Camilan Khas Bali, 4 Yang Asin Manis

Pie susu Bali dapat diperoleh di banyak toko-toko oleh-olh seperti Krisna Bali.

Camilan khas Bali ada bermacam-macam. Di sejumlah toko oleh-oleh di kawaasan Kuta, Badung; atau di Denpasar, seperti Krisna, Keranjang atau lainnya, kita bisa mendapatkan pilihan yang beraneka.

Camilan Khas Bali

Camilan kacang sudah biasa menjadi oleh-oleh, bahkan pilihan pun beragam karena dibikin dengan variasi rasa. Anda mencari yang manis, kacang disko khas Bali ini pun ada yang dibubuhi rasa manis, bisa pedas-manis, ataupun asin-manis. Selain itu, ada sederet pilihan untuk olahan legit. Kebanyakan berupa pia dan pie. Cuma, meski sama-sama pia, ada perbedaan rasa. Pia dan pie juga diluncurkan dalam merek berbeda-beda. Ada yang tipis, kecil, juga besar, dan cukup mengenyangkan.

Kacang Disko Manis

Kacang disko memang punya rasa khas, gurih, dan renyah. Tentunya bikin Anda  ketagihan. Camilan dengan bahan utama kacang tanah tersebut memang tak tampil polos. Dengan tambahan berupa telur, tepung kanji dan maizena, gula merah, santan, serta bumbu, si kacang pun seperti berselimut. Dan lapisan penutupnya itulah yang bikin rasanya menjadi manis.

Walhasil, bagi yang tak terlalu doyan camilan yang benar-benar manis, kacang disko dengan rasa manis ini juga bisa menjadi pilihan. Beragam jenis kacang disko bisa ditemukan di gerai oleh-oleh di Pulau Dewata. Setiap merek bahkan memberi varian rasa yang berlainan, seperti rasa ayam betutu, rendang, dan ayam taliwang. Kisaran harga untuk kemasan 200 gram sekitar Rp 20 ribu.

Krisna; Jalan Nusa Indah; Denpasar

camilan khas Bali seperti Pia Legong terkenal sebagai oleh-oleh yang dibawa dari melancong ke pulau Dewata.
Pia Legong Bali, salah satu camilan khas Bali yang bisa jadi oleh-oleh. Foto: Istimewa.

Pia Legong Renyah

Siap-siap antre atau pesanlah melalui telepon lebih dulu jika memesan dalam jumlah banyak! Itulah yang harus diingat ketika hendak membeli buah tangan berupa pia legong. Berlogokan penari legong, camilan yang satu ini hanya bisa diperoleh di Jalan Raya Bypass Ngurah Ruko Kuta Megah 15 di kawasan Kuta.

Pia legong dibuat setiap hari secara manual dan benar-benar hanya untuk hari itu, sehingga tidak memiliki persediaan. Karena produksinya terbatas, sering kali pembeli harus antre. Bila antrean sudah panjang, kerap diberlakukan pembatasan jumlah pembelian per orang. Seperti orang hanya dibolehkan membeli dua kotak. Untuk pemesanan dalam jumlah banyak, pembeli harus memesan lebih dulu via telepon. Sebanyak delapan pia berdiameter 8 sentimeter ini dikemas dalam kotak merah.

Dibuat sejak 2006, pia ini tersedia dalam tiga rasa, yakni kacang hijau yang merupakan rasa asli, cokelat, dan keju. Satu kotak berisi 8 pia dibanderol Rp 90 ribu. Pia cokelat dan  keju bisa tahan hingga dua minggu, sedangkan khusus kacang cuma tujuh hari. Isi yang berlimpah dengan lapisan luar yang renyah menjadi ciri khasnya.

