Pantai Pandawa berpasir putih dengan ombak yang tenang berada di balik bukit kapur yang berhias arca. Pantai berpasir putih ini seperti memanggil-manggil dari bawah ke mereka yang masih di atas bukit.
Pantai Pandawa Bali
Jalan terus menanjak dari arah Jimbaran Bali, melewati bukit-bukit kapur. Setelah itu, baru ditemukan jalan mulus dan lebih lapang. Saya langsung merasa senang. Padahal papan penunjuk Pantai Pandawa belum terlihat. Lagipula, saya masih berada di daerah perbukitan, tentu pantai masih jauh. masih jauh?
Namun, tak lama kemudian, ternyata kami menemukan pertigaan lebar yang menunjukkan arah ke Pantai Pandawa. Setelah melewati sebuah vila yang tengah dibangun di sebuah belokan, terlihat gerbang lebar menuju Pantai Pandawa yang berada di Desa Kutuh, Kabupaten Badung, Bali. Pantai ini dapat dijangkau sekitar satu jam dari Bandara Ngurah Rai.
Gerbang pantai tak menandakan bahwa lokasi sudah dekat. Jadi jangan harap Anda akan langsung melihat bibir pantai. Para pengunjung “dibawa” meliuk-liuk di kelokan yang menurun. Terlihat Pantai Pandawa dari ketinggian. Ombak yang kadang terlihat seperti melambai-lambai memanggil untuk segera sampai dan menyelupkan kaki ke air laut yang mengayun di sepanjang pantai
Di sepanjang jalanan yang turun dan meliuk itu, terlihat tebing-tebing yang dilobangi di sepanjang jalan menuju pantai. Di dalam lekukan-lekukan tebing itu terlihat patung Pandawa Lima, yakni Yudhistira, Bima, Arjuna, serta si kembar Nakula dan Sadewa, berdiri berjajar .
Keberadaan Pandawa Lima ini mempunyai makna tersendiri. Informasi ini saya dengar dari sang pengemudi yang mengantarkan kami siang itu. Kisahnya diambil dari cuplikan cerita Mahabarata saat kelima pandawa dikurung dalam Gua Gala-gala. Ketut, pria yang bekerja di balik kemudi itu, menjelaskan satu per satu tokoh yang muncul dalam pewayangan tersebut. Lantas, ia bertutur dalam cerita ini, kelima dewa berhasil menyelamatkan diri dengan membuat terowongan hingga mencapai hutan dan mendirikan Kerajaan Amertha.
Dinding-dinding kapur, yang dihiasi arca, tidak saya singgahi lebih dulu. Saya tunda saat pulang saja. Maklum, dari ketinggian, ombak dan pasir putih pantai seperti memanggil-manggil. Pantai itu benar-benar berada di balik tebing. Namun saya datang di saat yang kurang tepat, yakni pada Minggu dan siang hari. Di akhir pekan, pantai yang tengah naik daun ini tumplek dengan turis dari berbagai wilayah, mulai yang berkulit gelap hingga yang pucat. Kursi-kursi di tepian pantai pun terisi penuh.
Belum lagi teriknya menyengat. Walhasil, setelah sempat berjalan beberapa saat, saya memilih duduk di sebuah warung miliki Nenek Giri Yono. “Enaknya di sini kalau sore, siang gini panas,” ucapnya. Saya pun menyeruput minuman dingin. “Tapi ini ramai karena hari libur,” tuturnya. Ibu tua itu mengaku warga asli Desa Kutuh, Kabupaten Badung. Sejak banyak wisatawan datang ke Pantai Melasti—namanya sebelum berganti menjadi Pandawa, ia mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Dulu di sini tempat upacara Melasti,” ujarnya. Katanya, tak banyak turis yang datang. Melasti adalah rangkaian perayaan Nyepi.
Terik masih terasa meski sudah mulai pukul 15.00. Tidak lama setelah berbincang hangat dengan ibu tua yang mengaku hidup berdua dengan suaminya itu, saya menyusuri jajaran kios di salah satu sisi. Aneka aksesori khas pantai, seperti topi, ikat kepala, dan kain menjadi benda yang banyak dijajakan. Di pantai, tak peduli mentari yang tengah bersinar kuat, anak-anak, remaja, maupun orang tua asik berperahu. Ada pula yang mendayung kano perlahan atau melaju kencang dengan banana boat. Ombak yang tenang menjadi teman yang mengasikkan.
Dengan bingkai langit nan biru dan awan putih, para pengandrung paralayang bergaya seperti burung besar, melayang-layang di antara keindahan langit dan air laut. Saya berjalan perlahan, menjauh dari keriuhan, mampir ke penjaja es potong dan meninggalkan bibir pantai, menatap tebing dengan tulisan “Pantai Pandawa”, sebelum akhirnya merebahkan diri di mobil. Seperti niat awal, sebelum benar-benar meninggalkan lokasi, saya singgah di depan patung lima Pandawa sembari menatap pantai dari kejauhan. l
Rita N/Fazzu F/Dok TL