Toko Oen Semarang adalah kulinari peninggalan zaman Belanda.

Toko Oen Semarang hingga kini masih menjadi salah satu tempat klangenan bagi warga Semarang dan para pelancong yang datang berlibur. Hingga kini di usianya yang sekitar 90 tahun. Usaha keluarga turun temurun ini pun masih menawarkan hidangan otentik dengan nuansa kolonial yang kental.

Toko Oen Semarang

Sejatinya, meski bernama Toko Oen, tempat ini merupakan kedai makan yang awalnya menjajakan aneka kudapan seperti es krim, roti-rotian dan kue kering. Seiring berjalan waktu, kini mereka juga menawarkan ragam masakan Indonesia, Belanda dan Tiongkok.

Yang unik lagi, meski kini identik sebagai spot kuliner Semarang, namun toko ini justru muncul pertama kali di Yogyakarta pada 1910. Usaha ini diprakarsai oleh sepasang suami istri, Oen Tjoen Hok dan Liem Gien Nio.

Mulanya, mereka berjualan kudapan seperti es krim, kue kering dan aneka olahan roti yang saat itu disukai oleh orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia. Nama ‘Oen’ sendiri berasal dari panggilan mereka sehari-hari, opa dan oma Oen, dari istilah Belanda untuk yang ditetuakan.

Gerai Kue kue Kering IG Toko Oen
Toko Oen Semarang dengan gerai kue-kue keringnya. Foto: IG Toko Oen

Karena semakin banyak pelanggan dan bisnis semakin maju, belakangan mereka juga menjajakan beragam makanan besar ala Indonesia, Belanda dan Tiongkok. Tak hanya itu, mereka kemudian membuka beberapa cabang di kota-kota lain.

Cabang pertama mereka dibuka di Jakarta pada 1934, dan kemudian di Malang sekitar dua tahun setelahnya. Tak lama, mereka juga membuka cabang di Semarang setelah membeli gedung restoran milik seorang pengusaha asal Inggris, yang terletak di jalan Pemuda.

Toko terakhir itulah yang kemudian terus menjadi usaha keluarga dan sudah dikelola oleh generasi ke tiga hingga kini. Bahkan, Toko Oen Semarang bisa dikatakan sebagai salah satu usaha kuliner milik keluarga pribadi yang tertua di Indonesia.

Pun demikian, usaha ini bukannya tanpa pasang surut. Toko di Yogyakarta sudah tutup sejak 1937 agar berfokus pada tiga cabang baru, sementara pada 1973 cabang di Jakarta akhirnya dijual untuk dijadikan gedung perkantoran bank ABN (Algemene Bank Nederlands).

Toko cabang di Malang kemudian turut dijual pada 1990. Rencana pembangunan ulang dilarang oleh pemerintah kota Malang, dengan alasan gedung tersebut dianggap sebagai salah satu cagar budaya penting di kota apel itu.

Belakangan gedung tersebut justru digunakan kembali sebagai kedai makanan seperti semula, dan juga menggunakan nama ‘Oen’. Namun yang perlu diingat, toko ini sudah tidak lagi menjadi bagian dari usaha keluarga toko Oen yang asli.

Kendati begitu, lewat Oen Foundation yang merupakan lembaga pelestarian cagar budaya era kolonial di Indonesia, sekaligus perwakilan toko Oen yang asli, kemudian membolehkan usaha tersebut berjalan. Syaratnya, gedung beserta detail arsitekturnya tetap dipertahankan.

Bisa dibilang, otentisitas toko Oen Semarang lantas menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjungnya. Pelanggannya pun beragam, mulai dari warga lokal Semarang, hingga wisatawan lokal, mancanegara, serta mereka yang pulang kampung dan ingin bernostalgia.

Toko oen poffertjes
Poffertjes atau apem Belanda yang khas di resto ini. Foto: IG Toko Oen

Secara umum, menu yang ditawarkan masih sama sejak dulu dan terus dipertahankan. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, kroket, risoles dan lumpia masih jadi pilihan favorit bagi pengunjung yang sekedar ingin kudapan ringan sambil menikmati suasana.

Untuk yang ingin makan besar, tersedia menu utama dari dalam dan luar negeri, utamanya masakan otentik Belanda dan Tiongkok. Semisal chicken cream soup, kekian goreng, kit lian hai (udang goreng saus tomat), huzarensla (salad daging ala Belanda), aneka bistik, dan lainnya.

Ragam jenis es krimnya juga sayang untuk dilewatkan. Beberapa menu es krim yang cukup populer di sini misalnya napolitaine, chipolata, tutti frutti, mocca dan nutella nougatine, vruchten sorbet, tiramisu, rum raisin, kopyor, dan lain sebagainya.

Yang cukup unik, es krim di toko Oen Semarang hingga kini masih dibuat menggunakan mesin pembuat es krim dari Italia, yang konon sudah ada sejak 1920-an. Serta sebagai catatan, beberapa varian seperti rum raisin juga mengandung alkohol.

Toko Oen Semarang Ice Cream IG Toko Oen
Ice Cream Toko Oen masih dibuat dengan mesin Italia. Foto: IG Toko Oen

Selain itu, pengunjung juga bisa memesan es krim dalam ukuran satu liter dengan berbagai pilihan rasa untuk disantap beramai-ramai. Dan ada pula opsi untuk memesan es krim yang dipadu dengan poffertjes atau pannekoek.

Last but not least, mereka juga masih menawarkan aneka kue kering yang juga cocok sebagai oleh-oleh. Strawberry sprits, chocolate sprits, vanilla sprits, soes kering, kaasstengel, lidah kucing, ananas dan boterkrantjes merupakan beberapa kue kering favorit.

Setiap kue kering tersebut kemudian ditampilkan dalam jejeran toples dari kaca yang berukuran cukup besar. Pengunjung dapat melihat-lihat sambil mencicipi berbagai jenis kue kering yang beberapa di antaranya sudah mulai jarang dijual dan sulit untuk dicari.

Untuk ukuran restoran otentik, harga menunya pun terbilang cukup reasonable. Menu makanan ringan seperti poffertjes, bitterballen, risoles, kroket dan lumpia harganya berkisar dari Rp 17 ribu hingga Rp 35 ribu.

Kemudian untuk menu-menu seperti sup, salad, serta masakan Indonesia dan Tiongkok rata-rata berada di kisaran Rp 30 ribu-an sampai Rp 60 ribu-an. Sedangkan aneka ragam bistik dan bebakaran barbecue harganya di atas Rp 100 ribu.

Adapun untuk harga es krim berkisar dari Rp 20 ribu hingga Rp 45 ribu. Kalau ingin memesan es krim dengan poffertjes atau pannekoek harganya Rp 40 ribu. Sementara untuk es krim ukuran satu liter dijual mulai dari Rp 300 sampai 375 ribu, tergantung dari pilihan rasanya.

Selain dari beragam pilihan makanan otentik tersebut, daya tarik terbesar toko Oen Semarang tentulah nuansa kolonialnya yang kuat. Selain karena bangunannya yang lawas masih dipertahankan, dekorasi serta ornamen yang digunakan di dalam juga semakin menguatkan vibe tersebut.

Terdapat beragam barang-barang antik, foto-foto lama serta furnitur dari kayu dan rotan yang menampilkan kearifan lokal tempo dulu. Cocok bagi mereka yang ingin klangenan bersama keluarga dan teman, atau mereka yang ingin sekedar merasakan suasana ala masa kolonial.

Toko Oen Semarang biasa buka setiap hari dari jam 10.00 hingga jam 22.00. Yang menarik, umumnya saat ini toko Oen lebih ramai dikunjungi saat jam makan siang, ketimbang pada jam makan malam. Kala sore pun terkadang cukup ramai, utamanya mereka yang hanya ingin bersantai sambil ngemil.

Toko Oen Semarang

Jl. Pemuda no. 52, Semarang

Telp. (024) 3541683

Instagram: tokooen

agendaIndonesia/audha alief praditra

*****

Yuk bagikan...

Rekomendasi