Ternate, pulau vulkanik dengan 2 warna tradisi belum banyak diketahui orang. Dari pelajaran sejarah, kita hanya dikenalkan adanya Kesultanan Ternate dan Tidore. Tapi jejaknya seperti apa, lebih banyak orang yang kurang paham dari daerah di kawasan Maluku Utara ini.
Ternate, Pulau Vulkanik Dengan 2 Warna
Berada di kaki Gunung Gamalama, Ternate yang dikelilingi laut sesungguhnya tak hanya menawarkan wisata bahari. Pulau yang berada di Provinsi Maluku Utara ini juga menarik ditelusuri sejarahnya melalui peninggalannya. Maklum, seperti disebut di muka, pada abad ke-13 di pulau ini berdiri Kesultanan Ternate, yang tradisinya hingga sekarang masih dipertahankan.
Pemerintah daerah setempat pun menggelar Festival Legu Gam setiap tahun untuk merayakan ulang tahun Sultan Ternate. Festival itu biasanya digelar setiap April.
Pada kesempatan itu, rakyat Ternate berpesta. Masyarakat berkumpul di Kedaton atau Istana Sultan Ternate. Di sana, digelar prosesi adat, pagelaran seni dan budaya, serta pameran yang terkait dengan usaha kecil dan sumber alam provinsi yang terdiri atas delapan pulau ini. Termasuk kerajinan tangan lokal. Kemeriahan sudah pasti berlangsung selama festival, yang biasa digelar hingga dua minggu ini.
Tentu tak harus sampai dua minggu untuk menikmati Ternate. Setiap hari ada penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Jika kehabisan tiket penerbangan langsung, wisatawan masih bisa mencari penerbangan sambungan (connecting). Bisa dari Makassar, atau Manado. Dari Manado, penerbangan hanya berlangsung sekitar 30 menit. Sedangkan jika dari Jakarta, penerbangan akan berlangsung 3 jam dan 45 menit. Ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Ternate, yakni dua jam.
Ternate, tentu, bukan kota besar. Namun, menariknya, jika kita berkeliling kota, banyak nuansa kolonial Portugis mewarnai kotanya. Semisal, Benteng Tolukko yang dibangun bangsa Portugis pada 1540 agar bisa tetap menguasai cengkeh yang menjadi hasil khas pulau ini. Lokasinya strategis karena berada di puncak bukit.
Selain itu, ada Benteng atau Fort Oranje yang menjadi pusat pemerintahan VOC sebelum dipindahkan ke Batavia pada abad ke-17. Tak hanya dua benteng yang dibangun Portugis, masih ada Benteng Kalamata, Benteng Kota Janji, dan Benteng Kastela. Fort Oranje dibangun abad 15 dan sekarang sering menjadi tempat pementasan seni budaya lokal.
Selain diwarnai peninggalan kolonial Portugis dan Belanda, Ternate yang dulunya Kesultanan juga pekat dengan nuansa Islam. Kesultanan ini dulunya memang dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur.
Karena itu, saat wisatawan berada di pusat kota, langsung mendapat suguhan dua peninggalan zaman Kesultanan Ternate, yakni Kedaton (istana) Ternate dan Masjid Kesultanan Ternate.
Sebagai daerah kesultanan, Ternate mempunyai istana yang dikenal sebagai Kedaton Ternate. Bangunan berwarna kuning muda itu menyimpan koleksi kesultanan. Ada mahkota berumur 500 tahun. Kemudian sebuah lemari kaca yang menyimpan sejumlah pedang atau kelewang. Masih ada pula singgasana sultan, ruang makan, dan lain-lain.
Istana yang dibangun pada 24 November 1813 ini berada di atas lahan seluas 1,5 hektare dan berada di pusat kota.
Hanya berjarak 100 meter lokasinya dari Kedaton Ternate, terletak Masjid Kesultanan Ternate. Masjid ini didirikan pada masa Sultan Ternate yang kedua atau awal abad ke-17. Memiliki arsitektur unik, berbentuk limas dengan enam undakan. Terbilang sederhana, bangunan terbuat dari batu yang direkatkan oleh getah kayu pohon Kalumpang. Setiap Ramadan, ada tradisi unik antara sultan dan rakyatnya.
Selain masjid lawas peninggalan kesultanan, Pemerintahan Kota Ternate kini menambahkan sebuah ikon kota sebagai penanda warisan tradisi agama Islam di daerah ini, yakni Masjid Al-Munawaroh. Yang unik, masjid ini dibangun pemerintah Kota Ternate tepat di bibir pantai. Terlihat begitu menawan saat dipandang dari arah laut. Tak mengherankan, masjid yang berdiri di atas lahan seluas enam hektare ini sekarang menjadi landmark kota ini. Empat menara yang menjulang dan keramiknya yang indah ternyata diterbangkan langsung dari Turki.
Tentu tidak sah bagi penyunjung Ternate, terutama mereka para pencinta bahari, jika tidak berperahu ke pulau-pulau lain di sekeliling kota ini. Keindahan laut bisa dinikmati dengan mampir ke Pantai Sulamadaha.
Pantai di pulau ini benar-benar tak boleh dilewatkan selama liburan akhir tahun di Ternate. Di dekat pantai berpasir hitam nan luas ini temukan juga Teluk Saomahada, dengan air hijau toska dan tenang, inilah salah satu spot favorit di sana. Berbentuk mirip laguna, wisatawan bisa berperahu dengan tenang atau berenang di sini. Juga snorkeling. Objek wisata ini bisa dicapai dalam 30 menit dari pusat kota Ternate. Ada pula pantai yang jaraknya cukup jauh, yakni 20 kilometer dari pusat kota, yakni Pantai Bobaneha Ici.
Pantai lain yang bisa dikunjungi wisatawan saat di Ternate adalah Pantai Tobololo. Berada di utara Ternate, pantai ini termasuk dalam Kelurahan Tobololo dan bisa dicapai dalam 20 menit dari pusat kota. Lokasinya boleh dibilang diapit Pulau Halmahera dan Pulau Hiri. Di beberapa titik tertentu, bisa temukan air panas yang bersumber dari Gunung Galamalama. Jarak pantai dengan air panas biasanya tergolong dekat, sekitar 1 meter.
Atau bila ingin duduk manis sembari menikmati alam, bisa singgah ke Danau Tolire yang berada di kaki Gunung Gamalama. Ada dua danau yang bisa ditemukan. Namanya sesuai ukuran, yakni Danau Tolire Besar dan Danau Tolire Kecil. Luasnya mencapai 5 hektare dengan kedalaman 50 meter. Di latar belakang tampak Gunung Gamalama nan gagah, apalagi bila langit tengah cerah.
Datanglah di sore hari, karena keindahan mentari tenggelam sempurna dari lokasi ini. Dengan latar laut, langit memunculkan senja nan indah. Lokasi Danau Tolire Kecil lebih dekat dengan laut. Jadi dua danau yang bersebelahan ini diapit gunung di satu sisi dan di sisi lainnya laut. Lokasinya sekitar 10 kilometer dari pusat kota.
Selain Danau Tolire, masih ada DanauNgade yang berair tawar, meskipun berdekatan sekali dengan laut. Dilihat dari ketinggian hanya ada batas tipis antara danau dan laut. Di sekeliling danau penuh dengan warna kehijauan. Spot foto pun benar-benar instagrammable. Kini bahkan sudah dilengkapi dengan restoran yang menawarkan menu ikan tawar, hingga menikmati danau pun bisa sembari wisata kuliner.
Jadi kapan Anda main-main ke Ternate? L
R. Nariswari