Bono Surfing Ombak Sungai Setinggi 4 Meter

Boo surfing menjadi daya tarik pariwisata Riau. Foto:dok Dinas Pariwisata Riau

Bono surfing ini cerita khas yang dimiliki Indonesia. Mungkin belum banyak yang paham, kecuali untuk para peselancar. Sepintas kegiatan ini seperti layaknya berselancar atau surfing: kegiatan mengikuti ombak dengan papan selancar. Tapi bono surfing?

Bono Surfing

Umumnya olahraga selancar orang dilakukan di atas ombak laut, Tapi tak rupanya tak selamanya demikian. Ada yang unik di wilayah Riau. Di salah satu provinsi di Sumatera ini, para peselancar tidak melakukan surfing di laut, melainkan di sungai.

Bagi masyarakat Riau, surfing jenis ini dinamakan bono surfing. Lokasinya berada di Sungai Kampar yang terletak di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Bono Surfing di Sungai Kampar menjadi atraksi yang mendunia.
Sungai Kampar di Provinsi Riau, selain keindahannya, ia juga punya atraksi. Foto: shutterstock

Istilah “Bono” ditujukan bagi ombak besar yang ada di sugai Kampar. Fenomena ombak bergulung-gulung di Sungai Kampar ini bukanlah hal baru. Bono dalam bahasa masyarakat setempat berarti berani.

Masyarakat Teluk Meranti dan seitarnya sudah terbiasa melihat ombak besar tersebut sejak zaman nenek moyang mereka. Bahkan, menurut kisah setempat, Ombak Bono merupakan perwujudan dari tujuh hantu yang sering menghancurkan kapal. 

Menurut kisah Sentadu Gunung Laut, yang merupakan cerita masyarakat Melayu lama, ombak bono terjadi karena perwujudan tujuh hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.

Tujuh hantu itu diwujudkan dalam bentuk tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil.
Ombak besar ini ditakuti masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah, semacam upacara di waktu pagi atau siang hari dipimpin tetua adat setempat dengan maksud agar selamat saat berhadapan dengan ombak bono.

Masih dari cerita yang sama, konon ombak Bono ini dahulunya dijadikan ajang uji ketangkasan bertarung bagi setiap pendekar Melayu Pesisir. Ombak Bono di Sungai Kampar dapat dikatakan cukup tinggi. Dalam waktu-waktu tertentu ketinggian ombak di Sungai Kampar bisa mencapai 4-5 meter. Jelas tak kalah menantang dari ombak di lautan lepas.

Peselancar Ombak Bono Sungai Kampar Kesbangpol riau go id
Para peselancar bono di Kampar, Riau. Foto: dok. Kesbangpol.riau.go.id

Bono memenag termasuk peristiwa langka ombak di Sungai,  meskipun bukan satu-satunya. Sungai Kampar termasuk sebagai sungai nomor lima terpanjang di pulau Sumatera. Panjangnya mencapai 413 kilometer, di mana hulunya berada di Kabupaten Lima Puluh Kota di Sumatera Barat dan bermuara di Selat Malaka.

Fenomena alam langka di Sungai Kampar ini terjadi akibat pertemuan arus pasang laut dengan arus sungai. Dikutip dari kompas.com, umumnya puncak Bono atau gelombang tertinggi dapat diprediksi sesuai kalender bulan purnama, atau berdasarkan kalender tarikh qomariyah.

Arus ombak ini bergerak dari muara di wilayah Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Metangor. Tidak main-main, jarak yang ditempuh ombak Bono bisa sejauh 50-60 km, dengan kecepatan 40-50 km/jam.

Keunikan Bono Surfing adalah ombaknya yang berlawanan dengan arah arus sungai, sehingga tekanannya cukup deras. Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang sekitar 200 meter hingga dua kilometer mengikuti lebar sungai.

Hal yag kemudian menaik perhatian adalah adanya Festival Bekudo Bono. Ini pesta selancar bono di sungai Kampar. Tak main-main ia menjadi incaran peselancar internasional

Ya betul. Menjajal bono surfing bukan hanya tantangan peselancar lokal, namun juga peselancar mancanegara. Pemerintah daerah setempat melirik hal tersebut sebagai sebuah potensi pariwisata. Hingga tercetuslah event tahunan bertajuk: International Bono Surfing Festival dan Bekudo Bono. Kedua festival ini jadi sasaran pemecahan rekor dunia oleh para peselancar lokal maupun internasional.

Bono Surfing Dok Kemenparekraf
Tak kalah menantang dengan ombak laut, Bono surfing punya pecintanya. Foto: dok. kompas-kemenparekraf

Pada 2013, misalnya, peselancar asal Inggris, Steve King bersama dua rekannya berlomba adu ketangkasan dalam Bono Surfing. Mereka berhasil memecahkan rekor setelah berselancar sejauh 12,3 kilometer selama 1 jam 13 menit. Rekor ini kemudian dipatahkan oleh James Cotton yang berhasil melakukan bono surfing sejauh 17,2 kilometer, dan sukses mencatatkan namanya dalam Guinness Book of The World Record

Selain adu ketangkasan melalui Bono Surfing, pemerintah juga mengemas event selancar tahunan ini dengan sangat apik. Salah satunya adanya tambahan agenda Bono Jazz Festival dan camping ground pada Festival Bekudo Bono 2019. Harapannya upaya kreatif pemerintah ini menarik minat lebih banyak peselancar lokal dan internasional untuk melakukan Bono Surfing di Sungai Kampar.

agendaIndonesia/Kemanparekraf

*****

4 Acara Malam Seru di Yogyakarta

Kunjungan wisatawan ke Yogyakarta salah satunya ke Pasar Malam Yogyakarta turun sepanjang pelaksanaan PPKM.

4 acara malam seru di Yogyakarta, selain nongkrong di angkringan, atau menikmati Malioboro dengan ribuan dagangan asongan, ini bisa jadi alternatif saat harus menghabiskan malam-malam di kota ini.

4 Acara Malam Seru di Yogyakarta

Namun, keseruan malam di Kota Pelajar itu tak habis di sana. Bila Anda sedang liburan di Jogja dan mencari keasyikan di petang hari selain nongkrong di angkringan, empat aktivitas ini bisa dijajal dilakukan.

Titik 0 Yogyakarta naufal hilmiaji unsplash
Wisata Yogyakarta pada malam hari.

Photo by Naufal Hilmiaji on Unsplash

Menyaksikan Milkyway Sambil Berkemah

Milkyway atau Bima Sakti bisa disaksikan dengan jelas di tempat yang gelap tanpa lampu. Salah satu lokasinya adalah di pantai. Anda bisa menikmati milkyway di pantai selatan Yogyakarta sambil berkemah bersama kerabat. Pantai yang seru untuk menggelar tenda adalah Pantai Pok Tunggal di Kabupaten Gunungkidul.

Waktu tempuhnya 2 jam dari Kota Yogyakarta dengan berkendara. Di sana tersedia penyewaan tenda dengan tarif berkisar Rp 50 ribuan untuk kapasitas empat orang.

Menikmati Lampu Taman Pelangi

Taman Pelangi di kawasan Monumen Jogja Kembali (Monjali), Jalan Ring Road Utara, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, bisa menjadi salah satu alternatif menikmati malam yang berbeda di Jogja. Apalagi, taman tersebut buka sampai malam, yakni mulai pukul 16.30 hingga 23.00.

Ada sekitar seratusan lampion dengan beragam jenis bisa menjadi latar berfoto. Di antaranya menggambarkan karakter tooh-tokoh kartun dan bebungaan. Harga tiket masuk untuk semua wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, ialah Rp 20 ribu.

Wedang Ronde di Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul menjadi salah satu tempat pelancongan favorit kala malam hari di Jogja. Selain bisa mengayuh sepeda warna-warni yang sudah populer itu, kegiatan yang menyenangkan ialah menyeruput wedang ronde.

Sejumlah penjaja wedang ronde dapat dengan mudah dijumpai di kawasan Alkid—singkatan Alun-alun Kidul. Di tepi lapangan, bila petang, pedagang sudah bersiap menggelar lapak kaki lima di sana. Harga wedang ronde pun bermacam-macam. Rata-rata berkisar Rp 10 ribu.

Antre di Dapur Gudeg Pawon

Kuliner gudeg tengah malam memang sudah menjadi budaya yang melekat di Jogja. Salah satu yang banyak diburu ialah gudeg Jogja. Anda dapat menikmati makan nasi gudeg langsung di pawon atau dapur pemilik warung.

Gudeg Pawon beralamat di Jalan Janturan Nomor 36, Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta. Warung sederhana ini buka mulai pukul 22.00 hingga dinihari. Bila enggan mengantre, sebaiknya Anda datang lebih awal. Sebab, menjelang tengah malam, pengunjung biasanya akan membeludak.

F. ROSANA

Ber-Vespa, Tetap Anggun dengan 250 Cc

Ber-vespa semakin digemari para pecinta roda dua.

Ber-Vespa kini semakin popular di kalangan para pecinta roda dua. Terlebih pada 9 hingga 12 Juni 2022 lalu, penggemar skuter asal Italia ini berkumpul di Bali untuk merayakan Vespa World Days 2022. Sepeda motor ini semakin diincar penikmatnya. Tapi apa istimewanya kendaraan ini?

Ber-Vespa

Tidak cocok buat kebut-kebutan, tidak mengeluarkan suara bising berlebihan di jalanan, penuh gaya, irit, dan tangguh buat menempuh perjalanan jauh, ber-Vespa kini menjadi pilihan favorit buat jalan-jalan jarak jauh.

“Dengan Vespa, gua sudah jalan Jakarta–Lombok selama 3 hari, Jakarta–Medan selama 4 hari, Jakarta–Bali selama 3 hari, dan Jakarta–Bromo selama 2 hari. Seruu, seru sekali. Selain gampang dikendarai, Vespa juga gampang perawatannya. Buat touring lebih simple, tidak gampang capek seperti mengendarai motor gede yang berat,” ujar Anton Bramana, seorang eksekutif muda di sebuah perusahaan impor daging di Jakarta, yang juga Ketua Umum Piaggio Club Indonesia, klub para penggemar motor Vespa modern merek Piaggio.

Ber-Vespa semakin nge-trend seiring makin popularnya kendaraan buatan Italia ini.
Deretan kendaraan peserta Vespa World Vespa Days 2022 di Bali.Foto: Dok. vespaworlddays2002.id

Pada waktu ke Lombok, Bramana jalan-jalan bersama 27 penggemar Vespa lain dari Jakarta, menempuh jarak sekitar 2.000 kilometer.  Mereka jalan mulai malam. Pertama menempuh rute Jakarta–Solo, terus istirahat di Solo sekitar 2 jam. Dilanjutkan Solo–Jember; Jember–Bali; dan Bal –Lombok.

Mereka jalan santai dengan kecepatan 80km/jam pada rute jalan berkelok, atau sekitar 100 km/jam pada jalan lurus. Selama di Lombok, kami keliling pulau, ke Rinjani, dan mampir  Gili Trawangan.

Alhamdulilah, tidak ada masalah apapun, tidak ada yang mesinnya rewel atau ngadat. Semua lancar. Vespaan (mengendarai Vespa) tiga hari, badan rasanya remuk redam. “Pulangnya, Vespa kami kirim pakai kargo ke Jakarta, Orangnya ganti naik pesawat haha,” ujar Bramana yang mengoleksi beberapa Vespa matic; sehari-hari ia suka menggunakan Vespa Piaggio jenis Lx V, sedang kalau touring menggunakan Vespa Piaggio X9 250 cc.

Touring dengan Ber-Vespa harus lebih hati-hati. Karena knalpot tidak mengeluarkan suara keras dan bising seperti motor besar, sehingga sering diabaikan di jalanan. “Makanya kalau mau jalan jauh, sebaiknya dilakukan berombongan,” ujar Ichsan Yanuar, seorang wiraswasta muda yang mengaku jatuh cinta pada Vespa karena bentuk dan karakternya yang keren. “Karakternya tampak romantis, cocok buat jalan-jalan jauh sama pacar,” ujarnya tertawa.

Yanuar mengaku masih pendatang baru di dunia para kolektor Vespa, menyukai sejak 2007, setelah membeli Vespa Piaggio Lx 150 ie seharga Rp 30 juta saat itu. Sejak itu ia sering ikut dalam berbagai kegiatan touring Vespa ke berbagai pelosok di tanah air. Di antaranya, touring Vespa Jakarta–Medan (2012) selama empat hari yang menempuh jarak hingga 1.500 kilometer. 

Tujuannya ke Danau Toba. Ya sebenarnya jalan-jalan wisata saja, ditempuh dengan Ber-Vespa agar lebih seru dan murah. Empathari Jakarta–Medan cuma habis Rp 3 juta, murah banget dibanding wisata biasa dengan naik pesawat ke Medan. “Dengan naik vespa kami juga bisa mengunjungi banyak obyek wisata di setiap kota yang dilewati. Foto-fotonya juga lebih keren,” ujar Yanuar.

Harga Vespa yang tidak pernah jatuh, bahkan cenderung semakin tua semakin mahal, juga membuat alasan Yanuar mengoleksi sejumlah motor Vespa di garasi rumahnya. Dulu klub Vespa kesannya seperti klub penggemar motor skuter jadul keluaran tahun 40-60an yang telah direkondisi aneh-aneh. “Ini beda, kami klub Vespa modern yang kebanyakan adalah motor-motor Vespa matic keluaran di atas tahun 2000an. Jadi ya keren-keren bentuknya,” ujar Yanuar yang juga aktif di Piaggio Club Indonesia.

Piaggio Club Indonesia sendiri, kini adalah klub motor Vespa modern terbesar di Indonesia. Dulu para penggemar Vespa tersebar dalam berbagai komunitas-komunitas kecil yang berkumpul berdasarkan bertemanan terbatas.

Sejak Juli 2005, setelah kehadiran Agen Tunggal Pemegang Merek Piaggio, sejumlah komunitas Vespa modern di Jakarta, seperti ; Campur Sari Vespa Jakarta, Piaggio Lovers, Modern Vespa Club, Piaggio Owner Club, Zip Owner Club, dan lain-lain, sepakat menggabungkan diri dalam komunitas Vespa induk yakni Piaggio Club Indonesia yang rutin menggelar berbagai aktivitas touring bersama, kegiatan amal sosial, dan menjadi penghubung persahabatan antar penggemar Vespa.

Ber-Vespa cocok untuk pria maupun wanita berkeliling kota maupun touring ke luar kolta.
Vespa-vespa masa kini yang semakin trendy seraya tetap anggun. Foto: Dok. TL

“Harga Vespa yang relatif terjangkau bagi kebanyakan orang, antara 30 jutaan untuk kategori 150 cc, atau 40 – 75 juta untuk kategori 200 – 250 cc, membuat klub Vespa modern cepat berkembang dibanding klub motor gede,” ujar Hatma Nugraha, yang memiliki Vespa Piaggio Lx 150 warna merah.  “Latar belakang anggota di Piaggio Club Indonesia juga beragam, dari anak muda hingga orang tua. Dari pengusaha swasta hingga PNS,” ujar Anto Bramana.

Koleksi vespa para anggota Piaggio Club Indonesia pun beragam, dari Piaggio MP 3 atau skuter beroda tiga dengan kapasitas mesin 250-400cc, Piaggio XEvo kapasitas mesin 250 cc, Piaggio X9 kapasitas mesin 180-250 cc; dan Piaggio seri Vespa 125 cc. Yang paling banyak Piaggio seri 125 – 150 cc yang harganya  relatif paling terjangkau. Secara rutin, mereka tampak sering berkumpul di akhir pekan di tempat-tempat keramaian, dan melakukan touring bersama ke jarak-jarak pendek seperti Jakarta Bandung atau Jakarta – Bogor. “Untuk persaudaraan, kami punya etik, kalau antar Vespa bertemu di jalan untuk saling klakson, saling menyalakan lampu, atau minimal saling melambaikan tangan,” ujar Anton Bramana.

Keren Dengan Vespa

Masih ingat film Roman Holiday (1953) yang dibintangi Gregory Peck dan Audrey Hepburn. Film ini tidak hanya berhasil mempopulerkan Roma sebagai kota wisata, tetapi juga melambungkan Vespa sebagai kendaraan paling romantis buat pacaran keliling kota.  Sejak itu Vespa semakin terkenal di seluruh dunia, tidak semata sebagai kendaraan transportasi, tapi juga sebagai ekspresi gaya hidup. Di Indonesia pun, sejumlah nama populer juga menggemari Vespa sebagai ekspresi diri. David Bayu misalnya, vokalis band Naif ini, sejak lama telah berhasil memformulasikan dirinya sebagai anak muda urban yang keren, gaya, dan modern, dengan pergi kemana-mana Ber-Vespa.

Untuk kegemarannya itu, bahkan ia pernah ditunjuk jadi duta merek Vespa. “Ia memang aktif di berbagai kegiatan komunitas Vespa. Selain dia juga ada banyak artis penggemar Vespa seperti Tora Sudiro, Winky Wiryawan, Slank, dan lain-lain,” ujar Ichsan Yanuar

Tingkat kecelakaan pengguna Vespa juga paling kecil dibandingkan dengan jenis motor lain. Bentuknya yang kecil dan sederhana, membuatnya lebih aman dan nyaman buat dikendarai jauh. “Jaket, helm, sepatu touring, dan kaos tangan, menjadi standar safety kalau untuk berkendaraan Vespa jarak jauh. Jangan lupa dengan managemen touring yang baik, selalu dengan captain, marshal, tim swipper, dan back up car, setiap touring jauh yang melibatkan banyak peserta,” ujar Anton Bramana.

agendaIndonesia/TL

*****

Kayak Arus Deras, Olahraga Sejak 2000 Tahun Lalu

Kayak Arus Deras dari kegiatan masyarakat menjadi olah raga

Kayak arus deras tidak sepopular olah raga air lainnya. Kegiatan ini bahkan tidak sepopuler arung jeram di sungai. Medan yang cukup sulit dan risiko tinggi, seperti tenggelam, mungkin menyebabkan olahraga ini tidak punya banyak penggemar.

Kayak Arus Deras

Arus Sungai Cipunagara, , Jawa Barat, mengalir sangat deras. Seakan tak rela dilintasi benda apa pun. Siapa saja yang melintas niscaya diempas kuat-kuat. Bagi kayaker, arus yang memicu adrenalin ini justru menggoda untuk dinikmati. Berbekal teknik dan kegigihan, seorang kayaker mencoba melintas. Yup, bukan main, ia berhasil melewati derasnya arus sungai dengan tingkat jeram tinggi tersebut. Luar biasa!

Sejarah kayak bermula dari kawasan Siberia, orang-orang yang tinggal di sana membuat perahu dari kerangka kayu terbuka yang diikat bersama-sama dengan tali atau tali tanaman, dan ditutup dengan kulit anjing laut yang dijahit menyatu. Cikal bakal kayak ini disebut dengan umiak. Perahu ini terus dipakai oleh orang-orang yang menetap di Kutub Utara yang kemudian dikenal sebagai orang Inuit. 

