Wayang Golek Jawa Barat, Bukan Boneka Biasa

original SB2012120317

Wayang golek Jawa Barat, bukan boneka biasa. Rasanya bagi yang menggemari kebudayaan tanah Pasundan tahu betul keistimewaan atraksi ini.

Wayang Golek Jawa Barat

Kala menyaksikan wayang golek, penonton akan disuguhi beragam aksi seni pertunjukan yang komplet, dari teater, lagu, orkestra, hingga sastra.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika para pesinden melantunkan tembang berbahasa Sunda. Itulah tanda dimulainya pertunjukan wayang golek. Para penonton pun bersiap menyaksikan pagelaran teater boneka khas Jawa Barat yang umumnya berlangsung hingga pukul tiga atau empat dini hari.

Wayang golek memang lekat dengan kehidupan masyarakat Sunda. Penyebarannya terjadi pada masa ekspansi Kerajaan Mataram ke Jawa Barat. Dari yang tadinya menggunakan bahasa Jawa berganti menjadi bahasa Sunda. Bentuk, variasi lakon, dan nama-nama tokohnya juga menyesuaikan dengan tradisi setempat.

Bermula dari sarana penyebaran agama Islam dalam rupa kesenian, fungsi wayang golek meluas ke dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu fungsinya pada tradisi kuno adalah ngaruatatau meruwat. Artinya, membersihkan orang tertentu dari kemungkinan malapetaka. Kegiatan lain yang membutuhkan kehadiran wayang golek ialah syukuran, dari sunatan sampai perkawinan.

Sebagai sarana hiburan rakyat yang bersifat kedaerahan, wayang golek tak boleh dipandang sebelah mata. Pasalnya untuk mewujudkan pertunjukan yang sukses, dalang harus menguasai garapatau keterampilan teknis pementasan yang tidak mudah. Unsur-unsur penentunya antara lain lakon, sabet, kakawen,dan antawacana.

Lakonadalah tema atau peristiwa yang menentukan jalannya cerita. Untuk itu seorang dalang harus menguasai pengetahuan sastra, dari klasik hingga modern. Seperti semua jenis wayang, kisah yang populer adalah Ramayana dan Mahabarata dengan berbagai pilihan lakon, seperti Kumbakarna Gugur atau Kresna Duta.

Selain itu, wayang golek juga kerap mengangkat lakon dari carangan, yaitu cerita yang dibuat sendiri oleh dalang berdasarkan kehidupan sehari-sehari atau cerita rakyat Jawa Barat. Apa pun sumber ceritanya, wayang golek konsisten menyampaikan pesan moral dan kritik sosial. Tentunya dibalut dengan selentingan humor agar penonton bisa terus terhibur.

Sabet adalah segala macam ekspresi dalang yang tertuang melalui gerakan wayang. Salah satu jenisnya adalah cepenganalias teknik memegang wayang. Genggaman tangan saat adegan menari, berjalan, dan perang tentu berbeda-beda.

Jenis sabet lainnya ialah tancepanalias teknik menancapkan wayang ke gedebok pisang. Seorang dalang tidak boleh asal menancapkan wayang. Posisinya disesuaikan dengan kedudukan tokoh. Seorang raja akan ditancapkan di sebelah kanan agak ke atas, sedangkan patih berada di kiri agak ke bawah.Selain menunjukkan kedudukan, tancepanberguna menggambarkan keadaan batin si tokoh.

Kakawenatau suluk merupakan teknik vokal ketika bernyanyi. Di dalamnya ada timbre atauwarna suara, senggol atauornamentasi melodis, rumpaka atau syair, dan gending atau pilihan lagu yang mengiringi. Oleh karena itu, seorang dalang harus memiliki kemampuan olah vokal yang baik agar bisa membangun atmosfer pertunjukan.

Antawacanajuga mengarah pada teknik vokal, tetapi saat terjadi dialog. Dalam satu lakon, biasanya muncul banyak tokoh. Sang dalang harus pintar-pintar mengubah-ubah intonasi dan warna suaranya agar satu tokoh dengan yang lainnya terdengar berbeda. Tentu tak cuma sekadar berbeda, tetapi juga harus konsisten.

Karena cukup rumitnya keterampilan yang perlu dikuasai, dalang tidak bisa bekerja sendiri. Di sampingnya, ada pengrawit (pemain musik), pesinden, dan wirasuara (penyanyi pria) yang turut memberi ‘nyawa’ pada boneka-boneka kayu tersebut. Bertolak dari aneka unsur tersebut, jelas bahwa wayang golek merupakan seni pertunjukan yang kompleks dan menjadi warisan budaya yang amat berharga.

Tokoh Populer

  • Anoman: Kera berbulu putih ini merupakan putra Batara Guru dari Dewi Anjani. Ajiannya antara lain Pancasona, yaitu tahan terhadap bacokan dan Sirna Bobot atau kemampuan meringankan tubuh.
  • Arjuna: Ia adalah putra Pandu ketiga dari ibu Dewi Kunti. Sosoknya halus, tampan, pandai, dan pemberani sehingga disukai wanita. Ia memiliki pusaka keris Pancaroba, Ali-ali Ampal, dan panah Pasopati.
  • Bambang Sumantri: Dia mempunyai adik yang buruk rupa bernama Sukrasana. Suatu hari ia tak sengaja membunuh adiknya sendiri dengan senjata pemusnahnya, Cakrabaskara.
  • Cepot: Astrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen. Wataknya humoris, emosional, tak membedakan siapa pun, baik ksatria, raja maupun dewa. Lewat banyolan, dia memberikan petuah dan kritik sosial.
  • Dawala:Ia adalah adik dari Cepot. Dawala senantiasa menemani kakaknya pergi, sembari menenangkan kakaknya yang terlalu cepat marah.

 

 

*****