Rumah Gadang boleh dikata adalah salah satu rumah tradisional di Indonesia yang paling indah. Bentuk atapnya memiliki beberapa kisah yang menginspirasi penciptaannya.
Rumah Gadang
Entah kenapa, di Indonesia setiap rumah makan masakan Minangkabau atau Padang senantiasa menyertakan elemen rumah tradisional suku bangsa ini. Sebuah atap yang melengkung. Ada yang dengan niat serius membangun replika atap rumahnya sebagai eksterior rumah makan, meski tak sedikit yang membuat gambarnya di kaca etalase lauk-pauk. Apapun bentuknya, ini membuat semua orang langsung paham: ini rumah makan padang.
Rumah Gadang atau Rumah Godang merupakan nama umum yang disematkan orang pada rumah adat masyarakat Minangkabau. Sering pula disebut dengan nama Rumah Baanjuang dan Rumah Bagonjong. Semua nama ini sesuai dengan maksud penyebutannya.
Rumah adat masyarakat dari Provinsi Sumatera Barat ini mempunyai sejumlah ciri yang sangat khas dan indah. Yang pertama tentu saja bentuk atap yang melengkung seperti tanduk kerbau, dan badan rumah landai seperti badan kapal. Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong. Oleh karena itulah mengapa rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.
Mengutip dari Wikipedia, asal-usul bentuk bentuk atap rumah gadang yang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita rakyat “Tambo Alam Minangkabau”. Cerita tersebut bercerita tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa.
Selain cerita tersebut, versi lain menyebutkan kalau atap berbentuk tanduk di rumah adat minangkabau itu terinspirasi dari bentuk kapal “Lancang” yang melintasi Sungai Kampar. Saat tiba di muara sungai, kapal diangkat ke daratan dan diberikan atap dengan menggunakan tiang layar yang diikat dengan tali. Namun karena bebannya berat, maka tiang pun menjadi miring dan melengkung yang serupa dengan gojong.
Manapun kisah yang betul, atau yang dipercaya, rumah gadang ratusan tahun telah menjadi simbol kebesaran masyarakat setempat. Ia sekaligus menjadi sesuatu yang dianggap mewakili jati diri warga Minangkabau.
Selain soal nama, hal menarik dari rumah Gadang adalah dari teknologi konstruksinya. Rumah Gadang yang asli dibangun dengan tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan menyambungkan dua bagian kayu untuk bangunan. Untuk itu, masyarakat setempat menggunakan pasak kayu bergoyang. Dasar pemikirannya adalah kearifan lokal untuk menyiasati jika terjadi gempa. Jadi saat terjadi gempa, rumah akan berayun mengikuti ritme gempa. Akibatnya, rumahnya tidak akan roboh.
Dikutip dari Buku Rumah Gadang yang Tahan Gempa tulisan Gantino Habibi pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tiang-tiang rumah Gadang tidak ditanamkan ke tanah tetapi bertumpu ke atas batu datar yang kuat dan lebar. Ini juga dilakukan dengan pemikran untuk menyiasati ketika terjadi gempa. Rumah Gadang akan bergerak di atas batu datar tempat tiang itu berdiri.
Rumah bagonjong menurut aturan aslinya memiliki beberapa karakteristik atau ketentuan khusus. Misalnya saja, soal jumlah ruangan yang ditentukan dari jumlah perempuan yang menghuni rumah tersebut. Anak-anak dan perempuan yang telah berumur memiliki kamar yang lebih dekat ke arah dapur. Sedangkan gadis remaja umumnya ditempatkan di satu kamar di ujung yang berseberangan. Ruangan dalam rumah terbagi menjadi lanjar dan ruang, dengan jumlah ruang dalam satu rumah berjumlah ganjil antara 3 hingga 11.
Pada pelataran atau halaman rumah, terdapat sepasang bangunan yang berfungsi sebagai lumbung, namanya rangkiang. Selain itu, tak jauh dari bangunan rumah biasanya terdapat surau. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, surau juga menjadi tempat tinggal lelaki dewasa yang belum menikah.
Salah satu karakteristik rumah gadang adalah hiasan eksterior bangunan berupa ornamen ukiran kayu yang menjadi pengisi bidang persegi dan lingkaran di permukaan luar bangunan. Motif ukiran yang umum ditemukan adalah tumbuhan merambat, bunga, dan buah. Ada juga motif-motif geometris segitiga, segi empat, dan jajar genjang (belah ketupat). Motif-motif ini memenuhi dinding, daun jendela, tiang-tiang, dan daun pintu
Jendela rumah Gadang biasanya memiliki ukuran yang besar. Bentuk jendelanya mengikuti bentuk rumahnya yang miring dan tidak simetris. Pada jendela terdapat bingkai yang terbuat dari papan. Jumlah jendela rumah Gadang biasanya terdiri dari 8 jendela di bagian depan, dua di bagian kiri, dan dua di bagian kanan.
Rumah gadang biasanya didirikan di atas tanah milik keluarga induk dalam suatu suku atau kaum. Rumah ini diwariskan antargenerasi berdasarkan garis keturunan perempuan, sesuai asas matrilineal yang dianut masyarakat Minangkabau.
Dulunya tidak semua wilayah di Sumatera Barat dapat dibangun rumah adat seperti ini. Rumah bagonjong hanya didirikan di kawasan tertentu yang berstatus nagari. Karena itulah, eksistensi rumah bagonjong atau rumah gadang di luar Minangkabau terjadi karena aturan adat yang melemah seiring perkembangan zaman.
agendaIndonesia
*****