Konro Karebosi sudah jadi salah satu ciri khas Makassar. Ia seakan ‘landmark’ ibukota Sulawesi Selatan itu. Kuliner dari kota Angin Mamiri ini sudah lekat di benak banyak orang selama bertahun-tahun lamanya, walaupun kini sudah banyak restoran-restoran dengan menu masakan konro lainnya.
Konro Karebosi
Konro, atau iga sapi dalam bahasa Bugis, merupakan salah satu kuliner yang tak boleh dilewatkan kala berkunjung ke ibu kota Sulawesi Selatan ini. Baik dalam format sop konro maupun konro bakar, keduanya sama-sama bercita rasa unik dan menggugah selera. Satu kata: enak.
Konon, kuliner ini dulu tercipta dari budaya orang Makassar saat merayakan hari raya atau perhelatan besar seperti pernikahan. Uniknya, dulu justru bukan sapi sebagai bahan dasar makanan ini, melainkan kerbau.
Kepercayaan masyarakat ini meyakini bahwa kerbau adalah hewan yang spesial dan hanya boleh dimakan pada acara tertentu saja. Inilah sebabnya beberapa dari kuliner asli Makassar awalnya juga terbuat dari daging kerbau, seperti Pallu Basa dan Coto Makassar.
Ketika itu, kerbau yang disembelih akan diambil bagian tulang iganya, kemudian dimasak dengan racikan kuah yang berasal dari kacang tanah yang telah direbus dan kemudian dihaluskan. Kuah kemudian akan cenderung berwarna coklat gelap.
Seiring berjalannya waktu, populasi kerbau mulai menurun dan warga mulai kesulitan mencari bahan baku iga kerbau, apalagi harganya ikut menjadi mahal. Oleh sebab itu, masyarakat beralih menggunakan iga sapi karena lebih mudah ditemukan dan harganya lebih terjangkau.
Ditambah dengan bumbu-bumbu dapur seperti merica, buah kluwek, pala, ketumbar, kencur, kunyit, cengkeh dan kayu manis membuat rasanya begitu gurih bercampur spicy. Aromanya pun tajam dan kuat, khas rempah-rempah Indonesia.
Kuliner ini kemudian dipopulerkan oleh seorang pria bernama H. Hanafing. Dulunya sehari-hari berprofesi sebagai guru, ia kemudian mengisi waktu luangnya dengan berjualan sop konro di kawasan lapangan Karebosi pada 1968. Mulailah era Konro Karebosi.
Tak disangka, warungnya tersebut menjadi ramai oleh pengunjung dan laris manis. Akhirnya sekitar empat tahun kemudian, ia memutuskan untuk memindahkan warungnya ke ruko di jalan Gunung Lompo Battang.
Tempatnya tak jauh dari lokasi awal warung pertama kali buka. Alasan dipindahkannya warung tersebut agar dapat melayani lebih banyak konsumen. Namun sebagai identitas agar tetap dikenali, nama Konro Karebosi lantas tetap dipertahankan.
Lantas, apa alasan sop konro buatan Konro Karebosi ini begitu digemari? Ternyata, rahasianya ada pada bagaimana konro Karebosi tersebut diolah. Mengolah iga sapi memerlukan teknik khusus dan proses yang tak sebentar.
Biasanya, cara memasak konro adalah merebusnya paling tidak dua kali dengan air rebusan yang berbeda. Ini dilakukan agar konro menjadi empuk, mudah dipisahkan dari tulang, dan tidak amis.
Dalam resep yang dipakai Konro Karebosi, setiap kali konro direbus akan memakan waktu hingga empat jam. Hasilnya, selain cita rasa dari iga serta bumbunya benar-benar meresap, daging pun jadi terasa begitu lembut dan mudah lumer di mulut.
Kombinasi antara daging iga yang begitu empuk, serta bumbu yang sedap untuk diseruput, membuat Konro Karebosi senantiasa kebanjiran pengunjung. Bahkan setelah kini usaha dijalankan oleh sembilan anak H. Hanafing dan sudah buka cabang di tempat lain, restoran aslinya tak pernah sepi.
Setelah resep ini terbukti disukai banyak orang, mereka pun mencoba berinovasi dengan menu baru agar mampu menjaring lebih banyak pelanggan. Maka pada sekitar tahun 1990-an, mereka mulai mencoba bereksperimen dan mencari resep baru yang berbeda.
Setelah rangkaian trial and error, akhirnya pada tahun 2000-an muncullah menu konro bakar yang juga digemari banyak orang. Makanan ini terinspirasi oleh steak pada umumnya yang dibakar lalu dibumbui, tetapi kemudian konro bakar diramu dengan bumbu ala Makassar.
Awalnya konro akan diolah seperti biasanya, sebelum kemudian dibakar dengan olesan kecap. Setelah dibakar, daging iga tersebut akan terasa garing di luar, namun tetap empuk di dalamnya.
Bumbu kacang yang digunakan juga dipadu dengan cabe dan perasan jeruk nipis, yang menambah sensasi unik di lidah. Serta tak lupa taburan bawang goreng di atasnya, membuat makanan ini juga cepat akrab di lidah dan menggaet penggemar tersendiri.
Baik sop konro maupun konro bakar biasanya ditemani buras sebagai teman makannya. Buras ini seperti lontong. Khusus konro bakar, biasanya Konro Karebosi juga menyediakan kuah sop untuk menambah cita rasa saat menyantap.
Secara harga, sop konro dan konro bakar dihargai sekitar Rp 40 ribu hingga 50 ribu. Harga tersebut belum termasuk buras atau nasi. Harga ini termasuk cukup bersahabat, karena di restoran lain atau cabang-cabang di kota lainnya, harga menunya bisa sampai kisaran Rp 60 ribu hingga 70 ribu.
Selain itu, menu di restoran aslinya hanya itu dan tidak berubah sampai sekarang. Berbeda dengan restoran lain, atau cabang-cabang di kota lain yang terkadang menambahkan menu-menu lain seperti Coto Makassar, dan cemilan seperti es Pallubutung, es Pisang Ijo dan lain-lain.
Konro Karebosi buka setiap hari dari jam 10.30 sampai jam 22.30. Untuk info lebih lanjut dapat mengunjungi laman Instagram resmi @sopkonrobakarkarebosi.
Konro Karebosi; Jl. Gunung Lompo Battang no. 41-43, Makassar
agendaIndonesia/Audha Alief P.
*****