Salak pondoh Sleman menjadi komoditas dan sekaligus tempat wisata. Foto: shutterstock

Salak pondoh Sleman adalah varietas buah salak yang berasal dari Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Salak pondoh Sleman memiliki kulit coklat kehitaman dengan duri-duri halus, daging buah yang tebal, dan rasa yang manis.

Salak Pondoh Sleman

Pada wisata Sleman, salak pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss) adalah salah satu buah khas dari daerah ini. Di wilayah Sleman utara seperti di Kecamatan Pakem, Cangkringan, Turi, dan sebagian Tempel, hamparan kebun salak akan banyak ditemui sejauh mata memandang.

Tidak ada catatan pasti mengenai sejarah lahirnya salak Pondoh, namun diyakini bahwa varietas ini sudah ada sejak lama dan telah menjadi salah satu buah andalan daerah Sleman dan sekitarnya. Pada masa lalu, salak merupakan buah yang ditanam sebagai tanaman pekarangan atau sebagai penghasilan sampingan bagi petani.

Di beberapa titik, ada papan petunjuk arah bertuliskan “Agrowisata Salak” mudah ditemui. Bahkan, ada pula sebuah ruas jalan di Turi bernama Jalan Agrowisata.

Salak Pondoh Sleman banyak ditemui di pasar-pasar tradisional hingga pinggir jalan antarkota
Salak Pondoh dijajakan di banyak tempat di Yogyakarta. Foto: shutterstock

Berdasarkan informasi di situs resmi Kabupaten Sleman, sejarah salak pondoh dimulai pada sekitar 1917. Saat itu ada seorang jagabaya atau perangkat keamanan desa, di Tempel bernama Partodiredjo mendapatkan oleh-oleh 4 buah salak dari seorang warga Belanda. Salak tersebut lalu ia tanam dan budidayakan. Ternyata menghasilkan buah salak yang manis dan tak kesat. Lalu, sekitar tahun 1948, budidaya buah salak dilanjutkan lagi oleh putranya.

Masyarakat mulai masif menanam salak Pondoh ini ketika pemerintah menjalankan program ABRI Masuk Desa (AMD) pada 1981. Saat itu, para tentara membuatkan saluran irigasi sehingga lahan-lahan bisa mendapatkan pengairan secara lebih baik. Setelah itu warga mulai berbondong-bondong menanam komoditas salak mengikuti petani lainnya yang sudah mulai lebih dulu.

Dalam beberapa tahun terakhir, salak pondoh Sleman semakin dikenal dan diminati oleh pasar lokal dan internasional, sehingga produksi dan penjualan salak pondoh meningkat dengan pesat. Hal ini juga menjadi pendorong bagi para petani untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi salak pondoh dari desa Turi ini.

Kini, salak pondoh Sleman menjadi salah satu buah yang menjadi kebanggaan masyarakat Sleman dan Yogyakarta serta menjadi buah yang banyak diburu oleh wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Selain berwisata ke tempat desa agrowisata ini, pengunjung juga bisa belajar cara membudidayakan salaknya. Asal tahu saja, tanaman yang bisa hidup selamanya ini ternyata mempunyai kelamin jantan dan betina. Cara membedakan yang jantan dan betina adalah dengan melihat dari bunganya.

Kebun Salak Pondoh sporttourism id
Desa Agrowista Salak, bisa langsung memetik buah salak dri pohonnya. Foto: Dok. sporttourism.id

Adapun perbedaannya adalah bunga jantan hanya mempunyai benang sari tanpa putik sehingga hanya membentuk sel kelamin jantan dengan bentuk bunga bulat memanjang. Saat bunga masak akan berwarna merah yang berlangsung hanya tiga hari dan tidak bisa berbuah.

Lain lagi dengan bunga betina yang hanya mempunyai putik tanpa benang sari. Bentuk bunganya panjang agak bulat dan di bagian tengah lebih besar. Pada saat masak, akan ada seludang atau kulit bunga pecah–pecah dan mahkota bunga nampak merah jambu selama tiga hari.

Jika pelancong punya kesempatan main ke Yogyakarta dan ingin mencicipi kesegaran salak pondoh langsung dari pohonnya, sesekali datanglah ke Desa Wisata Agro Bangunkerto, Sleman.

Desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani salak ini berlokasi di Kampung Gadung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Ketika memasuki kawasan ini, Anda langsung disambut berderet pohon salak dan kesejukan udara khas pedesaan. Untuk menuju ke tempat ini, wisatawan bisa melalui Jalan Kaliurang, bisa pula melalui Jalan Magelang.

Berdiri sejak 1989, Desa Agrowisata Bangunkerto dikelola pertama kali oleh Dr Soebroto Soedibyo. Desa wisata penghasil salak ini pernah mengalami masa-masa keemasan sekitar tahun 2000-an. Luasnya yang mencapai 27 hektare, menjadikan Desa Wisata Agro Bangunkerto mempunyai berbagai jenis salak unggulan yang belum tentu ada di negara lain.

Pintu masuk bagi para pengunjung menuju kawasan budidaya salak di Desa Wisata Agro BangunkertoJalan setapak yang bisa dilalui pengunjung untuk mengelilingi kebun salak di Desa Wisata Agro BangunkertoPeta petunjuk lokasi yang ada di desa wisata penghasil salak. Salak Madu, salah satu salak yang bisa anda temui di Desa Wisata Agro Bangunkerto.

Deretan pohon salak dan kesejukan udara khas pedesaan akan menyambut Anda di Desa Wisata Agro BangunkertoKolam yang disediakan pengelola untuk pengunjung bersantai sambil menikmati salak. Selain melihat aneka salak, Anda juga bisa melihat aneka tanaman obat di Taman Obat yang ada disiniDesa Wisata Agro Bangunkerto berlokasi di Kampung Gadung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi, Sleman, YogyakartaPara pedagang salak menjajakan salak kepada pengunjung Desa Wisata Agro BangunkertoSalak Gading, salah satu salak hasil budidaya di Desa Wisata Agro Bangunkerto.

Salak Pondoh shutterstock
Salak pondoh kecil buahnya tapi manis rasanya. Foto: shutterstock

Tercatat sekitar 17 jenis salak terdapat di desa ini. Sebut saja seperti salak super asli Indonesia, salak madu, salak manggala, salak hitam, salak gading, salak klinting, salak gula pasir, dan beberapa salak lainnya.

Jika pun tak sempat mampir ke Desa Agrowisata-nya, wisatawan bisa membeli salak pondoh Sleman di sepanjang Jalan Magelang, jalan yang mengubungkan Yogyakarta dan Magelang, Jawa Tengah.

agendaIndonesia

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi