan ini didirikan Frank Wang pada 2006 di Shenzhen, Tiongkok.

Meski usia DJI Phantom Indonesia kurang dari setahun, anggotanya kian bertambah. Sampai tulisan ini diturunkan, setidaknya ada 600 anggota yang terdaftar dalam media sosial DJI Phantom Indonesia. “Anggota kami datang dari berbagai profesi. Mulai dari siswa SMP, kalangan media, penghobi, videografer, fotografer, dosen, DJ, hingga musikus,” katanya.

Asha mempersilakan siapa saja yang tertarik bergabung dengan DJI Phantom Indonesia. ”Silakan saja bergabung lewat media sosial Facebookkami. Tak perlu harus punya drone terlebih dulu,” kata dia.

Hal itu diakui oleh Agung Setiawan. Pria berusia 37 tahun yang berprofesi sebagai DJ ini mengaku awalnya mengenal drone berawal dari kebiasaan mendokumentasikan kegiatannya saat ia beraksi di luar kota. ”Namun setelah mempelajari lebih jauh, ternyata kamera yang saya gunakan bisa dipasangkan dengan drone. Sejak saat itu, saya langsung tertarik dengan drone. Hitung-hitung sekalian belajar jadi videografer,” ujarnya merendah.

agendaIndonesia/TL/Andry T.

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi