Jelajah Gunung Tanah Parahyangan (Bagian 2)

Wisata Kuningan dan menikmati sejumlah spot di kawasan ini.

Jelajah gunung tanah Parahyangan, Jawa Barat, mungkin tidak sepopuler kawasan Gunung Merapi di Jawa Tengah, atau Gunung Bromo dan Gunung Semeru di Jawa Timur. Namun, seperti dua daerah lainnya tersebut, wilayah Jawa barat juga memiliki kontur geografis yang bergunung-gunung.

Jelajah Gunung Tanah Parahyangan

Tanah Pasundan malah dinilai memiliki kontur tanah yang naik turun dari ujung ke ujung wilayah. Mungkin karena itulah Jawa Barat dikenal juga sebagai tanah Parahyangan: Para Hyang atau para dewa. Mereka yang dipercaya menghuni tempat-tempat yang tinggi. Parahyangan bisa berarti tempat tinggal para dewa.

Setelah menikmati dua Taman Nasional di Jawa Barat pada artikel sebelumnya, kali ini cerita berlanjut ke sejumlah loka yang umumnya bisa dinikmati wisatawan umum. Pengunjung yang mencapai kawasan-kawasan ini tak melulu para pecinta alam, tapi banyak yang sekadar ingin menikmati petualangan tipis-tipis. Berikut artikel ke dua dari kisah penjelajahan gunung-gunung di tanah Parahiyangan.

Gunung Tangkuban Perahu

Tangkuban Perahu shutterstock
Gunung Jawa Barat, Gunung dan dan kawah Tangkuban Perahu. shutterstock

Siapa tak kenal tokoh Sangkuriang dan ibunya, Dayang Sumbi? Perseteruan keduanya telah membuat Sangkuriang mengamuk dan menendang perahu bikinannya hingga menjadi sebuah gunung. Tentu ini hanyalah kisah legenda. Namun tak bisa dipungkiri wujud Tangkuban Perahu memang mirip perahu yang terbalik. Juga ragam bentang alam di sekitarnya, mampu memukau setiap mata yang memandang.

Untuk menuju puncak gunung, tak perlu repot mendaki. Tempat parkirnya berada di dekat bibir kawah yang menjadi daya tarik utama. Destinasi pertama, Kawah Ratu, merupakan yang terluas dari sembilan kawah di Tangkuban Perahu.

Tanahnya berwarna putih dengan batu-batu kekuningan karena kandungan belerang. Di sejumlah sudut, asap putih yang membubung menandakan masih aktifnya kawah tersebut. Biasanya pengunjung tidak boleh turun ke bawah karena posisinya berada di kedalaman gunung dan menguapkan gas beracun.

Dari Kawah Ratu, wisatawan dapat berjalan kaki sekitar 1,2 kilometer atau naik kendaraan ke Kawah Domas. Di kawah ini pengunjung boleh melihat kawah dari dekat, bahkan membasuh diri atau merebus telur di sumber air panasnya. Selain itu, ada pula beberapa orang yang menyediakan jasa spa lumpur yang diyakini bermanfaat menyembuhkan penyakit kulit.

Kawah ketiga yang cukup populer adalah Kawah Upas yang berjarak sekitar satu kilometer dari Kawah Ratu. Letak kedalaman kawah mirip dengan Kawah Ratu, sehingga pengunjung tidak boleh terlalu dekat berada di inti kawah.

Ke kawah mana pun Anda menuju, jangan lupa mengenakan jaket untuk menghangatkan badan. Dengan ketinggian 2.084 meter di atas permukaan laut, suhu Tangkuban Perahu berkisar 17 derajat Celcius pada siang hari dan 2 derajat Celcius di kala malam. Jika tak jua hangat, bisa juga mencoba menyeruput teh hangat dan ketan bakar yang merupakan kuliner khas Lembang.

Jelajah Lembang

Udara yang sejuk dan alam yang permai mendorong hadirnya berbagai destinasi wisata di lereng Tangkuban Perahu, tepatnya di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Bagi para pencinta aksi petualangan, terdapat aneka alternatif wisata outbound, dari yang ramah untuk anak hingga yang ekstrem.

Salah satunya, Dusun Bambu Family Leisure Park yang cocok menjadi tempat rekreasi bersama keluarga. Di sini anak-anak bisa mengenal satwa sembari memberi makan kelinci, bebek, domba, dan kura-kura. Untuk mengasah bakat seni, bisa juga mengikuti kelas mengecat keramik. Ada pula wahana panahan, air soft gun, dan All Terrain Vehicle (ATV) untuk menjelajah alam bebas.

Masih di Lembang, pengalaman yang disuguhkan Bandung Treetop Adventure Park tak kalah menantang. Tempat ini memiliki arena menjelajah hutan dari ketinggian. Rasakan sensasi melayang dengan melintasi flying-fox atau berjalan dari pohon ke pohon di atas jembatan tali.

Setiap wahana telah dirancang sedemikian rupa dengan tingkat kesulitan yang bertahap sehingga bisa dinikmati segala usia. Anak usia 4 tahun dapat menjajal ketangkasannya pada ketinggian 2 meter, sementara pecandu adrenalin dapat beraksi pada ketinggian 20 meter di atas pohon. Tak perlu takut jatuh karena semua sirkuit sudah dilengkapi life-line support untuk menjamin keamanan.

Destinasi wisata unik lainnya adalah De Ranch yang menawarkan konsep tamasya di peternakan kuda. Pengunjung dapat berkuda dengan aksesori lengkap ala koboi. Ada pula wahana permainan lain seperti trampolin, the gold hunter, balon air, panahan, peti luncur, hingga flying-fox.

Usai menjelajah alam di alam bebas, tak ada salahnya menyempatkan berbelanja di Pasar Terapung Lembang. Sesuai namanya, para pedagang di sini menjajakan makanannya di atas perahu yang mengapung di kawasan danau buatan. Bahan makanan yang dijual pun menarik untuk dicoba, di antaranya sayuran, ikan, atau jajanan tradisional khas Jawa Barat seperti karedok, batagor, dan durian bakar.

Gunung Papandayan

Mendaki gunung tak melulu identik dengan kegiatan ekstrem yang menguras energi. Di Papandayan, rute sampai ke puncak didominasi medan yang landai dan dilengkapi prasarana yang cukup memadai. Ini membuatnya menjadi destinasi yang tepat bagi para pendaki pemula atau penyuka wisata alam dengan trek yang bersahabat.

Jalur yang dimaksud adalah melalui Desa Cisurupan, Kabupaten Garut. Namun jika ingin lintasan yang lebih menantang dapat memilih mendaki via Pengalengan, Kabupaten Bandung. Selain itu, di sepanjang jalan pendaki juga dapat menemukan sumber air bersih dengan mudah.

Lalu jika sewaktu-waktu ingin buang hajat, tak usah repot menggali tanah. Terdapat beberapa toilet yang bisa digunakan pada jalur pendakian. Bahkan sudah tersedia warung makan yang menjual mi instan atau nasi goreng sehingga Anda tidak perlu memasak. Karena ada warung, tentu ransel pun menjadi lebih ringan karena tak perlu membawa air minum terlalu banyak.

Meski telah dilengkapi berbagai fasilitas, Gunung Papandayan tetap menyajikan lanskap yang menawan. Berada di Kabupaten Garut, gunung berapi stratovolcano setinggi 2.665 mdpl ini memiliki kawah luas yang terbentuk akibat beberapa kali erupsi. Satu lagi yang tak kalah memukau, yakni hamparan padang bunga Edelweis bernama Tegal Alun. Berada di tengah bunga keabadian akan memberikan sensasi istimewa yang tak terlupakan.

Gunung Ciremai

Dengan ketinggian mencapai 3.078 mdpl, Ciremai menjadi gunung tertinggi di Jawa Barat. Kawasannya sendiri telah menjadi sebuah taman nasional dengan luas lebih dari 15 ribu hektare. Maka wajar jika rimba yang menyelimutinya merupakan habitat flora dan fauna langka, seperti elang Jawa, surili, dan macan kumbang.

Secara administratif, Taman Nasional Gunung Ciremai menempati dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. Karenanya, gunung ini memiliki cukup banyak alternatif jalur pendakian, di antaranya lewat Linggasana, Palutungan, Apuy, dan Linggarjati. Bagi penyuka tantangan, cobalah mendaki dari jalur Linggarjati. 

Layaknya sebuah taman nasional, cukup banyak tujuan wisata yang bisa dikunjungi di Ciremai. Sebut saja air terjun yang tersebar di berbagai sudut, seperti Curug Sawer, Curug Sabuk, Curug Putri, dan Curug Tonjong. Dari aspek budaya, kawasan ini memiliki tempat bernilai historis tinggi dan dikeramatkan, di antaranya Situ Sangiang (Banjaran), Gunung Pucuk (Argapura), Sumur Tujuh (Cibulan), Sumur Cikayan (Pasawahan), dan Situ Ayu Lintang (Mandirancan).

Di puncaknya, Gunung Ciremai mempunyai dua buah kawah. Kawah pertama beradius 400 meter yang terpotong oleh kawah kedua di timur dengan radius 600 meter. Keunikan lainnya adalah keberadaan Gowa Walet yang terbentuk akibat letusan. Titik ini merupakan salah satu tempat favorit pendaki untuk mendirikan tenda.

Gunung Cikuray

Bagi orang awam, namanya memang kurang populer. Namun para pendaki justru memiliki kesan tersendiri ketika menjelajahi gunung ini. Lokasinya sulit diakses dengan angkutan umum. Begitu mendaki, sulit menemukan sumber air di sepanjang jalan. Hanya medan yang curam dan jurang yang menganga. Di baliknya, kisah peradaban kuno Nusantara semakin menambah seru petualangan.

Berdasarkan naskah kuno, lereng Gunung Cikuray pernah menjadi mandala atau pusat pertapaan para pendeta dan pembelajaran beragam ilmu. Waktu itu adalah era Kerajaan Sunda Galuh yang berpusat di Pakuan Pajajaran. Tulisan ini masih tersimpan rapi di perpustakaan Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong, Kabupaten Garut.

Untuk mencapai puncak Cikuray, bisa memilih lewat Bayongbong, Cikajang, atau yang terfavorit, rute pemancar di Cilawu. Dinamakan jalur pemancar karena terdapat beberapa stasiun pemancar televisi di situ.

Puncaknya sendiri merupakan tanah datar yang cukup luas. Pada ketinggian 2.821 mdpl, Anda dapat menyaksikan matahari terbit di tengah lautan awan. Sementara di kejauhan, Gunung Ceremai dan Gunung Slamet tampak menjulang.

Jelajah Gunung Tanah Parahyangan (Bagian 1)

Gunung Parango shutterstock

Jelajah gunung tanah Parahyangan, Jawa Barat, mungkin tidak sepopuler kawasan Gunung Merapi di Jawa Tengah, atau Gunung Bromo dan Gunung Semeru di Jawa Timur. Namun, seperti dua daerah lainnya tersebut, wilayah Jawa barat juga memiliki kontur geografis yang bergunung-gunung.

Jelajah Gunung Tanah Parahyangan

Tanah Pasundan malah dinilai memiliki kontur tanah yang naik turun dari ujung ke ujung wilayah. Mungkin karena itulah Jawa Barat dikenal juga sebagai tanah Parahyangan: Para Hyang atau para dewa. Mereka yang dipercaya menghuni tempat-tempat yang tinggi. Parahyangan bisa berarti tempat tinggal para dewa.

Pada wilayah inilah, wisatawan terus berdatangan, seolah tersihir oleh udaranya yang senantiasa sejuk, air yang melimpah ruah, dan segala rupa flora yang tumbuh subur. Mereka yang datang tak melulu para pecinta alam, tapi juga banyak yang sekadar ingin menikmati petualangan tipis-tipis di tanah yang indah ini. Artikel diturunkan dalam dua penayangan.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Sejak pagi hingga sore hari, pintu masuk pendakian Cibodas tak juga sepi dari lalu-lalang manusia beransel besar. Umumnya mereka mengurus Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi) sebagai salah satu syarat menjelajahi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Jawa Barat.

Dari situ, langkah kaki menjejaki jalan setapak yang dikelilingi rimbunnya pohon-pohon rasamala yang menjulang hingga 20 meter. Jika beruntung, kehadiran pendaki kerap kali disambut dengan nyanyi merdu merpati hutan atau lengkingan segerombol owa Jawa. Yang terakhir ini satwa yang semakin langka.

Oksigen yang melimpah dan tenaga yang masih utuh membuat perjalanan 1,5 kilometer tak terasa jauh. Tahu-tahu, hamparan danau berwarna kebiruan tersaji di depan mata. Itulah Telaga Biru, yang warna airnya bisa berubah-ubah akibat ulah ganggang di dasar danau. Untuk melintasinya, pendaki harus berjalan di atas jembatan kayu yang mulai reyot tergerus cuaca.

Jembatan ini pula yang mengantarkan para penjelajah ke Rawa Gayang Agung yang berada di ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jika sudah melewati jembatan, trek kembali didominasi bebatuan dan tanah padat. Tak berapa jauh, Anda akan sampai di Pos Panyancangan Kuda.

Di pos ini terdapat bangunan kecil tempat orang berlindung dari hujan atau sekadar beristirahat sejenak. Selain itu, jalur akan terbelah menjadi dua. Belok kanan menuju Curug Cibereum, sedangkan yang lurus menuju ke puncak Pangrango. Jika punya tenaga dan waktu lebih, tak ada salahnya mampir ke Curug Cibereum dan menikmati guyuran air dari ketinggian 40 meter, sebelum kembali ke jalur pendakian.

Puas membasuh diri di percikan air terjun, jalanan berbatu menuju pos selanjutnya akan semakin terjal dan berliku. Karenanya tak ada salahnya mengambil rehat sejenak di beberapa pos yang tersedia. Jika mulai banyak bonus turunan dan tanah landai, itu berarti Anda akan segera sampai di sumber air panas.

Namun jangan senang dulu. Zona air panas ini berupa deretan panjang lereng curam, licin, dan sempit. Di bawahnya, mengalir jurang air panas dengan suhu mencapai 70 derajat celsius. Bersabarlah mengantre ketika berpapasan dengan pendaki lain yang datang dari arah berlawanan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Lepas dari situ, Anda akan sampai di Pos Kandang Batu yang berada di ketinggian 2.220 mdpl. Tak jarang para pendaki berlama-lama bersantai di tempat ini karena ada aliran sungai berair hangat yang memanjakan tubuh.

Setelah trek ini, terhampar area tanah datar yang cukup luas. Inilah Kandang Badak, tempat para pendaki mendirikan tenda dan mengisi persediaan air. Setelah pos terakhir ini, hanya ada tanjakan curam dan seolah tak habis-habisnya menuju puncak Pangrango. Di sinilah ketahanan fisik pendaki benar-benar diuji. Seiring dengan suhu yang terus menurun, begitu pula suplai oksigennya.

Namun jika berhasil melewati jalan menanjak sekitar tiga kilometer, segala letih dan jerih itu terbayarkan. Di Puncak Pangrango atau Puncak Mandalawangi, pada ketinggian 3.019 mdpl, Gunung Gede dan panorama alam Parahyangan terbentang megah. Sementara turun sedikit ke arah barat, di Lembah Mandalawangi, permadani bunga Edelweis menyapa dengan ronanya.

Gede dan Pangrango adalah dua puncak gunung dari satu deret pegunungan yang sama dan berdekatan. Meski tampak dekat, perjalanan dari Pangrango ke Puncak Gede tak kalah terjal. Bentuknya yang memanjang menyajikan pemandangan dua kawah, yaitu Kawah Wadon dan Kawah Ratu. Sesekali, bau menyengat belerang menusuk hidung.

Jika Pangrango punya Lembah Mandalawangi, Gunung Gede punya Alun-Alun Surya Kencana. Lagi-lagi bentangan taman Edelweis menyelimuti tanah lapang, berpadu dengan sumber air jernih yang tak henti-hentinya mengaliri permukaan bumi. 

Jalur Alternatif

Selain Cibodas, pendakian ke TNGGP juga bisa dilakukan melalui jalur Gunung Putri dan Selabintana. Jalur Gunung Putri bisa ditempuh baik dari arah Bogor-Jakarta atau Cianjur-Bandung. Anda dapat berpatokan pada Pasar Cipanas. Dari sana teruskan perjalanan menggunakan angkutan umum jurusan Pasir Kampung menuju Gunung Putri. Jika memilih via Selabintana, patokannya adalah Terminal Sukabumi. Dari sana dapat meneruskan perjalanan menuju Pondok Halimun menggunakan angkutan umum atau mencarter mobil.

Persyaratan Mendaki TNGGP

  • Calon pendaki memesan slot pendakian melalui situs booking.gedepangrango.org. Formulir berisi pilihan waktu, pintu masuk, pintu keluar, dan nama-nama anggota kelompok. Sebaiknya mendaftar jauh-jauh hari karena pada hari libur kuotanya sering kali habis dengan cepat. Operator akan melakukan proses validasi data calon pendaki maksimal tiga hari kerja.
  • Membayar tiket masuk dan asuransi senilai Rp 29.000 pada hari kerja dan Rp 34.000 pada hari libur. Khusus pelajar dan Warga Negara Asing (WNA) dikenakan tarif berbeda. Pembayaran bisa dilakukan secara transfer.
  • Pada hari pendakian, silakan mengambil Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (Simaksi) di pintu masuk dengan menunjukkan kopi identitas, bukti pembayaran, lembar pendaftaran, dan surat pernyataan standar pendakian. Informasi lengkap cek situs booking.gedepangrango.org.
Gunung Salak shutterstock
Jelajah gunung tanah Parahyangan di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Baik Gunung Salak maupun Halimun memang tak setinggi Gunung Gede Pangrango. Ketinggian Gunung Salak adalah 2.211 mdpl, sedangkan Gunung Halimun hanya 1.929 mdpl. Meski demikian, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan kawasan hutan hujan tropis terluas di Pulau Jawa. Tak ayal, keanekaragaman hayati yang tersebar sepanjang jalan begitu beragam, dari lutung, elang, bahkan macan tutul.

