Olah Rasa di Atas Roda, seperti sepatu roda namun cuma punya satu roda.

Olah rasa di atas roda rasanya membingungkan orang. Bagaimana orang bisa melakukan olah rasa seraya melatih fokus dan keseimbangan diri. Yang lebih unik, kegiatan ini juga memberikan euforia dengan mengolah rasa.

Olah Rasa di Atas Roda

Wusss… wusss…. Seorang pemuda meluncur di atas sebuah roda. Disusul kemudian beberapa pemuda lainnya, masih dengan mengendarai alat serupa. Tubuh mereka seakan melayang. Terlihat begitu mengasyikkan. Bergerak lincah kian kemari. Sejurus kemudian, mereka membentuk semacam formasi.

Kelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas Peazemakerz itu rupanya sedang berlatih airwheel. Komunitas yang terbentuk pada 2 Juli 2003 ini ternyata ingin memberikan sebuah pertunjukan seni yang berbeda dengan biasanya.

“Selama ini Peazemakerz menggabungkan unsur street dance, parkour, dan capoeira dalam sebuah pertunjukan seninya. Kali ini, kami mencoba koreografi dengan memasukkan unsur airwheel sebagai bagian untuk pertunjukan seni,” ujar Mochammad Subhan, Ketua Peazemakerz, kepada TL di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tak ayal, aksi mereka mengundang perhatian orang yang tengah berolahraga di kawasan itu, terutama tertuju pada airwheel yang mereka gunakan. Airwheel, kata Subhan,sejatinya merupakan alat transportasi mini yang digerakkan dengan baterai. ”Bisa melaju 18-20 kilometer per jam. Sedangkan untuk pengisian ulang baterai dibutuhkan waktu sekitar 1-1,5 jam dan mampu bertahan hingga 3 jam pemakaian,” ujarnya. Adapun beban yang mampu ditopang alat ini maksimal sekitar 120 kilogram.

Untuk dapat mengendarai airwheel, Subhan menyebutkan, keseimbangan tubuh sangatlah dibutuhkan agar pengendaranya dapat berdiri tegak lurus. Sedangkan untuk menjalankan alat ini, tubuh dicondongkan ke depan dan ke belakang untuk memperlambatnya. Sedangkan untuk mengarahkannya, tubuh dimiringkan ke kanan atau ke kiri. Sekilas memang terlihat begitu mudah.

Kami sempat dipersilakan oleh Gladwin, anggota Peazemakerz, untuk mencobanya. Ups, ternyata tidak mudah. Meski kaki kanan sudah menempel di pedal, ternyata sukar menaikkan kaki kiri di pedal satunya lagi. Bahkan, untuk dapat berdiri dan menyeimbangkan tubuh, saya terpaksa berpegangan pada Gladwin. Lagi-lagi, roda airwheel bergerak mengikuti gerakan kaki yang belum terbiasa menyeimbangkannya. Keinginan untuk berjalan dengan airwheel tipe roda satu itu pun terpaksa kami urungkan.

Namun keinginan mencoba menaiki airwheel kesampaian juga ketika saya mencoba airwheel tipe roda dua yang memakai setang. Alat yang satu ini mirip segway yang pernah dipakai anggota Kepolisian Republik Indonesia yang berdinas saat car-free day di seputar kawasan Sudirman dan Thamrin. Karena memiliki roda dua, airwheel tipe ini relatif lebih seimbang. Saya, yang baru pertama kali mencobanya, tidak kesulitan menggunakannya.

Kendati begitu, tetap saja saya perlu menyesuaikan keseimbangan tubuh saat akan menjalankan ataupun menghentikannya. Untuk menjalankannya, kita hanya perlu mencondongkan tubuh ke depan. Sebaliknya, kita hanya perlu mencondongkan tubuh ke belakang untuk menghentikannya. Sama seperti cara mengendarai airwheel tipe roda satu. Dan, wusss… saya pun meluncur bebas meskipun masih tersendat-sendat.

olah rasa di atas roda dengan kecepatan 20 kilometer per jam membutuhkan seni dan ketrampilan.
Olah rasa di atas roda merupakan paduan olah raga dan seni. Foto: theairwheel.sg

Cuma, memang, sensasi airwheel tipe roda dua dengan setang ini masih kurang ketimbang tipe roda satu. Hanya, untuk dapat mengendarainya, perlu waktu. ”Untuk itu, Peazemakerz membuat kesempatan berlatih airwheel yang digelar setiap Selasa sore di Gelora Bung Karno,” ujar Erma Engelien, salah seorang pendiri.

 Untuk kelas pemula, kata Erma, latihan digelar seminggu sekali selama satu bulan. Untuk biayanya, dikenai Rp 475 ribu. ”Dalam satu kelas hanya berisi lima orang dengan dua pelatih,” ucap Erma. Bagi yang belum memiliki airwheel, tak perlu khawatir. Sebab, mereka bisa menyewanya. ”Untuk sekali latihan, hanya dikenai Rp 50 ribu.”

Di Indonesia, airwheel sebenarnya sudah diperkenalkan sekitar setahun yang lalu setelah populer di Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Selain tipe roda satu dan roda dua dengan setang, ada yang tipe roda dua tanpa setang. Namanya airboard. Harga airwheel di pasar bervariasi, tergantung spesifikasinya. Dari Rp 6 juta hingga Rp 20 juta.

Penggunaan airwheel sudah meningkat di Indonesia seiring dengan komunitasnya yang bermunculan, seperti di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya. ”Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari airwheel ini. Alat ini dapat melatih fokus diri, keseimbangan, dan cukup memperbaiki struktur tulang belakang,” kata Erma.

Selain itu, sepertinya, alat transportasi yang mudah dijinjing ini ramah lingkungan dan menimbulkan euforia bagi pengendaranya. Betul begitu? Wusss… wusss….

agendaIndonesia/Andry T. untuk TL

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi