Bono Surfing Ombak Sungai Setinggi 4 Meter

Boo surfing menjadi daya tarik pariwisata Riau. Foto:dok Dinas Pariwisata Riau

Bono surfing ini cerita khas yang dimiliki Indonesia. Mungkin belum banyak yang paham, kecuali untuk para peselancar. Sepintas kegiatan ini seperti layaknya berselancar atau surfing: kegiatan mengikuti ombak dengan papan selancar. Tapi bono surfing?

Bono Surfing

Umumnya olahraga selancar orang dilakukan di atas ombak laut, Tapi tak rupanya tak selamanya demikian. Ada yang unik di wilayah Riau. Di salah satu provinsi di Sumatera ini, para peselancar tidak melakukan surfing di laut, melainkan di sungai.

Bagi masyarakat Riau, surfing jenis ini dinamakan bono surfing. Lokasinya berada di Sungai Kampar yang terletak di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Bono Surfing di Sungai Kampar menjadi atraksi yang mendunia.
Sungai Kampar di Provinsi Riau, selain keindahannya, ia juga punya atraksi. Foto: shutterstock

Istilah “Bono” ditujukan bagi ombak besar yang ada di sugai Kampar. Fenomena ombak bergulung-gulung di Sungai Kampar ini bukanlah hal baru. Bono dalam bahasa masyarakat setempat berarti berani.

Masyarakat Teluk Meranti dan seitarnya sudah terbiasa melihat ombak besar tersebut sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, menurut kisah setempat, Ombak Bono merupakan perwujudan dari tujuh hantu yang sering menghancurkan kapal. 

Menurut kisah Sentadu Gunung Laut, yang merupakan cerita masyarakat Melayu lama, ombak bono terjadi karena perwujudan tujuh hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.

Tujuh hantu itu diwujudkan dalam bentuk tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil.
Ombak besar ini ditakuti masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah, semacam upacara di waktu pagi atau siang hari dipimpin tetua adat setempat dengan maksud agar selamat saat berhadapan dengan ombak bono.

Masih dari cerita yang sama, konon ombak Bono ini dahulunya dijadikan ajang uji ketangkasan bertarung bagi setiap pendekar Melayu Pesisir. Ombak Bono di Sungai Kampar dapat dikatakan cukup tinggi. Dalam waktu-waktu tertentu ketinggian ombak di Sungai Kampar bisa mencapai 4-5 meter. Jelas tak kalah menantang dari ombak di lautan lepas.

Peselancar Ombak Bono Sungai Kampar Kesbangpol riau go id
Para peselancar bono di Kampar, Riau. Foto: dok. Kesbangpol.riau.go.id

Bono memenag termasuk peristiwa langka ombak di Sungai,  meskipun bukan satu-satunya. Sungai Kampar termasuk sebagai sungai nomor lima terpanjang di pulau Sumatera. Panjangnya mencapai 413 kilometer, di mana hulunya berada di Kabupaten Lima Puluh Kota di Sumatera Barat dan bermuara di Selat Malaka.

Fenomena alam langka di Sungai Kampar ini terjadi akibat pertemuan arus pasang laut dengan arus sungai. Dikutip dari kompas.com, umumnya puncak Bono atau gelombang tertinggi dapat diprediksi sesuai kalender bulan purnama, atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah.

Arus ombak ini bergerak dari muara di wilayah Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Metangor. Tidak main-main, jarak yang ditempuh ombak Bono bisa sejauh 50-60 km, dengan kecepatan 40-50 km/jam.

Keunikan Bono Surfing adalah ombaknya yang berlawanan dengan arah arus sungai, sehingga tekanannya cukup deras. Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang sekitar 200 meter hingga dua kilometer mengikuti lebar sungai.

Hal yag kemudian menaik perhatian adalah adanya Festival Bekudo Bono. Ini pesta selancar bono di sungai Kampar. Tak main-main ia menjadi incaran peselancar internasional

Ya betul. Menjajal bono surfing bukan hanya tantangan peselancar lokal, namun juga peselancar mancanegara. Pemerintah daerah setempat melirik hal tersebut sebagai sebuah potensi pariwisata. Hingga tercetuslah event tahunan bertajuk: International Bono Surfing Festival dan Bekudo Bono. Kedua festival ini jadi sasaran pemecahan rekor dunia oleh para peselancar lokal maupun internasional.

Bono Surfing Dok Kemenparekraf
Tak kalah menantang dengan ombak laut, Bono surfing punya pecintanya. Foto: dok. kompas-kemenparekraf

Pada 2013, misalnya, peselancar asal Inggris, Steve King bersama dua rekannya berlomba adu ketangkasan dalam Bono Surfing. Mereka berhasil memecahkan rekor setelah berselancar sejauh 12,3 kilometer selama 1 jam 13 menit. Rekor ini kemudian dipatahkan oleh James Cotton yang berhasil melakukan bono surfing sejauh 17,2 kilometer, dan sukses mencatatkan namanya dalam Guinness Book of The World Record

Selain adu ketangkasan melalui Bono Surfing, pemerintah juga mengemas event selancar tahunan ini dengan sangat apik. Salah satunya adanya tambahan agenda Bono Jazz Festival dan camping ground pada Festival Bekudo Bono 2019. Harapannya upaya kreatif pemerintah ini menarik minat lebih banyak peselancar lokal dan internasional untuk melakukan Bono Surfing di Sungai Kampar.

agendaIndonesia/Kemanparekraf

*****