Jogja Fashion Week 2022 diselenggarakan di tiga venue.

Kuliner Yogyakarta persepsi orang selalu dikaitkan dengan gudeg, masakan berbahan nangka muda dengan rasa dominan manis. Bahkan semua masakan di kota pelajar ini cenderung dipersepsikan makanan yang manis. Tapi, betulkah demikian?

Kuliner Yogyakarta

Ternyata tak semua sajian di kota ini berasa manis, ada pula olahan yang membuat lidah terasa terbakar. Rasanya ada kuliner yang perlu Anda coba bila bepergian ke Yogyakarta, dan mencari alternatif selain gudeg.

Gudeg tentu jangan sampai dilewatkan, namun kali ini kami coba mengenalkan warisan kuliner Yogyakarta selain gudeg. Cukup banyak warung yang melejit dan ramai dikunjungi karena keberanian menggunakan cabai dalam olahan maskan andalannya. Berikut tujuh yang mungkin bisa dikunjungi.

Entok Slenget Kang Tanir

“Entok”dalam bahasa Jawa adalah sebutan untuk itik manila, sedangkan “slenget”berarti rasa yang menyengat. Kang Tanir memberi nama warungnya sesuai dengan spesialisasinya memasak rica-rica itik pedas yang mampu menyengat lidah pembelinya. Lokasi warung kuliner Yogyakarta ini terletak di daerah Turi. Dari pusat Kota Yogya, setidaknya 45 menit berkendara menuju warung ini.

Kuliner Yogyakarta tak cuma gudeg, tapi juga entok yang pedas menyengat.
Entok Slenget Pak Tanir, tampilan bisa buruk, tapi rasa bisa bikin kangen. Foto: Dok. TL

Meskipun jauh, dijamin tidak akan menyesal berkunjung ke mari. Kanan-kiri jalan dipenuhi hamparan sawah dan kebun salak pondoh. Pada akhir pekan, jalanan menuju Turi akan disesaki kendaraan yang hendak berwisata di lereng Gunung Merapi di Kaliurang.

Warung Kang Tanir buka pukul 16.30, di mana udara Turi menjadi cukup dingin menjelang gelap. Jadi ini saat yang tepat untuk memesan sepiring entok slenget dengan nasi panas. Anda bisa meminta tingkat kepedasan yang sesuai toleransi lidah.

Biasanya kang Tanir akan mengambil beberapa cabai rawit untuk ditumbuk kasar. Lalu dimasukkan ke dalam satu wajan berisi potongan entok yang telah direbus sebelumnya. Setelah ditambah kecap dan bumbu lain, semua campuran itu dimasak dengan api besar.

 Entok slenget dibanderol Rp 30 ribu per porsi, termasuk nasi, sepiring potongan kubis mentah dan mentimun segar, plus teh atau jeruk hangat. Jika hendak berkunjung di akhir pekan, pastikan Anda datang lebih awal. Sebab, hanya dalam waktu 2-3 jam, stok daging entok bisa ludes seketika. Ada pula pilihan lain, thengkleng entok, yang ini cukup banyak tulangannya.

Entok Slenget Kang Tanir; Pasar Agropolitan Pules, Donokerto, Turi, Sleman.


Penyetan Mas Kobis

Sekitar 10 tahun lalu, warung Penyetan Mas Kobis hanya menempati sepetak poskamling di daerah Universitas Negeri Yogyakarta. Warung ini menjadi andalan mahasiswa, terutama yang doyan pedas. Namun sekarang, warung ini memiliki tempat yang luas dan banyak cabang sehingga menjangkau berbagai kalangan.

Kuliner Yogyakarta ternyata menyimpan masakan-masakan yang berasa pedas.

Penyetan Mas Kobis menyediakan menu berupa ayam, tahu, tempe, telur, ikan nila, ati ampela, dan lele dengan kisaran harga Rp 5 ribu-20 ribu. Buka pukul 11.00- 23.00. Jangan lupa selalu cantumkan seberapa pedas sambal yang Anda inginkan. Dua atau 20 cabai pun akan tetap dilayani. Cabai-cabai ini ditumbuk kasar dengan bawang putih, lalu ditambah sedikit minyak goreng panas. Kemudian lauk yang Anda pesan akan digeprek atau dihancurkan di dalam cobek berisi sambal bawang tadi. Bahkan, jika Anda memesan terung atau kol goreng pun, akan turut digeprek. Hasil akhir penampakan menu di warung ini memang terkesan berantakan. Tapi itulah ciri khas Penyetan Mas Kobis selama bertahun-tahun. Meskipun tak menarik dilihat, tidak berarti tak sedap di lidah, bukan?

Penyetan Mas Kobis; Jalan Pandega Marta, Mlati,Yogyakarta

Kebelet Belut

Tidak semua orang menggemari masakan belut. Sebagian bahkan merasa jijik dan geli membayangkan hewan aslinya yang licin dan hidup di sekitar sawah. Tapi tak sedikit pula yang menyukai daging belut karena lembut dan gurih. Jika Anda termasuk di dalamnya, cobalah kuliner Yogyakarta yang khas dengan mampir ke warung Kebelet Belut yang memiliki berbagai olahan masakan belut.

Ada belut goreng kering yang dicampur dengan sambal merah atau sambal hijau dalam satu cobek. Ada pula belut goreng yang dihidangkan terpisah dengan sambal bawang pedas. Bosan dengan goreng-gorengan, cobalah varian lain, yaitu garang asem belut dengan cita rasa asam manis karena dimasak menggunakan belimbing wuluh dan santan.

Sebagai makanan berkolesterol tinggi, kerap kali sambal belut disandingkan dengan potongan bawang putih mentah sebagai penurun kolesterol secara alami. Meskipun berspesialisasi mengolah belut, warung ini juga menyediakan lele dan ayam goreng.

Kebelet Belut; Jalan Ipda Tut Harsono 42, Timoho; Yogyakarta

Iwak Kalen

Iwak kalen dalam bahasa Jawa artinya ikan kali atau sungai kecil. Warung ini memang khusus menyediakan makanan yang berasal dari ikan sungai dan tambak. Menu andalannya adalah ikan wader, udang air tawar, dan ikan kutuk, atau populer sebagai ikan gabus.

Kuliner Yogyakarta sangat beragam dari yang manis hingga yang pedas. Dari ayam hingga ikan sungai.
Iwak kalen yang berarti ikan dari kali atau sungai kecil seperti ikan wader. Foto: Dok. TL

Tak ketinggalan juga aneka sambal disediakan, seperti sambal tomat segar, sambal terasi matang, sambal bawang, dan sambal kecap. Anda juga bisa memilih apakah lauk akan digoreng, dibakar, ditumis bersama sambal, dimasak mangut pedas, atau dibuat sup.

Lokasinya bersebelahan dengan persawahan dengan suasana perdesaan yang kental. Bagi wisatawan atau pengunjung yang suntuk dengan hiruk-pikuk perkotaan, warung Iwak Kalen bisa menjadi pilihan. Makan enak sembari memanjakan mata.

Iwak Kalen; Jalan Godean KM 9, Gang Mandungan, Genitem, SidoagungGodean, Sleman

Oseng-oseng Mercon Bu Narti

Istilah mercon digunakan banyak kuliner di Jawa Tengah, Yogya, dan Jawa Timur untuk menunjukkan masakan yang dijual biasanya sangat pedas. Jika berkunjung ke warung bu Narti di kawasan Kauman, orang akan langsung paham jenis masakan apa yang dijual: orang-orang yang sedang makan dengan raut wajah terengah-engah dan mata setengah melotot. Tak sedikit yang makan sambil mengelap peluh di keningnya.

Inilah efek menyantap oseng-oseng mercon. Makanan kreasi Bu Narti ini kini telah menjadi kuliner khas Yogyakarta. Berdiri sejak 1998 warung ini terkenal hingga ke berbagai kota, menarik setiap pejalan untuk mencoba.

Dilihat dari bentuknya, hidangan yang disajikan biasa saja. Hanya nasi putih panas ditemani oseng-oseng sederhana berisi kikil, gajih, kulit, dan tulang muda. Orang Jogja menyebutnya koyoran. Terlihat sangat berminyak, ditambah kepungan irisan cabai rawit yang bijinya menempel di koyoran.

Masakan ini karena sangat berminyak akan cepat membeku. Ngendal kata orang Jawa. ngan lemak yang begitu banyak. Maka makanlah dengan cepat. Panas nasi putih juga bisa membantu memperlambat proses pembekuan lemak. Toh, makan mercon selezat ini mana bisa lambat-lambat, semua gerak cepat. Jika tak kuat dengan serangan rasa pedas, ada menu lain seperti ayam, burung puyuh, dan lele.

Oseng-oseng Mercon Bu Narti; Jl. KH ahmad Dahlan, Gang Purwodiningratan, Yogyakarta

Gudeg Mercon Bu Tinah

Satu lagi masakan yang memajang kata mercon di sajiannya. Kali ini adaptasi dari kuliner Yogyakarta, gudeg. Jadi ini gudeg yang tidak sekadar manis.

Gudeg Mercon Bu Tinah yang terletak di Jalan Asem Gede di kawasan Kranggan ini merupakan warung gudeg favorit.

Sebenarnya banyak warung gudeg, namun, warung Gudeg milik Bu Tinah ini sangat populer dan termasuk salah satu pilihan bagi mereka yang tak terlalu suka makanan manis.

Gudeg buatan Bu Tinah ini bisa dibilang tidak biasa dan punya keunikan. Gudegnya memiliki citarasa yang pedas dengan kuah santan yang kental dan gurih. Rasa pedas Gudeg ini sangat dominan. Rasa pedasnya nendang banget, ini berasal dari oseng-oseng mercon kreceknya.

Dimana krecek tersebut ditabur dengan ranjau cabai rawit yang ekstra pedas. Belum lagi dengan tambahan sayur lombok ijo yang membuat makanan ini pedasnya meledak di mulut. Meski terkenal dengan rasa pedasnya, Gudeg ini tetap memiliki rasa manis.

Warung Bu Tinah ini buka setiap malam dan memiliki pelanggan yang lumayan banyak. Terutama setiap malam minggu tak pernah sepi pengunjung. Warungnya sangat sederhana, yaitu berupa warung tenda di pinggir trotoar.

Gudeg Mercon Bu Tinah; Jalan Asem Gede, Jetis, Yogyakarta

Jadi kalau ke Yogyakarta dan ingin membakar lidah, jangan lupa agendakan mencicipi kuliner pedas ini ya.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi