Ucok Durian Medan adalah ikon atau simbol pariwisata ibukota Sumatera Utara. Ia mungkin satu-satunya nama tempat nongkrong, atau tempat kuliner, atau sebutlah apapun itu, yang sangat khas: apapun tentang durian.
Ucok Durian Medan
Kedai Ucok Durian milik Zainal Abidin Chaniago sudah berdiri puluhan tahun, hampir 40 tahun melayani penggemar buah ikonik ini. Ucok, demikian Zainal biasa disapa kerabat dan handai taulannya, nyaris identik dengan durian hingga di depan kedainya ia berani memasang tulisan “Jangan bilang pernah ke Medan!!! Kalau belum mampir ke Ucok Durian”. Mungkin terasa sedikit angkuh, tapi apa boleh buat, begitulah kenyataannya.
Semboyan itu bisa jadi benar. Bebarapa tahun terakhir sejumlah biro perjalanan yang membawa wisatawan domestik maupun dari manca negara memasukkan tempat Ucok ini dalam itinerary tamunya. Umumnya siang sesudah jam makan siang, atau malam hari. Sering kali menjadi spot wisata Medan terakhir pada larut malam.
Betul, kadang bahkan menjelang tengah malam. Tak perlu heran, sebab kedai Ucok Durian buka 24 jam. Ini di saat normal dulu, sebelum pandemi. Jadi pengunjung bisa datang kapan saja. Pagi-pagi sekali pun tak jarang bisa dilihat sudah ada penggila durian yang ‘nongkrong’ di sini.
Kedai Ucok Durian di Jalan Pelajar Nomor 46, Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota, ini sudah berdiri sejak 29 tahun yang lalu. Begitupun, Zainal sudah bergelut dengan buah beraroma kuat ini lebih lama lagi. Hampir 40 tahun. Pengalaman panjang yang membuatnya tahu memilih buah durian yang enak. Tak peduli dari kebun atau daerah mana, yang pasti durian darinya ditanggung enak.
Citra jaminan duren enak ini tentu tak diperoleh Zainal seketika. Ia mengaku pernah mengalami jatuh bangun selama berjualan durian puluhan tahun. Ia memulai petualangannya di dunia perdurianan dengan menjadi karyawan di gerai penjualan buah durian di Medan. Namun ia tak sekadar bekerja melayani pembeli. Saat bekerja itu, ia manfaatkan untuk memahami seluk-beluk durian. Soal buahnya, juga jaringan pemasoknya. Bertahun-tahun bekerja di tempat orang, muncul hasrat untuk membuka usaha sendiri. “Saya mulai berjualan dari kaki lima, hingga kini sudah ada kedai dan nama yang melekat dengan kota Medan,” katanya seraya bercerita dirinya mulai berjualan sendiri sejak usia 24 tahun.
Sambil berjualan, Ucok tak lupa untuk terus belajar mengenai buah durian. Dari berbagai cara. Mulai dari ngobrol dengan pengepul durian yang mengantar durian ke lapaknya berjualan, hingga menyambangi petani durian di berbagai tempat. Itu dilakukannya ke banyak tempat dan kebun pusat-pusat durian di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, bahkan seluruh Sumatra.
Di kedai Ucok ini tersedia durian-durian segar yang dapat langsung dinikmati pengunjung. Pengunjung bisa memilih cara menikmati duriannya: tinggal duduk di bangku dan minta durian dipilihankan karyawan Ucok; atau langsung memilih sendiri durian yang dikehendaki. Semuanya sama saja. Umumnya sih pengunjung memilih langsung duduk di bangku yang tersedia, durian dipilihkan, dibukakan duriannya, dan mereka tinggal menikmati.
Bagaimana kalau durian yang dipilihkan atau kita pilih sendiri dan dimakan langsung di tempat rasanya kurang sesuai? Jangan khawatir, pengunjung bisa langsung menukarkannya tanpa tambahan harga. Untuk durian yang sudah telanjur terbuka, juga tidak akan terbuang percuma. Nantinya durian-durian ini akan dipasok ke usaha rumahan untuk diolah menjadi aneka camilan berbahan dasar durian
Setiap hari selalu saja ada durian yang datang ke kedai Ucok Durian. Jika sedang musim, jumlahnya bisa mendapat pasokan sekitar 6 ribu buah durian. Lebih dari separuh dari jumlah tersebut umumnya habis diserbu penggila durian pada hari tersebut.
Jika tak habis terserap, atau ada durian yang ditukar konsumennya, Ucok tetap tenang, sebab durian-durian tersebut kemudian disalurkan menjadi aneka olahan berbahan durian. Mulai dari pancake durian, daging durian, durian beku, es krim atau kripik durian. Sebagian malah dijual di kedai tersebut. Sebagian lain dikirim ke lain daerah. Tak hanya di sekitar Medan, bahkan hingga ke pulau Jawa.
Jika punya waktu, tempat ini adalah pilihan untuk duduk reriuangan dengan kawan-kawan (tentu jika kondisi sudah mengijinkan, saat ini masih pandemi). Ngobrol sambil menikmati aneka makanan durian.
Namun, jika pengunjung cuma waktu yang mepet dan harus kembali ke kota asal, karyawan Ucok Durian akan membantu mengupas durian yang dipilih kemudian memasukkannya ke dalam wadah yang tertutup rapat sehingga bau menyengat tidak meruap keluar.
Jadi, sudahkah Anda mengunjungi Ucok Durian di Medan? Jika belum, ayo agendakan kunjungan ke tempat ini jika pada waktunya Anda bisa main ke Medan. Sebab, seperti kata Ucok, rasanya tidak lengkap mengunjungi Medan jika tidak mencicipi durian dari Ucok Durian.
agendaIndonesia
*****