Canting Batik, Ini 5 Jenis dan Fungsinya

Canting batik bukan sekadar alat menulis motif, ada sejarah di belakangnya.

Canting batik dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa, khususnya di daerah-daerah yang menghasilkan komoditas kain batik. Canting sendiri diyakini berasal dari bahasa Jawa yang artinya alat untuk menulis atau melukis motif batik.

Canting Batik

Secara umum ini adalah alat pokok dalam membatik secara tradisional yang menentukan apakah hasil pekerjaan tersebut disebut batik tulis atau bukan. Atau bahkan menentukan sebuah kain disebut batik atau bukan batik.

Alat ini memang dipergunakan untuk menulis, atau mungkin lebih tepatnya melukis dengan cairan malam, untuk membuat motif yang diinginkan. Membatik dapat dikatakan sebagai penerapan teknologi, karena proses melekatnya lilin pada kain harus menggunakan canting.

Batik juga dikatakan seni karena gambar motifnya merupakan ekspresi perasaan, keinginan, atau suasana hati seorang pembatik

Pemilihan canting batik dalam membatik sangat menentukan baik dan tidaknya motif yang dihasilkan. Hal ini karena setiap titik dan garis pada batik memiliki ukuran (canting) yang telah ditentukan.

Aneka Batik dari Jawa shutterstock
Aneka motif dan jenis batik dari Jawa. Foto: shutterstock



Sesungguhnya dari mana teknik menciptakan motif kain dengan menggunakan cairan malam ini? Ternyata ceritanya sangat panjang.

Pada awalnya teknik tersebut dikenal di Mesir, yakni sejak abad sebelum masehi. Perkiraan ini muncul karena ditemukannya kain pembungkus mumi yang dilapisi dengan (cairan) malam yang membentuk pola.

Namun Mesir bukan satu-satunya tempat dikenalnya teknik “membatik”. Di Asia, teknik ini digunakan pula oleh bangsa Tiongkok di masa Dinasti Tang (618-907). Ini juga ditemukan di India serta di  Jepang pada periode Nara (645-794). Sedangkan di Afrika sendiri teknik yang menyerupai batik ini dikenal oleh suku Yoruba di Negeria, suku Soninke, dan Wolof di Sinegal.

Sementara itu, di Indonesia seni membatik dikenal sejak zaman Majapahit.  Senin ini semakin populer pada akhir abad XVIII atau awal abd XIX. Pada zaman ini hingga awal abad XX semua jenis batik yang dihasilkan adalah batik tulis. Sedangkan sekitar 1920-an atau setelah Perang Dunia I produk batik dengan teknik cap baru dikenal.

Sejarah awal mulanya batik memang belum memiliki keterangan yang cukup jelas, karena beberapa pakar dan peneliti memiliki pandangan yang berbeda dalam hal ini. Dikutip dari kompas.com, GP Roufaer dalam bukunya De Batik- Kunst, menerangkan bahwa kehadiran batik Jawa sendiri tidak tercatat, namun dimungkinkan bahwa teknik batik diperkenalkan dari India dan Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke-7.

Sementara J. L. A. Brandes, seorang arkeolog dari Belanda dan F. A. Sutjipto, sejarawan Indonesia menyimpulkan bahwa tradisi batik merupakan tradisi asli dari daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Daerah-daerah tersebut tidak dipengaruhi oleh Hidhuisme, namun memiliki tradisi kuna membuat batik.

Canting Kecil Cucuk Cecek blibli
Macam-macam jenis canting. Foto: shutterstock

Lalu bagaimana dengan canting batik? Sejak kapan ia dipergunakan untuk membuat motif batik. Soal ini belum ada catatan yang jelas. Belum pula ditemukan dokumentasi soal originalitas canting batik sebagai alat khas batik Indonesia.

Begitupun, dari banyak narasi yang ada, semuanya sama menyebutkan bahwa canting batik adalah alat yang terdiri dari tiga bagian, yaitu cucuk, nyemplung, dan pegangan.

Pertama, cucuk atau carat, berfungsi seperti mata pena sebagai ujung keluarnya cairan malam (lilin). Cucuk terbuat dari tembaga yang merupakan material yang baik untuk mengantarkan panas.

Bagian ke dua disebut nyamplung, ini berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan malam atau lilin panas. Seperti halnya cucuk, nyemplung juga terbuat dari tembaga. Sedangkan bagian ke tiga adalah pegangan canting batik yang terbuat dari bambu atau kayu.

Meskipun bentuknya sama atau mirip, canting batik memiliki jenis yang terkait dengan fungsinya ketika membatik. Berikut jenis-jenis canting:

Canting Reng-rengan

Canting Reng-rengan dipergunakan sebagai awal proses membatik, yaitu proses membuat pola. Namun, awalnya pola dibuat terlebih dahulu baru kemudian dilanjutkan dengan menggunakan canting reng-rengan.

Canting Isen. 

Canting Isen merupakan canting yang berfungsi untuk mewarnai atau mengisi pola dari kerangka dasar yang sudah jadi. Canting isen memiliki cucuk tunggal dengan diameter 0,5 mm – 1,5 mm serta digunakan untuk detail yang lebih kecil.

Canting Cecek.

Canting berukuran kecil yang fungsinya untuk memberikan isen-isen pada motif batik.

Canting Klowong. 

Canting ini digunakan untuk membuat pola utama batik dimana membutuhkan detail yang lebih besar. Motif yang dibuat biasanya akan mendominasi batik secara keseluruhan.

Canting Tembok.

Canting ini memiliki cucug yang lebih lebar. Cucuk ini berfungsi agar mempermudah proses membatik untuk mengeblok motif secara keseluruhan. Canting ini biasanya digunakan untuk menutup motif secara keseluruahan.

agendaIndonesia/dari berbagai sumber

*****