Makan beramai ala botram mulai menjadi tren publik pada 2017.

Makan beramai ala botram sangat menyenangkan dan beberapa tahun terakhir menjadi trend. Tidak saja resto yang membuat gaya ini, tapi juga ketika ada acara-acara keluarga di rumah-rumah pribadi. Masing-masing orang membawa makanan sendiri, untuk kemudian saling bertukar dan mencicipi makanan satu sama lain dan makan beramai ala botram.

Makan Beramai Ala Botram

Beberapa lembar daun pisang terhampar di atas lantai. Di atasnya digelar tempe goreng, tahu, ikan asin, ikan gurame, dan ayam goreng bertumpuk-tumpuk mengelilingi nasi putih hangat yang disusun memanjang. Di sana-sini tersaji sambal dan beragam dedaunan sebagai lalapan.

Makanan sebanyak itu disiapkan oleh sejumlah orang secara bergotong-royong untuk kemudian dinikmati bersama. Itulah yang disebut botram atau makan beramai ala botram.

Makan beramai ala botram juga dibuat paket menu makan ala-ala di sejumlah restoran.
Resto Alas Daun, salah satu penyaji makan ala botram. Foto: dok Javalane

Orang kerap kesulitan membedakan istilah botram, liwetan, dan balakecrakan. Balakecrakan adalah kegiatan makan bersama, sedangkan liwetan lebih mengacu pada jenis makanan dan cara penyajiannya. Sementara botram merupakan cara penyiapan makanan yang dibawa oleh masing-masing peserta.

Tidak ada istilah tuan rumah dalam konsep makan beramai ala botram. Semua peserta makan adalah setara. Masing-masing membawa makanan sendiri, lalu nantinya saling bertukar makanan dan saling mencicipinya. Juga tak ada ketentuan pasti harus membawa seberapa banyak. Hal ini mencerminkan sifat masyarakat Sunda yang menganut moralitas egaliter, yaitu bahwa semua manusia diciptakan sama dan sederajat.

Tradisi makan beramai ala botram umumnya diselenggarakan ketika sebuah keluarga atau komunitas sedang berkumpul, seperti saat rekreasi, arisan, atau menyambut bulan Ramadan. Lokasinya pun bervariasi, dari di dalam rumah, halaman, ladang, atau kebun. Jika mengacu pada aspek sejarahnya, nasi liwet khas Sunda berasal dari masyarakat perkebunan yang membekali dirinya dengan nasi untuk makan dari pagi sampai siang di ladang. Karena itu, makan ala botram di tengah kebun merupakan pilihan tepat untuk mendapatkan atmosfer masyarakat Sunda masa silam.

Dago Panyawangan
Dago Panyawangan yang juga menyedian makan beramai ala botram.

Setelah lama tenggelam, tradisi ini kembali mencuat, bahkan sempat viral pada 2017. Saat itu foto orang yang makan bersama dengan alas daun pisang berseliweran di media sosial. Kehadiran media sosial dan keunikan tradisi menjadi faktor yang memicu botram kembali naik ke permukaan.

Sejumlah restoran di Jawa Barat bahkan menyediakan paket menu botram bagi pengunjung. Di Bandung misalnya, ada restoran Moza Cafe, Maka Gallery Cafe, Kelapa Lagoon, Alas Daun, Dago Panyawangan, dan Pinch of Salt. Sementara di Caringin, Kabupaten Bogor, ada penginapan Land Of Blessing Farmstay yang menawarkan sensasi makan botram di tengah areal persawahan.

Virus botram juga melanda warung makan di luar Jawa Barat, terutama Jakarta. Beberapa di antaranya adalah Warung Teteh di Jalan Petogogan, Warung Sunda Ceu Kokom di Jalan Raya Pos Pengumben, dan Bebek Asap Balcon di Kebon Jeruk. Sejumlah nama kemudian sempat hilang ketika pandemi Covid19 sejak 2020 lalu.

Tentu esensi botramnya hilang karena semua makanan disediakan oleh pihak restoran. Namun paling tidak jenis makanan dan cara penyajiannya tetap mempertahankan gaya liwetan khas Sunda.

Nasi liwet Sunda berbeda dengan nasi liwet khas Jawa Tengah. Saat melakukan teknik liwet, orang Jawa mencampur beras dengan santan, sedangkan liwet Sunda tidak menggunakan santan. Nasi liwet Sunda biasanya memakai bumbu garam, bawang merah, bawang putih, daun salam, sereh, lengkuas, cabai, santan, minyak kelapa, atau ikan asin, sesuai selera masing-masing.

Land Of Blessing Farmstay
Land of Farmstay, menikmati alam Sunda.

Untuk lalapannya tak ada aturan baku. Namun biasanya yang paling sering muncul adalah daun sawi, kemangi, dan mentimun karena murah dan mudah ditemukan. Duo lalapan sedap tapi berbau menyengat, jengkol dan petai, juga menjadi ciri khas dari acara makan ini. Pada beberapa rumah makan di Jawa Barat umumnya masih bisa ditemukan lalapan unik, seperti bunga honje atau kecombrang.


Selain berbagi makanan, orang-orang yang makan juga berbagi cerita dan lelucon. Namun ada semacam aturan tak tertulis yang melarang kita untuk berbagi cerita sedih karena akan merusak suasana. Pasalnya, inti dari kegiatan makan bersama ini adalah terwujudnya keceriaan dan silaturahmi yang berujung pada semakin eratnya ikatan kekeluargaan.

Berikut empat pilihan untuk menikmati makan beramai ala botram

  • Alas Daun

Jam buka: Setiap hari, pukul 10.00–22.00

Alamat: Jalan Citarum No.34, Cihapit, Bandung Wetan, Kota Bandung

  • Dago Panyawangan

Jam buka: Setiap hari, pukul 10.00–23.00

Alamat: Jalan Ir. H.Djuanda No.127, Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung

  • Land Of Blessing Farmstay

Jam buka: Berdasarkan perjanjian

Alamat: Jl. Curug Kalong RT 01 RW 04, Desa Tangkil, Caringin,Bogor

  • Waroeng Botram Cianjur

Jam buka: 11.00–21.00 (Senin-Jumat) dan 11.00–22.00 (Sabtu-Minggu)

Alamat: Jalan Masjid Agung No. 126, Pamoyanan, Cianjur

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi