Timlo Solo tak seperti banyak masakan khas suatu daerah yang cepat berkembang ke daerah lain. Atau setidaknya punya outlet cabang atau rumah makan yang punya menu ini. Tapi, Timlo seperti betah hanya ‘berkibar’ di kota Batik itu.
Timlo Solo
Setiap lebaran atau akhir tahun, Rumah Makan Timlo Solo di Jalan Urip Sumoharjo kota itu seperti menjadi satu paket dengan kunjungan ke toko Roti Orion bagi warga Solo yang sudah menetap di kota lain. Letak keduanya memang berdekatan, hanya terpisah sekira 200-an meter. Dan ke duanya menjadi serbuan mereka yang mudik liburan. Kadang sampai antri.
Apa sesungguhnya timlo ini? Tak cukup banyak catatan sejarah mengenai asal muasal masakan ini. Namun, dari banyak penulisan artikel mengenainya, garis besarnya timlo adalah salah satu dari begitu banyak resep kuliner yang dibawa pedagang asal Tiongkok ke Jawa. Asal makanan timlo Solo memang diduga terinspirasi dari sup kimplo yang populer di budaya Tionghoa.
Dugaan tersebut terjadi karena orang memahami kimlo sebagai jenis hidangan berkuah yang berasal dari Cina. Masakan tersebut di area Jawa Timur dan Jawa Tengah berkembang menjadi sup dan beredar di kawasan Pecinan.
Untuk timlo sendiri, ada yang mengatakan kalau masakan ini sejenis sup. Namun, tak kurang ada jpula yang mengatakan ia merupakan gabungan sup dan soto. Memang, hidangan ini berkuah bening mirip sup tetapi rasanya gurih menyegarkan seperti soto.
Bumbunya sesungguhnya cukup sederhana, yakni terdiri dari air kaldu ayam, bawang putih, pala, lada, dan taburan bawang goreng di atas nasi. Saat menyantap timlo dengan nasi, bisanya nasinya dipisah atau dicampurkan ke dalamnya seperti ketika kita menyantap soto atau bakso.
Sedangkan kondimennya bisa sangat bervariasi, yakni hati ampela, telur pindang ayam atau kadang telur bebek, daging ayam, dan, nah ini yang paling khas, sosis Solo. Sosis Solo ini seperti risol dengan kulit dari telur dadar dan isian, biasanya, daging sapi giling yang sudah dibumbui. Ada yang basah, alias tidak digoreng, ada sosis Solo yang digoreng.
Sosis Solo itulah kunci kelezatan masakan timlo. Kuah dan isian lain mungkin bisa diduplikasi, namun sosisnya sangat khas.
Saat ini tidak cukup banyak restoran atau rumah makan yang menjual timlo Solo yang enak. Salah satu yang terkenal sudah disebut tadi di depan, RM Timlo Solo di Jalan Urip Sumoharjo. Rumah makan ini sudah berjualan sejak awal tahun 1960-an. Hingga kini lokasinya masih tetap. Interior restorannya pun relatif masih sama.
Seperti juga kedai-kedai soto di Jawa, selain masakan utama yang disajikan dalam mangkok, pengunjung juga disuguhi pelengkap lain yang diletakkan di piring-piring di atas meja. Begitu pula di rumah makan ini. Jika tak cukup puas dengan potongan-potongan sosis yang ada dalam mangkok, pengunjung bisa menambahkan sendiri. Tentu hitungannya terpisah.
Kedai lain penjual Timlo yang sangat terkenal dan sudah sangat lama berjualan di Solo adalah Timlo Sastro. Warung makan ini konon mulai berjualan sejak 1962 di daerah Pasar Gede, Solo. Tepatnya di sekitar belakang pasar. Sama seperti Rumah Makan Timlo Solo, Timlo Sastro hingga kini tetap mempertahankan Timlo sebagai menu utamanya.
Timlo Sastro, dikenal juga sebagai timlo Balong, karena diambil dari nama sang pendiri tempat usaha ini, almarhum Pak Sastro. Ia membuka warung tersebut awalnya hanya berupa tenda kaki lima sederhana di sebelah barat pasar. Adanya renovasi pasar suatu ketika membuat Pak Sastro harus memindahkan warungnya ke sudut belakang Pasar Gede.
Yang unik dari Timlo Sastro adalah jam buka yang cukup awal, sekitar pukul 6.30. Ini sudah berlaku sejak awal berdiri. Karena itu, sering kali warung ini menjadi tempat mampir mereka yang baru mendarat dari penerbangan pagi untuk sarapan kuliner Solo.
Pada jam-jam tertentu, ambil menikmati hidangan Timlo, pembeli dihibur oleh alunan musik tradisional, keroncong dan campursari, yang dimainkan dengan kreatif oleh sekelompok pengamen Solo. Nglaras, kata orang Solo.
Pernah mencicipi timlo Solo? Jika belum ayo agendakan kulinermu ke Solo. Berikut pilihannya:
RM Timlo Solo; di Jalan Jend. Urip Sumoharjo No.94, Purwodiningratan, Jebres, Surakarta
Timlo Sastro; di Jalan Kapten Mulyadi No.8, Sudiroprajan, Jebres, Surakarta
Timlo Maestro; di Jalan K.H. Ahmad Dahlan No.60, Keprabon, Banjarsari, Surakarta
Mana yang mau dipilih, sesuai selera saja. Masing-masing warung punya ciri isi timlo tersendiri.
agendaIndonesia
******