Penurun kerja obat bisa terselip di makanan atau minuman yang sepertinya menyebahatkan. Foto : dok shutterstock

Penurun kerja obat kadang tidak disadari hadir dalam menu makanan yang kita pilih ketika santap di resto atau kedai favorit. Maksud hati bersenang-senang, siapa sangka dia mengurangi efektivitas obat yang kita minum.

Penurun Kerja Obat

Memang efektivitas obat bergantung pada banyak hal. Salah satunya ialah karena sang pasien tidak mematuhi dosis dan waktu pemakaian yang sudah ditetapkan oleh ahli medis. Selain itu, ternyata ada faktor lain yang barangkali tidak dikira. Misalnya, pilihan makanan. Karena itu, ada beberapa jenis sajian yang dapat menjadi penurun kerja obat.

Saat berkonsultasi dengan dokter, pasien disarankan untuk menanyakan pantangan makanannya. Apalagi, jika selama mengkonsumsi obat itu, orang harus melakukan perjalanan. Maka, ia harus lebih waspada, karena bisa jadi menemukan menu baru di resto atau kedai makan tanpa tahu bahan-bahan utamanya. Apel Malang dan kuliner turunannya yang segar itu belum tentu cocok ketika Anda sedang mengkonsumsi obat tertentu.

Penurun kerja obat sering kali tidak disadari karena merupakan makanan atau minuman yang sehat.
Susu sering tidak disadari bisa menurunkan efektivitas khasiat obat. Foto: dok. unsplash

Tak ketinggalan pula, ketika konsul ke dokter jangan lupa menanyakan aturan makannya. Sebab, ada obat yang ditelan setelah makan atau sebaliknya. Misalnya, obat penurun panas, seperti paracetamol, sebaiknya ditelan 30 menit sebelum makan. Itu dilakukan untuk mencegah aliran makanan dari lambung ke aliran darah.

Hati-hati juga dengan pengobatan untuk gastritis dan penyakit gastroesophageal reflux. Biasanya, obat jenis ini harus ditelan saat perut masih kosong pada pagi hari.

Tak hanya tidak efektif, paduan makanan dengan obat tertentu bisa berujung pada gangguan kesehatan alias berbahaya. “Efeknya lebih serius pada anak-anak, dibanding orang dewasa,” ujar Nigel Gonzales, direktur eksekutif International Association of Medicines Manufacturers seperti dikutip dari Healthyday4you.com.

Selama ini, susu yang paling sering diwaspadai saat seseorang menelan obat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa susu ataupun yogurt memang mereduksi alias jadi penurun kerja obat dalam menyembuhkan gangguan kesehatan, terutama antibiotik. Anak yang diberi obat antibiotik seharusnya tidak minum susu 30 menit sebelumnya atau setelahnya.

Jus anggur pun harus diwaspadai karena bisa menurunkan metabolisme obat di hati. Sistem metabolizing cytochrome akan dipenuhi oleh substansi dari jus anggur dan masuk ke sirkulasi dengan kadar racun tinggi.

Selain itu, sejumlah sayuran kaya serat, seperti kacang-kacangan, brokoli, dan kol dapat berpengaruh meski kadarnya kecil. Tingkat penyerapan obat di dalam darah dapat menurun, terutama obat yang mengandung antibiotik. Sedangkan sayuran lain, seperti bayam, karena memiliki kadar vitamin K tinggi yang bermanfaat untuk pembekuan darah, sebaiknya tidak dikonsumsi oleh pasien yang menelan obat yang mengandung koagulan atau pengencer darah.

Selain itu, masih ada paduan lain yang benar-benar harus dicermati. “Saat minum obat bebas ataupun dengan resep dokter,” ujar Jen Wolfe, Pharm.D., ahli farmasi dari Washington D.C. Setidaknya ada lima paduan yang harus dicermati. Seperti tertera dalam tulisan berikut.

5 Paduan Berbahaya

Jeruk vs obat batuk. Tidak hanya jus anggur yang harus dicermati saat mengkonsumsi obat, di antaranya statin (penurun kolesterol). Beberapa jenis jeruk pun ternyata bisa menghadang kerja enzim untuk mengurai statin dan juga kerja obat batuk dextromethorphan.

Berbagai varietas jeruk bisa menyebabkan, misalnya, berefek halusinasi dan rasa kantuk, karena konsumsi dextromethorphan menjadi lebih panjang. Demikian juga efek statin berupa kerusakan pada otot.

Susu plus olahannya vs antibiotik. Sejumlah antibiotik mengikat kalsium, zat besi, dan mineral lain pada makanan hasil olahan susu. Karena menghalangi penyerapan antibiotik, ujung-ujungnya akan menurunkan kemampuan  untuk melawan infeksi.

Demikian juga obat sejenis tetracycline atau flouroquinolone yang biasanya ada pada obat jerawat atau infeksi. Hindari susu, yogurt, dan keju 2 jam sebelum dan setelah menelan obat.

Sosis vs antidepresan. Coba cek pada label pil Anda, apakah tertera monoamine oxidase inhibitors atau MAOIs. Biasanya dengan merek Marplan, Nardil, Emsam, or Parnate. Hindari makanan yang kaya asam amino tyramine, karena bisa membikin tekanan darah melonjak. Tak hanya daging asap yang harus dihindari, tapi juga red wine, sosis, keju tua, dan kecap.

Penurun kerja obat bisa membawa potensi bahaya jika tidak disadari.
Coklat yang enak dikonsumsi kapan pun, ternyata tak selamanya begitu. Foto: dok. shutterstock

Cokelat vs Ritalin. Selain mengandung kafein, cokelat juga memiliki stimulan yang disebut theobromine. Kombinasi beragam stimulan bisa mengarah pada perilaku yang tidak menentu. Karena itu, waspadai jika setelah menelan Ritalin, Anda menjadi lebih cemas, lebih cepat marah, dan lebih menggebu-gebu. Lazimnya, semakin hitam cokelat, semakin tinggi juga kadar kafein dan theobromine-nya.

Jus apel vs obat alergi. Hindari apel, jeruk, dan anggur, jika Anda mengkonsumsi obat yang mengandung fexofenadine—pereda demam—sedikitnya 4 jam sebelum minum obat. Karena jus dari ketiga buah tersebut menghalangi peptida membawa obat dari usus ke aliran darah. Akibatnya, efek obat untuk menurunkan bersin dan meler bisa menurun hingga 70 persen.

Selain itu, hindari jus tiga buah ini saat mengkonsumsi antibiotik, obat thyroid juga alergi, dan asma. Sebaiknya, tanyakan lebih detail kepada dokter, ketika Anda mendapatkan resep obat-obat tersebut.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi