Tenun Gringsing menjadi pembicaraan banyak orang ketika dipilih menjadi salah satu tanda mata bagi tamu negara dalam perhelatan G20 di Bali. Ini jelas istimewa, karena kain tenun Gringsing terletak pada teknik pembuatannya, yakni ia satu-satunya kain tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia.
Tenun Gringsing
Proses pembuatan kain tenun yang satu ini dikenal cukup rumit dan membutuhkan waktu lama. Pasalnya, proses penenunan kain tenun Gringsing membutuhkan sekitar dua bulan, sementara untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu lebih lama hingga 2-5 tahun.
Bukan hanya itu saja, daya tarik kain tenun Grinsing juga terdapat pada proses pembuatannya yang 100 persen menggunakan tangan, atau tanpa bantuan mesin apapun.
Ciri khas kain tenun Gringsing juga ada pada proses pewarnaannya. Bukan dengan bahan pewarna kimia, kain tenun khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini menggunakan warna yang dihasilkan minyak kemiri, agar warnanya lebih pekat dan tahan lama.
Demi mendapatkan warna yang sempurna, tentu saja membutuhkan proses yang cukup panjang. Menariknya, untuk menghasilkan warna yang nyata pada motif tenun Gringsing membutuhkan waktu lebih dari tiga bulan.
Untuk mendapatkan warna yang sempurna dan sesuai pakem yang telah ditentukan secara turun-temurun, proses pewarnaan kain tenun Gringsing harus dilakukan secara berulang. Proses pewarnaan kain tenun ini juga dilakukan untuk menjaga serta melindungi keaslian dan nilai ritual kain tenun Gringsing.
Daya tarik kain tenun Gringsing juga berasal dari nilai-nilai dalam setiap motif dan warna yang digunakan. Setiap motif dan warna pada kain tenun Gringsing memiliki makna yang melambangkan keseimbangan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.
Kain gringsing adalah salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini. Kata gringsing sendiri terdiri dari kata “gring” yang berarti ‘sakit’ dan “sing” yang berarti ‘tidak’ sehingga dapat dimaknai bahwa kain gringsing merupakan kain magis yang membuat pemakainya terhindar dari bala.
Kain yang berasal dari Desa Tenganan, Bali ini menggunakan teknik ikat ganda dan memerlukan waktu rata-rata lima tahun untuk menyelesaikannya. Proses tenunnya sendiri membutuhkan waktu sekitar dua bulan, tetapi proses pembuatan motif ikat gandanya memerlukan waktu yang lama.
Selain itu, kain tenun asal Karangasem ini juga dipercaya sebagai pelindung. Sehingga, tidak jarang biasanya kain Gringsing digunakan masyarakat Bali dalam upacara pernikahan atau upacara keagamaan.
Sebagai kain tradisional khas Bali, kain tenun Tenganan ini memiliki banyak motif yang menyimpan makna. Seperti motif lubeng misalnya, yang bercirikan kalajengking, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.
Selanjutnya motif sanan empeg, yang identik dengan kotak poleng merah hitam. Lalu, ada motif cecempakaan yang dikenal dengan motif bunga cempaka, dan sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.
Kemudian juga ada motif cemplong, yang bercirikan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga yang kecil di sekitarnya. Selain itu, ada juga motif tenun yang menggunakan tokoh pewayangan.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, daya tarik Kain tenun dari Tenganan ini tidak hanya berasal dari motifnya saja. Namun, juga bisa kita melihat dari pewarnaan yang digunakan.
Tidak hanya sekadar menggunakan bahan alami, warna-warna yang dipilih memiliki makna mendalam. Secara umum, kain Gringsing memiliki tiga warna yang disebut dengan Tridatu, yaitu warna merah, kuning, dan hitam.
Warna merah berasal dari akar mengkudu, melambangkan api sebagai panas bumi sumber energi dan kehidupan di bumi. Kemudian warna kuning dari campuran minyak kemiri, melambangkan angin atau oksigen dalam setiap kehidupan manusia. Sedangkan warna hitam yang berasal dari pohon taum, yang melambangkan air pemberi penghidupan bagi seluruh makhluk di bumi.
Dalam acara-acara adat, kain tenun Gringsing biasanya digunakan sebagai selendang atau senteng oleh wanita, sedangkan pria digunakan sebagai ikat pinggang.
Seperti disebut di depan, kain gringsing merupakan satu-satunya tenun ikat ganda yang berasal dari Indonesia. Karena itu, harga kain gringsing Bali sangat mahal, karena selain produksinya yang cukup sulit dan tidak sebentar, ketersediaan bahan yang digunakan untuk membuat kain gringsing juga terbatas.
Kain tenun gringsing disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca, di sana tertulis tirai-tirai di salah satu kereta kencana Hayam Wuruk, Sri Nata Wilwatikta, terbuat dari kain gringsing. Hingga hari ini, di tengah masyarakat Tenganan Bali, kain gringsing digunakan untuk berbagai upacara, seperti upacara keagamaan, upacara kikir gigi, dan upacara pernikahan.
agendaIndonesia/berbagai sumber
*****