Apabila tujuan Anda adalah pengalaman mendaki yang memacu adrenalin, kompleks Gunung Salak yang memiliki enam puncak berbeda menjadi pilihan tepat. Namun jika sekadar ingin bertamasya, lepas dari rutinitas ibukota, Gunung Halimun menawarkan aneka area perkemahan yang ramah keluarga.

Tujuan favorit pendaki umumnya ialah Puncak Salak 1. Salah satu pilihan rutenya melalui Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Langsung saja mendaftar dan membayar Simaksi sebesar Rp 22.000 per orang di kantor TNGHS. Dari situ, terbentang satu kilometer jalanan aspal sampai ke gerbang pendakian.

Rute menuju Pos Bajuri terus menanjak, tetapi terbilang landai. Sudah ada bebatuan yang tersusun rapi agar langkah kaki tak mudah tergelincir. Pos Bajuri sendiri menyediakan lahan cukup luas untuk mendirikan tenda. Juga sudah ada sungai kecil sebagai sumber persediaan air minum. Kalau belum ingin berkemah, silakan lanjutkan perjalanan ke Puncak Bayangan.

Kali ini jalurnya lebih curam. Akar pohon yang centang perenang berupaya menghambat langkah yang mulai lelah. Ditambah lagi banyak lumpur yang membuat jalan menjadi licin. Selepas Puncak Bayangan, rintangan alam justru semakin menjadi-jadi. Kali ini jalan setapak diapit oleh jurang di kedua sisinya. Ada jembatan tali yang harus dilewati dengan sangat hati-hati.

Menuju puncak, trek berubah menjadi tanjakan yang hampir tegak lurus. Tentunya tak bisa lagi hanya mengandalkan kaki. Tangan harus berpegangan kuat pada akar pohon dan tali yang tersedia. Namun jika semua ini terlewati, Puncak Manik Salak 1 sudah menanti dengan hamparan tanah lapang yang tersaput awan tipis.

Tak jauh dari situ, menjulang Kawah Ratu dan Puncak Salak 2 yang menanti untuk dijelajahi. Jalurnya tergolong ekstrem, yaitu harus melintasi Titian Alam, punggung gunung yang terjal dan dikelilingi jurang. Maka tak perlu buru-buru melanjutkan langkah. Nikmati saja Puncak Manik 1, dengan pendaran jingga mentari yang menyapa di kala fajar.

Jalur Alternatif

Mendaki Gunung Salak juga bisa dilakukan lewat Pasir Reungit, Cimelati, dan Giri Jaya. Pasir Reungit umumnya dipilih jika pelancong ingin menyambangi Kawah Ratu terlebih dulu. Sementara Jalur Cimelati adalah jalur pendakian yang paling pendek, meski sedikit sumber airnya. Jika memilih jalur Giri Jaya, akan melewati Wana Wisata Curug Pilung yang berada di Kecamatan Cidahu, Sukabumi.

Destinasi Wisata di Kawasan TNGHS

  • Curug Cigamea

Curug Cigamea terletak di Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Sejatinya ada enam air terjun di sini, tetapi Curug Cigamea menjadi primadonanya. Bukan hanya deburan air dari ketinggian 30 meter yang jadi magnet, melainkan juga aksesnya. Menuju lokasi, terdapat tangga batu permanen yang diapit oleh pemandangan asri nan hijau.

  • Bumi Perkemahan Sukamantri

Banyak hal yang dapat dilakukan ketika berkemah di Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Salah satunya menuju Air Terjun Surya Kencana yang berjarak sekitar satu kilometer melewati hutan Gunung Salak yang cukup lebat. Jika tak mau repot, tersedia deretan warung makan yang menjajakan aneka masakan sekaligus menyewakan tenda dan perlengkapannya.

  • Suaka Elang Loji

Suaka Elang Loji berada di Kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Di tengah rimbunnya rimba TNGHS, terdapat elang Jawa, elang brontok, dan burung lainnya. Di sini dilakukan upaya penyelamatan, pengembangbiakan, dan pelepasliaran elang ke alam bebas. Pengunjung juga dapat berkemah atau mengunjungi Curug Cibadak hanya berjarak sekitar 1,3 kilometer.