Selain pia legong, ada pia-pia dengan label lain yang dijual di berbagai gerai oleh-oleh yang tersebar di pulau ini. Pia memang bukan hanya makanan khas di Yogyakarta. Seperti halnya bakpia Yogya, pia Bali yang asli pun, pada bagian dalamnya, diisi dengan kacang hijau. Ragam pia ini bisa ditemukan di pusat oleh-oleh.

Pia Legong; Jalan Raya Bypass Ngurah; Ruko Kuta Megah 15; Kuta, Badung

Pie Tipis Garing

Yang satu ini, meski sama-sama manis seperti pia, bentuknya tidak tebal, melainkan benar-benar tipis. Pie ini berbahan utama susu sehingga disebut pie susu. Seperti umumnya pie, kulitnya memang terasa renyah. Selain susu, ada tambahan bahan lain, seperti gula dan telur. Dan, seperti pia, ada beragam merek pie, meski yang dikenal memang Pie Susu Asli Enaaak, yang diluncurkan pada 1989. Namun, seperti halnya pia legong, pie merek ini hanya bisa ditemukan di tiga lokasi, selain di pusatnya di Jalan Nangka, Denpasar, yaitu di Jalan Wahidin Nomor 35, Denpasar, serta Jalan Dewi Sri VIII Blok B-8, Pertokoan Kuta Plaza.

Satu kota berbentuk persegi panjang berisi 10 pie dipatok seharga Rp 35 ribu. Selain ada rasa orisinal, ada rasa cokelat, keju, stroberi, dan lain-lain. Daya tahan pie mencapai satu minggu, asalkan dimasukkan ke lemari es. Ada pula pie dengan merek lain, seperti Pie Susu Dhian dan Pie Susu Krisna.

Pie Susu Asli Enaak; Jalan Nangka Selatan No. 163; Denpasar

Dodol Klobot dan Buah

Oleh-oleh manis lain yang bisa ditemukan di Bali adalah dodol. Tak hanya satu jenis, tapi lagi-lagi beragam. Ada sejumlah buah yang membuat rasa dodol ini menjadi berbeda antara satu dan yang lain. Campuran tepung dengan gula ini dibikin dengan rasa yang berbeda karena dipadu dengan buah, semisal nangka, salak, dan durian. Ada pula dodol rasa rumput laut, yang tak terlalu manis dan umumnya lebih segar. Harga per kotak beragam dodol ini dimulai dari Rp 12 ribu.

Selain rasa buah, di pusat oleh-oleh bisa ditemukan dodol “jadul”, seperti dodol khas Buleleng yang dibungkus dengan daun jagung kering atau klobot. Dodol legit dan wangi ini dibuat di industri rumahan di kabupaten yang terletak di Bali utara. Bahan bakunya berupa ketan hitam, santan, dan gula merah.

Kemasannya pun berbeda dengan dodol lainnya: sebanyak 10 buah yang diuntai. Tahan selama tiga minggu, dalam masyarakat Bali, dodol ini juga menjadi pelengkap sesajen upacara keagamaan. Dijual pada kisaran harga Rp 25 ribu per ikat, dodol Buleleng dan dodol rasa buah ini bisa ditemukan di pusat oleh-oleh, seperti Krisna.

Krisna; Sunset Road, Kuta; Badung

agendaIndonesia/Rita N./TL

******

Resto Da Maria, 1 Sentuhan Naples di Seminyak

Resto Da Maria andi prasetyo

Resto Da Maria menawarkan sejumlah menu Italia. Kesan Osteria menonjol pada ruangan dan menu diolah dengan cara tradisional Italia.

Resto Da Maria

Pesan pendek Joseph Oliver mendarat di ponsel ketika mobil kami terjebak di antrean kemacetan Jalan Raya Seminyak, Bali. “Sudah sampai mana?” tuturnya dalam pesan itu. “Tak usah dibalas dulu, kita sebentar lagi sampai. Lokasi restorannya cuma di muka jalan ini,” ujar Priyo, pria Jawa tulen yang kini berdomisili di Bali, kala mengantar kami menuju Da Maria.

Sekitar 15 menit seusai pesan Joseph terbaca, mobil berpelat DK itu memasuki halaman kecil sebuah gedung bergaya minimalis. Tembok pagarnya dipenuhi tumbuhan merambat. Di ujung kanan dan kiri gedung, terdapat ayunan besi, mirip yang umumnya ditemukan di resor mewah.

Sejurus kemudian, pramusaji membawa kami ke bagian dalam restoran yang sangat luas, bisa menampung lebih dari 200 orang. Kesan Osteria langsung menyapa pandangan. Reinterpretasi kontemporer keramahan Italia klasik menjadi kekuatan yang ditonjolkan. Interior bergaya Eropa modern, mulai besi autentik di kursi, meja yang memberi sentuhan klasik-elegan, hingga penataan sendok-garpu-piring-pisau yang mengesankan konsep formal dinning, dikonsep begitu rapi dalam komposisi dan tatanan yang pas.

Ruangan ini dibagi menjadi dua bagian, yakni dalam dan luar. Di bagian dalam, restoran menyajikan kesan cukup formal—tempat orang-orang bersantap dengan momen yang cukup serius. Sedangkan di luar, orang bisa mengobrol lebih santai. Kursi dan mejanya dibuat berbentuk seperti ayunan.

Di tengah ruang—tempat yang membelah bar, sisi luar dan dalam, ditempatkan air mancur mini. Bila diingat, tatanannya mirip dengan konsep ruang dansa di kastil milik Pangeran Irakus dalam kartun Cinderella. Air mancur ini sederhana, namun klasik. Inspirasinya datang dari biara Santa Chiara di Naples. Tujuannya memberikan ketenangan kala orang tengah bersantap. Di samping air mancur bergaya Romawi itu, Joseph Olive duduk menunggu. Tangannya melambai.

“Naik mobil di Bali memang kurang asyik sekarang. Pasti kena macet di jalanan,” tutur public relations itu membuka perbincangan. Tak banyak basa-basi, pria oriental ini lantas menyodorkan buku menu. Tak hanya bangunan yang bergaya Italia, menu pun begitu. Maurice Terzini dan Adrian Reed, si pemilik Da Maria, juga pesohor di bidang kuliner internasional, terinspirasi gaya restoran Maurice Terzini yang berlokasi di Australia ketika membangun usaha kulinernya di Bali. Karena itu, menu utamanya adalah pizza.

Berlainan dengan pizza Amerika, yang punya daging tebal, pizza di sini dimasak lebih tipis. Cara memanggangnya masih tradisional, menggunakan oven kuno. Tak cuma itu, resepnya khusus memakai komplemen tradisional yang kerap digunakan masyarakat yang tinggal di jantung Laut Mediterania tersebut.

Selain itu, secara alami, pizza difermentasi selama 24 jam. Cara ini terinspirasi gaya memasak Neapolitan yang memanfaatkan oven lava lokal. Ada macam-macam pizza dengan taburan yang berbeda. Semisal, Antica Margherita, berisi fior di latte, basil, dan parmesan. Ada pula Marinara berisi black olive, white anchovy, oregano, juga garlic. Selanjutnya, Capricciosa berisi fior di latte, mushroom, artichoke, dan olive. Yang paling spesial, yakni Gamberetto berisi prawn, zucchini, fior di latte, juga chilli; Salami berisi salami, fior di latte, dan artichoke; serta Da Maria berisi goats cheese, roasted peppers, fior di latte, juga pinenuts. Pizza dibanderol antara Rp 90-150 ribu.

Ada pizza, tentu ada pula pasta. Kala itu, yang direkomendasikan Joseph adalah primi  ber-topping tonnarelli al nero, clams, spicy sausage, dan parsley. Pasta berbentuk spageti ini dimasak dengan gaya aglio olio. Kental dengan kekhasan Italia, spageti diolah dengan bumbu sederhana yang mengandalkan bawang putih dan minyak. Rasanya plain, ringan, juga pedas lantaran dibubuhi cabai kering. Cita rasa semacam ini cocok buat lidah orang Eropa. Primi dibanderol mulai Rp 100-160 ribu per porsi. Ukurannya tak terlalu besar. Hanya bisa disantap satu sampai dua orang. Berbeda dengan pizza yang bisa dikudap empat hingga enam orang.

Tak cukup dengan olahan gandum, pramusaji mendaratkan sepiring la panarda. Orang Indonesia menyebutnya sate. Daging yang digunakan adalah daging domba muda yang masih empuk, segar, dan merah. Orang-orang Italia menyajikan makanan ini umumnya saat menggelar upacara tradisional. Mereka menamainya dengan perayaan mengudap makanan terpanjang sedunia.

Domba itu dipanggang sampai masak, namun tetap tak menghilangkan tekstur dagingnya. Aroma amisnya hilang lantaran dibubuhi rosemary salt dan lemon segar. Sepiring la panarda berisi 10 tusuk daging. Cukup disantap dua hingga tiga orang.

Sembari memburu makanan bergaya Eropa, mata disegarkan dengan desain klasik arsitek Romawi—Lazarini Pickering—yang menyoroti keragaman makanan, anggur, musik, mode, dan seni yang padu. Gemerencing bunyi gelas sparkling wine dengan bowl tinggi dan ramping, bertubrukan dengan botol anggur, turut menjadi pelengkap yang membawa pengunjung serasa bersantap di daratan Eropa. Tawa renyah mayoritas tamu berkulit putih dan bermata biru membuat kami lupa kalau siang itu tengah berada di jantung Dewata, bukan di pesisir Amalfi, Italia. l

Da Maria

Jalan Petitenget Nomor 170, Kerobokan Kelod, Kuta Utara

Denpasar, Bali

Operasional

Buka pukul 12.00–02.00

F. Rosana/Andi P./Dok. TL

Ngopi Luwak di Tegallalang Nomor 1

Ngopi luwak di Tegallalang Bali

Ngopi luwak di Tegallang adalah sebuah kemewahan menikmati Bali. Bagaimana rasanya menikmati kopi di kedai kopi yang menyuguhkan pemandangan saah terasering, deretan cangkir dan keindahan alam.

Ngopi Luwak di Tegallalang

Di Tegallalang, Gianyar, tak hanya hamparan sawah yang banyak diburu para turis. Tak jauh dari daerah Ceking, tempat undakan sawah menjadi pemikat wisatawan, bercangkir-cangkir kopi dan teh turut menggoda untuk dicicipi. Saya pun dibikin penasaran. Salah satu kedainya hanya berjarak 5 menit dari pesawahan tersebut, yakni Bali Pulina Agrotourism. Di halamannya sudah berderet kendaraan. Beruntung masih ada ruang.

Hujan belum lama mengguyur Banjar Pujung Kelod, Desa Sebatu, Kecamatan Tegallalang. Memasuki gerbang Bali Pulina, daun-daun pohon kopi dan cokelat pun terlihat begitu segar. Kesejukan amat terasa. Para tamu, termasuk saya, langsung disambut seorang staf. Dengan tenang, staf bernama Budi itu menerangkan proses pembuatan kopi luwak. Sore hari, luwak-luwak sebesar kucing itu asik tidur .

Sawah Terasering di Tegallala ngpatrick craig unsplash

Agrowisata ini mempunyai 20 ekor luwak dengan pakan berupa kopi, mangga, dan pisang. “Diberi jenis kopi arabika yang sudah matang dan seterusnya, binatangnya sendiri yang pilih kopi mana yang mau dimakan,” ujar pria muda tersebut. Tak hanya diajak menonton luwak yang tengah tidur, saya dibawa ke area tempat kopi hasil fermentasi kopi luwak dicuci dan dijemur selama 6-7 hari. “Jika langit mendung, perlu waktu lebih lama,” ucapnya.

Proses selanjutnya mirip kulit ari yang dibuang, kemudian disangrai, yang menjadi sebuah atraksi menarik. Apalagi proses ini dilakukan secara tradisional. Penyangraian dengan penggorengan dari gerabah di atas tumpukan kayu bakar itu berlangsung sekitar 45  menit untuk kopi 1 kilogram. Saat masih hangat, biji kopi langsung ditumbuk dan disaring agar didapat bubuk kopi terbaik.

Perjalanan di agrowisata yang didirikan pada 19 Januari 2011 ini berakhir di ruang santap yang dibuat sederhana seperti warung zaman dulu. Para pengunjung akan mendapatkan delapan cangkir mini yang disajikan di atas nampan kayu. Setiap cangkir berisi teh atau kopi dengan rasa berbeda. Semisal lemon tea, teh jahe, kopi Bali, kopi ginseng, kopi jahe, cokelat, kopi cokelat, dan kopi vanila. Disajikan cuma-Cuma. Hanya, bila ingin mencicipi kopi luwak, secangkirnya dipatok Rp 50 ribu. Selain itu, Anda bisa memesan kopi Bali. Tentu saya tak ingin melewatkan secangkir kopi luwak yang pekat, setelah tubuh disiram hujan sepanjang jalan.

Menyeruput kopi pun ditemani camilan khas Bali, seperti pisang rai dan jaje lukis atau kue lupis. Ada juga pisang goreng. Uniknya, Bali Pulina membuat suasana semakin nyaman. Bukan hanya bangunan dan mebel sederhana model lawas, deck dari kayu pun membuat tamu menikmati alam lebih leluasa.  Deck berbentuk daun itu berada di tiga level yang berbeda. Di sana, para turis berfoto sebelum mencicip kopi dan camilan lain.

Sore itu, Bali Pulina, yang buka pukul 08.00-19.00, benar-benar dipenuhi turis, baik lokal maupun mancanegara, dari berbagai daerah. Sebelum beranjak pulang, saya sempat singgah di kedai khusus oleh-oleh yang menawarkan beragam kopi.  Saya penasaran dengan suguhan dan keberadaan kedai kopi lain saat melanjutkan perajalan ke arah Kintamani. Setelah melewati berbagai agrowisata, akhirnya saya memutuskan singgah di Bhuana Asri Luwak yang baru beroperasi 4 bulan.

Saya disambut Wayan, yang sore itu sudah bersiap pulang. Sebab, kedai kopi yang satu ini hanya buka hingga pukul 5 sore. Namun, dengan sabar, ia mencoba menerangkan agrowisata yang berada di Banjar Tegal Suci, Desa Sebatu, Tegallalang, tersebut.

Seperti halnya di Bali Pulina, di Bhuana Asri saya langsung disuguhin bercangkir-cangkir kecil beragam minuman teh dan kopi. Ada beberapa hal yang berbeda, yang membuat saya kembali mencoba kopi satu per satu. Yang tergolong unik adalah coconut coffee. “Parutan kelapa yang dikeringkan, lalu dicampur gula dan krim,” tutur Wayan, menjelaskan. Rasa kelapa cukup kental membuat kopi tersebut benar-benar berbeda dan unik. Selain itu, ada teh rasa manggis.

Ehmmm…. dengan hawa Kintamani yang semakin sejuk, saya duduk di bangku bambu panjang. Suguhan lain di depan mata adalah bukit hijau. Area untuk duduk dan bersantai tak terlalu luas. Belum disediakan camilan untuk menemani aneka minuman tersebut. Maklum,  pemain baru. Masih ada pilihan kedai lain, seperti Alam Bali Agrowisata dan Alas Harum Agrotourism. l

Rita N./B. Rahmanita/Dok. TL