Nostalgia Pasar Baru bisa dimulai dengan menjajal empat makanan yang dulu pernah menjadi hit orang Jakarta. Ayo sekali-kali main ke Pasar Baru di Jakarta Pusat, dan nikmati suguhan legendaris di pusat keramaian Jakarta tempo dulu.
Nostalgia Pasar Baru
Bakmi Kelinci
Gang Kelinci, tak hanya ngetop karena ada lagu lawas yang dibawakan penyanyi Lilis Surjani. Tapi juga dikenal karena ada rumah makan yang berdiri sejak 1957, dengan suguhan bakmi. Awalnya, hanya warung kecil dengan gerobak, kini menjadi restoran dengan daya tampung 140 orang dan memiliki delapan cabang di Jakarta.
Salah satu menu favorit, bakmi ayam cah jamur. Semangkuk bakmi kuning yang jumlahnya berlimpah, dipadu dengan suwiran ayam, jamur merang, dan caisim. Tentunya plus kuah dengan dua butir bakso. Kali pertama diseruput, rasa rempah-rempahnya sangat pekat. Sandy, kepala karyawan di Bakmi Gang Kelinci, menyebutkan, kekuatan sajian ini juga terletak pada bakso sapi yang mereka buat sendiri. “Tak pesan di luar, 100 persen isinya daging,” ujarnya. Ditambah pangsit goreng yang renyah. Semangkuk bakmi ayam cah jamur bakso dibanderol Rp 31.500. Jangan lupa memesan jus semangka yang pas disantap bersama hidangan yang gurih ini.
Bakmi Gang Kelinci (Pusat)
Jalan Kelinci Raya Nomor 1-3, Pasar Baru, Jakarta Pusat
Harga makanan Rp 25-40 ribu, minuman Rp 4-16 ribu.
Buka pukul 07.00-21.00
Bakmi Aboen
Tepat di samping Bakmi Gang Kelinci, ada jalan setapak yang hanya muat dilalui satu sepeda motor. Di ujung jalan, terdapat warung makan legendaris Bakmi Aboen. Dari luar, bangunannya khas Cina. Papan namanya berwarna kuning keemasan, terlihat menyala. Di atapnya terdapat patung katak hijau. Menurut warga sekitar, katak itu merepresentasikan kebaikan.
Ruang tak cukup besar, hingga tamu harus rela berbagi meja. Namun justru di sinilah asyiknya.
Para pengunjung mayoritas memesan bakmi non-halal. Namun saya tergoda bakmi ayam jamur—semangkuk mi, lengkap dengan cacahan daging ayam, sawi hijau, dan jamur merang. Ditambah pangsit rebus daging babi dengan tekstur yang kenyal. Semangkuk bakmi ayam dihargai Rp 25 ribu dan pangsit kuah setengah porsi (berisi lima) dibanderol Rp 15 ribu. Cocok disantap bersama es kelapa jeruk nan segar seharga Rp 21 ribu.
Bakmi Aboen
Belakang Kongsi Nomor 16, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Harga bakmi Rp 27.500-44 ribu.
Buka pukul 07.00-20.00 (Senin-Sabtu)
Pukul 07.00-17.30 (Minggu)
Es Krim Tropik
Lelah menyusuri pertokoan, saatnya mencicipi es krim legendaris di RestoranTropik. Tak jauh dari gerbang utama Pasar Baru, menurut Mayti Imelda, anak Hartono—pendiri restoran— nama resto dipilih sesuai dengan iklim di Indonesia. Tak ada papan nama di depannya. “Papan namanya memang sedang kami lepas. Pelanggan sudah tahu karena restoran kami tak pernah berpindah tempat,” tutur Mayti. Tempat es krim legendaris ini hadir sejak 1950-an. Menu utamanya tutty frutty, es krim berbentuk balok yang bermuatan cokelat, moka, dan vanila. Sayangnya, sewaktu saya mampir, menu andalan itu sedang habis. Maklum, mereka membuatnya tak dalam jumlah besar. Hanya lima hari sekali Mayti dan dua saudaranya memproduksinya, berhubung tanpa menggunakan pengawet.
Alhasil, saya memesan combinasi, berupa tiga scoop es krim vanila, teh hijau, dan stroberi. Dipermanis dengan wafer cokelat dan buah kaleng. Teksturnya terasa lembut dengan stroberi yang kental. Manisnya pun tak berlebihan. “Ya, memang, karena susunya murni, langsung dari peternak sapi,” ujar Mayti. Bahan alami inilah yang membuat es krim gampang mencair. Hanya beberapa menit, bunga-bunga es berubah menjadi air susu, tapi tetap enak dinikmati. Sayangnya, rasa teh hijau dan vanilanya tak sekuat stroberi. Es krim combinasi dijual Rp 38 ribu, sedangkan satu scoop es krim plus buah dihargai Rp 28 ribu. Selain es krim, tersedia menu Indonesia dan Oriental, seperti cap cay dan gado-gado.
Restoran Tropik
Kompleks Pasar Baru 28A, Jakarta Pusat
Harga es krim Rp 18-38 ribu, harga makanan Rp 12-45 ribu
Buka pukul 10.00-20.00 (Senin-Sabtu) dan 10.00-16.00 (Minggu)
Cakue Ko Atek
Ada sebuah lapak mungil berukuran sekitar 2×4 meter bercat hijau yang ramai dikerumuni orang. Mereka sedang menunggui laki-laki berusia 60-an mengulur-ulur adonan tepung. “Sreeng…” begitu bunyinya kala Koh Atek, pemilik warung, mencelupkan adonan ke minyak panas. Yang satu ini memang tak terlalu lawas karena bisnis keluarga ini dimulai pada 1971. Tapi termasuk yang banyak diburu.
“Cakue ini rahasianya ada di kualitas tepung sama tarikannya. Sayangnya, belakangan ini kualitas tepung menurun. Padahal mereknya sama,” tutur Koh Atek. Saya kemudian mencicipi penganan yang dijual Rp 4.000 per buah itu. Kulitnya garing, tapi dalamnya basah dan empuk saat dikunyah. Ketika ditambahkan saus sambal, saya makin tahu kenapa cakue ini amat terkenal. Sausnya memang tak biasa, pedas, gurih, dan asin jadi satu. Cakue dijual dengan kue bantal. “Menurut tradisi Cina memang begitu, enggak boleh dipisah antara cakue dan kue bantal. Tidak elok namanya,” ucapnya.
Cakue dan Kue Bantal Koh Atek
Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Buka pukul 07.00-16.00
Harga cakue dan kue bantal Rp 4.000
F. Rosana/Charisma A./Dok. TL