Untuk masyarakat Inuit, kayak telah menjadi cara hidup sekaligus alat transportasi dan berburu selama lebih dari 2000 tahun. Mereka membangun kayak dengan bekal pengetahuan yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Kemampuan mengendarai kayak menjadi salah satu ukuran kesuksesan individu dan bagaimana mereka terhubung dengan komunitasnya. 

Tak jelas kapan kayak sebagai sebuah cabang kegiatan luar ruang masuk di Indonesia. Namun, mendayung adalah salah satu kegiatan masyarakat di banyak daerah yang memiliki aliran sungai yang kemudian menjadi jalur transportasi. Yang jelas pula, banyak tempat di Indonesia yang memiliki spot untuk berkayak. Termasuk untuk kayak arus deras seperti di Sungai Cipunagara tadi.

kayak arus deras menjadi salah satu pilihan berkegiatan di air.
Kayak menjadi kegiatan air yang menyenangkan, terutama di Indonesia. Foto: Dok. shutterstock

Atas dasar itulah Muhammad Ihsan, Tedy Bugiana, dan Ira Shintia, dibantu Toto Triwidarto, Puji Jaya, Agus Hermansyah, serta Sigit Setianto dari Sekolah Kayak Tirtaseta, mendirikan Bandung Kayak Community (BKC). “Keberadaan BKC ini sebenarnya hanya untuk mencoba menghimpun penggemar dan peminat serta berupaya memasyarakatkan olahraga kayak arus deras,” kata kang Ihsan suatu kali.

Komunitas yang didirikan Januari 2012 itu biasanya memanfaatkan liburan akhir pekan dengan mendatangi sungai-sungai yang berada di sekitar Bandung. Di antaranya Sungai Cipunagara dan Ciherang di Subang, Sungai Cimanuk di Garut, dan Sungai Ciwulan di Tasikmalaya.

Jika menyambangi lokasi yang relatif jauh dari Bandung, para anggota komunitas biasanya berkoordinasi terlebih dulu untuk mendiskusikan segala hal yang berhubungan dengan pengarungan, transportasi, dan urusan teknis lainnya. Sedangkan untuk latihan rutin, BKC melakukannya di Sungai Cikapundung, yang masih berada di Kota Bandung.

Hingga saat ini komunitas yang bermarkas di Jalan Dago Hegar, Bandung, itu memiliki puluhan anggota. Yang paling muda berusia 8 tahun, sementara yang paling tua 50-an tahun. Profesi anggotanya beragam. Dari pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, mahasiswa, hingga pekerja profesional. Ada juga perempuan.

Kayak Arus Deras merupakan kegiatan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, laki-laki maupun perempuan.
Kayak cocok dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk untuk perempuan. Foto: Dok. shutterstock

Untuk bergabung dalam komunitas ini, tentu ada persyaratannya. Yang pasti, tidak wajib memiliki peralatan kayak sendiri. Maklum, peralatan kayak belum diproduksi di dalam negeri. BKC biasanya menyediakan peralatan kayak yang dimiliki anggota lainnya untuk digunakan bersama-sama saat latihan dan pengarungan. Sejatinya siapa pun boleh bergabung dengan BKC—sebagai organisasi berbasis komunitas. Begitupun, calon anggota diharapkan pernah mengikuti kursus kayak bersertifikat atau alumnus sekolah kayak.

Namun bagi calon anggota yang belum pernah kursus kayak, tak usah khawatir. BKC juga mendirikan sekolah khusus kayak. Sekolah Kayak BKC namanya. Di sekolah yang didirikan lewat kerja sama dengan Sekolah Kayak Tirtaseta dari Purbalingga ini, ada pelajaran soal teknik kayak, seperti membalikkan kayak sendiri ketika terbalik (rolling), menyelamatkan diri (self-rescue), dan mendayung maju-mundur (eddies-in and eddies-out).

Pelatihan kayak tingkat dasar dilakukan selama tiga hari dan terdiri atas beberapa sesi. Sesi pertama, biasanya diadakan di kolam renang untuk membiasakan diri dengan air.

Namun sesi-sesi berikutnya dilakukan di sungai. Dalam pelatihan tersebut, para peserta diharapkan menguasai setidaknya 95 persen kurikulum pelatihan. Untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut, setiap peserta hanya dikenai biaya, tentu saja. Khusus pelatihan di sungai, para peserta akan dibawa ke Sungai Cipunagara, Subang.

Hingga saat ini Sekolah Kayak BKC sudah menghasilkan sejumlah angkatan. Mayoritas lulusannya langsung bergabung dengan BKC. Tak mengherankan jika BKC selalu diidentikkan dengan Sekolah Kayak BKC. Padahal, siapa pun bisa menjadi anggota BKC. “Cuma kebetulan, BKC mayoritas diisi lulusan dari Sekolah Kayak BKC.”

Di usianya yang relatif masih muda, BKC terus menata organisasi. “Insya Allah, ke depan akan disusun lebih baik lagi. Mengingat jumlah anggota yang sudah semakin banyak,” ujar Ihsan. Yang terpenting, ia menambahkan, olahraga kayak arus deras mendapat tempat di hati warga Bandung, sehingga bisa dikembangkan bersama-sama. Ayo, dayung terus!

Andry T./TL/agendaIndonesia

*****

Komunitas Drone, 1 Pesawat Sejuta Angle

Komunitas drone semakin banyak di Indonesia, selain belajar menerbangkan pesawat, mereka juga belajar fotografi dan videografi

Komunitas drone adalah satu kelompok kegiatan dengan mengejar sejumlah kompetensi. Bukan sekadar menerbangkan pesawat nirawak, namun juga menumbuhkan kemampuan fotografi, videografi. Bahkan memberikan manfaat lain seperti dokumentasi. Jadi ini bukan sekadar hobi semata.

Komunitas Drone

Matahari siang bolong pada awal Maret lalu benar-benar perkasa. Teriknya memanggang siapa dan apa pun yang ada di bawahnya. Beberapa gumpalan tipis awan putih berarak menghindari keperkasaannya.

Entah dari mana munculnya, sebuah pesawat mungil melintas di udara. Sesekali terbang merendah dan kembali meninggi meski tidak menembus awan. UFO (unidentified flying object) kah? Rupanya bukan. Karena benda itu tak lain dari drone alias unmanned aerial vehicle (UAV) yang sedang dicoba seorang pembeli.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, drone kian populer. Di kalangan militer dikenal sebagai ”mesin pembunuh” karena memiliki serangan yang mematikan dan daya jelajah yang sangat luas.

Beberapa tahun lalu chief executive officer  raksasa retail online Amazon, Jeff Bezos, mengenalkan konsep layanan Amazon Prime Air. Yang memungkinkan barang yang dipesan konsumen di Amazon.com akan diantar menggunakan drone dalam waktu 30 menit setelah mereka menekan tombol “beli”.

Menurut Asha Wadya, anggota DJI Phantom Indonesia, pemanfaatan pesawat nirawak itu pun kini berkembang luas hingga menyentuh penghobi. Selain hobi juga dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan sebagai fotografer ataupun videografer. ”Bisa dibilang drone ini menggabungkan tiga hobi sekaligus: radio control, videografi, dan fotografi,” kata dia. Bahkan, ia menambahkan, beberapa media massa sudah memanfaatkan drone ini.

Komunitas drone tumbuh untuk meningkatkan apresiasi dan kompetensi memanfaatkan pesawat nirawak.
Drone jenis Phantom. Foto: Dok. Unsplash

Pemanfaatan drone, kata Asha, tak lepas dari kemampuan yang dimilikinya. Drone lebih stabil, sehingga memungkinkan untuk mengabadikan gambar atau video. Pesawat yang dikendalikan melalui remote control dengan frekuensi 2,4 dan 5,8 Ghz juga mampu terbang setinggi 400 meter dan sejauh lebih dari 1,5 kilometer.

”DJI Phantom II bisa terbang selama 15-20 menit sekali terbang,” ia mengungkapkan sambil menyebut seri terbaru bisa terbang lebih tinggi dan durasi yang lebih lama.

Selain itu, drone dilengkapi dengan fasilitas GPS. Jika kehilangan jejak, fitur ini memungkinkan pesawat akan kembali ke titik keberangkatan semula. ”Tinggal diatur dan dikunci saja GPS-nya,” ujar Asha.

Tak jarang pesawat tersebut dijual sepaket dengan mounting (dudukan) action camera seperti GoPro yang didesain ringan, kompak, dan memiliki lensa lebar. Walhasil, tidak repot merakit perangkat tambahan lain.

Komunitas drone mengembangkan minat dan hobi sekaligus menjadi profesi yang menjanjikan.
Drone sedang mengudara. Foto: Dok. unsplash

Hasil foto ataupun video dengan drone ini mengagumkan. Sudut pandang aerial dengan perspektif menghadap ke bawah membuat foto ataupun video menjadi dramatis dan menakjubkan.

Lantas, berapa harga sebuah drone yang dinilai cocok buat pemula? Asha menyebut sekitar belasan juta untuk sebuah drone DJI Phantom 2. Itu belum termasuk action camera. Jika ingin sudah lengkap dengan kamera bisa mencapai Rp 20 juta lebih. Asha memperkirakan perkembangan drone akan semakin pesat di Tanah Air. ”Tahun 2015 mungkin dapat dibilang sebagai awal tahunnya drone,” ucapnya.

Aman dan Bertanggung Jawab

Kendati Phantom keluaran DJI Innovations termasuk paling mudah dikendalikan di kelasnya, namun Asha menyarankan pemula yang baru mencoba drone untuk berlatih di lapangan terbuka, bermain rendah, dan berlatih orientasi sesering mungkin sebelum terbang lebih tinggi.

”Jika terjadi crash, selain bisa merusak drone, bisa membahayakan orang lain di sekitarnya,” katanya. Oleh karena itu, komunitas drone DJI Phantom Indonesia menjunjung semboyan flysafe & fly responsible.

Komunitas drone yang didirikan pada 11 Mei 2014 itu merupakan wadah berkumpulnya pengguna drone buatan Da-Jiang Innovations Science and Technology Co, Ltd (DJI) Phantom asal Cina. Perusahaan ini didirikan Frank Wang pada 2006 di Shenzhen, Tiongkok.

Meski usia DJI Phantom Indonesia kurang dari setahun, anggotanya kian bertambah. Sampai tulisan ini diturunkan, setidaknya ada 600 anggota yang terdaftar dalam media sosial DJI Phantom Indonesia. “Anggota kami datang dari berbagai profesi. Mulai dari siswa SMP, kalangan media, penghobi, videografer, fotografer, dosen, DJ, hingga musikus,” katanya.

Asha mempersilakan siapa saja yang tertarik bergabung dengan DJI Phantom Indonesia. ”Silakan saja bergabung lewat media sosial Facebookkami. Tak perlu harus punya drone terlebih dulu,” kata dia.

Hal itu diakui oleh Agung Setiawan. Pria berusia 37 tahun yang berprofesi sebagai DJ ini mengaku awalnya mengenal drone berawal dari kebiasaan mendokumentasikan kegiatannya saat ia beraksi di luar kota. ”Namun setelah mempelajari lebih jauh, ternyata kamera yang saya gunakan bisa dipasangkan dengan drone. Sejak saat itu, saya langsung tertarik dengan drone. Hitung-hitung sekalian belajar jadi videografer,” ujarnya merendah.

agendaIndonesia/TL/Andry T.

*****

4 Tempat Kongkow Keren di Bandung

Pillow Talk Coffee and Comfy2

4 tempat kongkow keren di Bandung ini bisa jadi alternatif menghabiskan malam-malam saat berada di kota kembang. Terutama bagi mereka yang berjiwa muda.

4 Tempat Kongkow Keren

Bumi Priangan makin berwarna dengan kehadiran kafe-kafe modern. Nongkrong barang sebentar di sana akan membuat pikiran kembali segar. Bila butuh rehat sejenak, beberapa tempat di bawah ini, rasanya bakal cocok. 

 

1. Pillow Talk Coffee and Comfy

Di tengah hiruk-pikuk Kota Kembang Bandung, Pillow Talk, sebuah kafe berkonsep klasik dengan dominasi interior putih, menjadi tempat yang tepat untuk menepi. Kafe yang konon milik pengusaha Rina Herkiamto bersama kawan bisnisnya, yang juga aktor, Rizki The Titans, ini menawarkan suasana yang adem. 

Seperti namanya, Pillow, yang artinya bantal, tempat ngopi di bilangan Coblong ini nyaman disinggahi untuk sekadar nongkrong. Si empunya kafe mengajak pengunjung menyesap kopi seperti di rumah sendiri. 

Hampir seluruh bagian ruangan didesain artistik. Ada kursi-kursi kayu yang berhadapan dengan sang barista. Hampir semua tempat terkoneksi sehingga suasana hangat bakal menyergap saat tamu ramai berdatangan. 

Bagian luar kafe ini tediri atas taman dengan rumput hijau dan lampu-lampu tumblr. Saat malam menjelang, lampu-lampu itu akan berpendar. Suasana tak pelak bakal dramatis. Karena konsepnya seperti garden party, tak jarang kafe tersebut menjadi spot untuk momen spesial, seperti pernikahan, lamaran, tunangan, atau ulang tahun. 

Soal menu, di sini tersedia beragam jenis sajian. Mulai penganan ringan hingga berat. Ada makanan ala western seperti pasta dan toast bread. Tapi juga tersedia menu Nusantara, layaknya soto, sop buntut, sop iga, dan lain-lain. Harga tiap-tiap menu dibanderol mulai Rp 25 ribu. 

Alamat: Jalan Haji Hasan no 12, (Taman Panatayuda, Dipatiukur), Lebakgede, Coblong, Kota Bandung

Buka: 09.00 – 23.00 (weekend), 09.00 – 22.00 (weekdays) 

Web: instagram.com/pillowtalkcafe/?hl=id

 

2. Please Please Please Bandung 

Terdengar unik dan cukup mudah untuk diucapkan: please please please. Rasanya seperti orang minta tolong. Namun barangkali tak bakal diartikan secara harfiah. Kafe ini belakangan kesohor lataran memiliki ikon berupa logo unicorn atau kuda poni di salah satu sisinya. Ikon itu menyala dengan lampu berwarna neon. 

Kafe yang berlokasi di Jalan Progo nomor 37, Citarum, Bandung, tersebut mulai hits sejak tahun lalu. Pengunjung menjadikannya tempat nongkrong baru di Kota Kembang. Bagian-bagian ruangan dalam kafe itu mengangkat konsep kafe ala Mexico era 1950-an yang membuat interior terasa berkelas ketika dipandang. 

Biasanya, anak muda yang suka konsep gemerlap dan glamor akan menyukai tempat semacam Please, Please, Please. Kafe ini menarik dipotret dari sisi mana pun karena menyajikan latar yang classy dan fabolous.

Untuk dapat nongkrong di sini, pengunjung kudu mengeluarkan bujet minimal Rp 25 ribu untuk minum, belum termasuk pajak. Adapun menu yang bisa disantap di antaranya terdiri atas menu Nusantara. Menu-menu itu ialah nasi ayam kremes, soto ayam, nasi jeruk, nasi begana, nasi ayam penyet, dan lain-lain. Harga masing-masing menu dibanderol mulai Rp 30 ribu. 

Alamat: Jalan Progo Nomor37, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115

Jam buka: 10.00-23.00 (weekdays), 10.00-00.00 (weekend)

Telepon: (022) 20512715

Google Maps: https://goo.gl/GPQ4Xi 

Please Please Please Bandung3
Salah satu sajian di Please Please Please Bandung (ist.)

 

3. Pinisi Resto Ciwidey

Berbentuk kapal pinisi, restoran ini benar-benar menyita perhatian. Keberadaannya eksis di tepi Danau Situ Patenggang, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Restoran Pinisi bukan sekadar tempat makan, namun kini telah menjadi alternatif wisata bagi turis. Musababnya, selain menghadap ke danau, restoran itu berada di tengah hamparan kebun teh. 

Berhektare-hektare pohon teh menjadi sajian menarik bila wisatawan makan di restoran. Tak khayal, restorn ini menjadi lokasi baru untuk pre-wedding dan perayaan momen-momen khusus. 

Di sekitar restoran terdapat tempat menginap dengan konsep glamping. Glamping dikenal sebagai hotel bergaya kemping, namun memiliki fasilitas yang lengkap. Tempat itu cocok untuk menepi, mencari ketenangan diri dengan bersatu dengan alam. Namun dengan cara yang tak repot. 

Alamat: Patengan, Rancabali, Bandung, Jawa Barat 40973

Jam buka: 24 jam

Web: pinisicamprancabali.com

Telepon: (022) 85924493

 

Pinisi Resto Ciwidey
Phinisi Resto di Ciwidey (Ist.)

4. One Eighty Coffee

Pernah menyaksikan orang-orang menongkrong di kafe sambil berendam di kolam renang? Di sinilah tempatnya, yakni one eighty coffee. Kafe di kawasan Coblong, Kota Bandung, ini lain dari kafe pada umumnya. Kafe tersebut berada di tengah-tengah kolam renang. Pengunjung akan rela basah-basahan saat menyantap makan atau minum di One Eighty Coffee. Namun justru di sinilah sensasinya. Maka itu, tak heran bila kafe tersebut belakangan hits di kalangan anak muda. Mereka bukan hanya ingin menikmati mengudap sajian yang nikmat sambil bersantai, tapi juga kepingin berfoto. Tak cuma menyajikan kafe dengan nuansa air, tempat itu menawarkan konsep lokas nongkrong yang asri. Pasalnya, hampir semua meja dan kursi terbikin dari kayu. Juga terdapat tanaman-tanaman hijau yang tumbuh di sekitarnya. Suasana alami pun makin kentara dan terasa. 

Alamat: Jalan Ganeca Nomor3, Lb. Siliwangi, Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40132

Jam buka: 08.00-23.00 (weekdays), 08.00-00.00 (weekend)

Telepon: 0822 1800 0155

Google Maps: https://goo.gl/aCUWKZ 

 

One Eighty Coffee
Suasana One Night Coffee (Ist.)

 

Sandboarding, Meluncur di Gumuk Pasir Setinggi 10 Meter

Sandboarding, meluncur di atas gumuk pasir pantai Parangkusumo Yogyakarta.

Sandboarding, ini istilah yang mungkin baru 10-12 tahun terakhir popular di kalangan pecinta aktifitas luar ruang. Meluncur dengan papan tak harus dilakukan di atas ombak ataupun salju. Meluncur di atas gumuk pasir juga bisa memberikan sensasi tersendiri. Ini salah satunya bisa dilakukan di pantai Parangkusumo, Yogyakarta.

Sandboarding

Sebelum membahas lebih jauh soal ‘permainan meluncur’ di Gumuk Pasir Parangkusumo, ada baiknya kita mengetahui dahulu definisi “gumuk pasir”. Istilah gumuk pasir sesungguhnya adalah salah satu bentang alam yang proses pembentukannya dipengaruhi angin. ‘Bukit’ atau gundukan terbentuk karena pasir yang menumpuk karena terbawa atau terdorong angin jumlahnya besar.


Gumuk Pasir Parangkusumo di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, merupakan salah satu pusat aktivitas sandboarding terbaik di Indonesia. Ada tulisan besar di gerbang masuknya “Gumuk Pasir Barchan”. Istilah barchan atau aeolian merujuk pada jenis proses pembentukan gumuk pasir tersebut.  Jenis gumuk pasir tipe ini memiliki ketinggian 5-15 meter.

Gundukan pasir di pantai Parangkusumo ini disebutkan berasal dari hasil erupsi Gunung Merapi di utara Yogyakarta. Endapannya dibawa oleh sungai-sungai di sekitar kota pelajar ini dan bermuara di Pantai Selatan, antara lain Sungai Opak dan Sungai Progo.
Sulitkah menikmati sandboarding atau selancar pasir ini? Ternyata tidak terlalu sulit. Anda cukup berpijak pada papan seluncur yang ditaruh di atas bukit pasir setinggi sekitar 10-12 meter. Lalu, posisikan badan sedikit membungkuk dan condong ke depan dengan pandangan tertuju ke bawah. Siagakan kaki Anda, dengan lengan di samping badan dalam posisi sedikit terbuka. Jika merasa sudah seimbang, majukan tubuh ke depan dan meluncurlah. Asyiiik!

sandborading, meluncur di gumuk pasir setinggi 10 meter di pantai Parangkusumo, Yogyakarta.
Sandboarding, meluncur di atas gumuk pasir pantai Parangkusumo, Yogyakarta. Foto: Dok. shutterstock

Adrenalin mengalir deras dan jantung berdegup kencang ketika papan membawa tubuh meluncur dengan cepat. Tanpa sadar, niscaya mulut Anda terbuka dan berteriak. Sungguh mendebarkan. Namun ketika papan terhenti di tengah gundukan pasir dan tubuh oleng, lalu terjatuh, bisa jadi Anda tidak sabar untuk segera naik ke puncak gumuk dan mengulangi aksi itu lagi.

Itulah segelintir pengalaman berseluncur di atas pasir alias sandboarding, yang dilakoni Komunitas Sandboarding Indonesia. Digawangi oleh Sidik Hutomo, sang pendiri, sejumlah anak muda yang tergabung dalam komunitas ini hampir setiap Minggu datang ke Parangkusumo, Yogyakarta, untuk berseluncur di atas pasir. Mereka berkumpul pagi hari sebelum mentari meninggi atau sore setelah matahari terbenam.

Sidik mengungkapkan, awalnya, ia dan teman-teman mencari permainan yang bisa memuaskan keinginan untuk bermain snowboarding tanpa harus pergi ke negara bersalju. Mereka lantas menemukan sandboarding. “Yang membuat saya senang karena bisa memulai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan potensi yang ada di negeri sendiri. Ini kan awalnya iseng-iseng aja, tapi ternyata bisa berkembang hingga saat ini,” ujarnya.

Permainan ini memang terbilang baru di Indonesia meskipun komunitasnya telah eksis sejak 2007. Awalnya, anggota komunitas terdiri atas mahasiswa Mapagama (Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Gadjah Mada). Namun setelah aktif dan banyak diliput media, keanggotaannya berkembang untuk umum. Pusat aktivitas komunitas ini di Yogyakarta. Sebab, Sidik menilai Parangkusumo merupakan lokasi dengan gumuk pasir terbaik di Indonesia untuk bermain sandboarding.

“Itu karena pembentukan gumuk pasir yang dinamakan aeolian,” ujarnya. Aeolian adalah proses pembentukan gumuk pasir yang dibantu angin. Adanya aeolian menandakan pasir yang terbawa dan terbentuk menjadi gumuk tersebut sangat ringan, sehingga cocok untuk berseluncur. Di lokasi lain, seperti di Gunung Bromo, Krakatau, dan Merapi, serta Ngarai Sianok, pasirnya kasar dan terkadang berkerikil. Jadi, lebih sulit untuk sandboarding dan risiko cedera lebih besar jika terjatuh.

Meski memiliki lahan bagus, Sidik menilai, jumlah lintasan gumuk pasir Parangkusumo masih kurang banyak. Ia berharap bisa mendapatkan dukungan pemerintah daerah untuk membuat lintasan yang lebih memadai dan dilengkapi sarana wisata pendukung. Tentunya agar semakin banyak turis tertarik mencoba kegiatan ini.

Sandboarding di Gumuk Paris Parangkusumo, Bantul, Yogyakarta.
Sandboarding asyik dilakukan di Gumuk Pasir Yogyakarta saat sore hingga matahari terbenam. Foto: Dok. shutterstock

Komunitas Sandboarding Indonesia terkadang menggabungkan permainan ini dengan ATV, jip, atau bahkan layang-layang. Jip atau ATV mereka gunakan untuk menarik papan sandboarding di permukaan datar agar bisa melun- cur dengan cepat. Ide ini mereka gunakan pula saat terlibat dalam pembuatan iklan rokok. Sedangkan dengan layang-layang, mereka pernah menciptakan permainan sandboarding dipadukan dengan kite surfing di landasan pasir datar.

Tertarik mencobanya? Agendakan liburanmu ke Parangkusumo di Yogyakarta saat pandemi Covid-19 sudah berakhir atau mereda dan nikmati sensasinya.

agendaIndonesia

*****

D’Lempis, Lemparan Penuh Etika Sejak 1987

D'lempis adalah komunitas pemilik hobi yang unik: melempar pisau

D’Lempis sebuah komunitas yang unik: mereka yang hobi melempar pisau. Namun, ini bukan aksi sok pamer, melainkan justru cara melatih konsentrasi yang mengasyikkan.

D’Lempis

Kakinya melangkah mantap memasuki arena. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Sedangkan di pinggangnya tergantung sebuah sarung kulit yang memuat tiga bilah pisau. Langkah pria bernama Ellen Ramlan itu terhenti sekitar 2 meter di depan target lingkaran. Ia langsung memasang kuda-kuda.

Matanya menyorot tajam target di depannya. Sebilah pisau kini sudah berada dalam genggamannya dan siap dilempar. Clebs… Pisau menancap tepat di tengah target lingkaran. Begitu pula dengan pisau kedua dan ketiga. Clebs dan clebs.

Selintas terlihat mudah. Saya pun tertarik mencobanya. Hasilnya? Sungguh sangat mengecewakan. Tak ada satu pun pisau yang tepat sasaran. ”Memang harus sering berlatih,” ujar Ellen Ramlan, Ketua D’ Lempar Pisau Indonesia (D’Lempis) di Bandung, Jawa Barat.

Seorang pemula, kata pria yang akrab disapa Chief oleh rekan-rekannya itu, membutuhkan waktu paling tidak 30 menit agar lemparan pisau dapat tertancap pada target. ”Hanya tertancap dan belum tepat mengenai sasaran. Dibutuhkan latihan, konsentrasi, kondisi fisik, serta psikis pelempar yang prima,” ia menjelaskan.

Menurut Ellen, ada beberapa teknik memegang pisau yang harus dikuasai. Sebab, hal tersebut berkaitan erat dengan jarak lempar. Pegangan pada gagang cocok untuk jarak ganjil, misalnya 3 meter, 5 meter, 7 meter, dan seterusnya. Adapun pegangan pada bilah pisau (blade) cocok untuk jarak genap, seperti 2 meter, 4 meter, 6 meter, dan seterusnya.

”Posisi kaki juga harus diperhatikan,” ucap Ellen, mengingatkan. Jika si pelempar terbiasa menggunakan tangan kanan, kaki kiri harus berada di depan. Begitu pula sebaliknya. Hal ini dilakukan guna meminimalkan risiko kaki terluka jika pisau terlepas atau jatuh.

Meski selintas terlihat menyeramkan, olahraga lempar pisau ini justru melatih konsentrasi dan memberikan keasyikkan tersendiri. ”Banyak efek positif yang dapat diraih, di antaranya adalah melatih konsentrasi, emosi, dan koordinasi gerak tubuh. Ya, mirip dengan olahraga biliar dan golf,” kata Arri Alkatiri, bagian humas D’Lempis.

D'Lempis sebuah komunitas penghobi melempar pisau di Indonesia.
Anggota D’Lempis dalam sebuah acara di Bandung, Jawa Barat. Foto: Dok. D’Lempis

Tak mengherankan jika animo penggemar lempar pisau tumbuh sangat pesat. Selain pusatnya berada di Bandung,  Arri menyebutkan chapter D’ Lempis ada di Lampung, Jakarta, Bekasi, Yogyakarta, Kolaka (Sulawesi), Tasikmalaya, Cilegon, Solo, Malang, Samarinda, dan Manokwari.

Para anggota terdiri atas berbagai profesi, mulai mahasiswa, karyawan, dosen, guru, fotografer hingga ibu rumah tangga! Hah, ibu rumah tangga? Ya, salah seorang yang sempat saya temui adalah Lily Hitler. Perempuan berusia 50 tahun ini awalnya mengaku hanya mengantar anaknya, Zulfikar Aria Ramadhan, untuk berlatih lempar pisau. Namun saat mencobanya, dia mengaku ketagihan. ”Olahraga ini selain melatih ketangkasan, juga mampu melepaskan kejenuhan,” ujarnya.

Pembentukan komunitas ini, kata Ellen, memang sengaja dilakukan guna merangkul orang-orang yang memiliki hobi melempar pisau. Melalui wadah ini pula, ia menambahkan, setiap anggota bisa saling berbagi berbagai hal mengenai dunia melempar pisau, dari trik melempar, jarak melempar pisau, pemahaman tentang cara memegang pisau dengan benar, hingga meminimalkan penggunaan pisau untuk kejahatan.

Ke depan, Ellen berharap olahraga lempar pisau ini dapat menjadi salah satu cabang olahraga yang resmi dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun internasional. Komunitas ini sejatinya sudah berdiri sekitar 1987. Awalnya, komunitas ini didirikan oleh para mahasiswa seni rupa Institut Teknologi Bandung yang mengisi waktu luang setelah kuliah. Lama-kelamaan hobi tersebut berkembang dan terbentuklah komunitas D’Lempis.

Kegiatan demikian sempat vakum lama dan baru mulai aktif lagi pada  2010. ”Pada saat itu juga, D’Lempis membuka anggota untuk umum,” kata  Arri. Hingga saat ini, baik calon anggota maupun anggota komunitas D’Lempis sudah lebih dari 1.000 orang. Dalam menyaring anggota, D’Lempis cukup ketat. Calon anggota akan dinilai dalam tiga bulan pertama. ”Penilaian meliputi dedikasi, peningkatan kemampuan, hingga kejiwaan,” kata dia.

Menurut Arri, penilaian faktor kejiwaan sangat penting. Sejak awal dibuat aturan tegas untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Para anggota didoktrin untuk tidak melukai makhluk hidup ataupun yang menyerupai makhluk hidup dengan menggunakan pisau lempar atau alasan apa pun. ”Bahkan, kami melarang setiap anggota melempar pisau ke pohon,” tuturnya.

Setelah lulus, calon anggota akan resmi dilantik menjadi anggota dalam komunitas yang resmi terdaftar dan diakui oleh International Knife Throwers Hall of Fame yang bermarkas di Austin, Texas, itu. Pada saat itu pula, kata Arri, mereka telah resmi menjadi “warga negara logam”.

agendaIndonesia/Andry T./Prima M./TL/Lempis

Kayak Arus Deras, Berputar di Arus Sejak 2012

Kayak arus deras menjadi alternatif menikmati sungai nerarus deras.

Kayak arus deras adalah alternatif jika ingin memompa adrenalin di derasnya arus sungai. Selain arung jeram yang sudah lama dikenal, olahraga atau aktivitas ini kian digemari. Untuk memulainya, minimal punya pengetahuan soal teknik dasar olahraga kayak.

Kayak Arus Deras

Arus Sungai Cipunagara, Subang, Jawa Barat, mengalir sangat deras. Seakan tak rela dilintasi benda apa pun. Siapa saja yang melintas niscaya diempas kuat-kuat. Bagi kayaker, arus yang memicu adrenalin ini justru menggoda untuk dikalahkan. Berbekal teknik dan kegigihan, seorang kayaker mencoba melintas. Yup, bukan main, ia berhasil melewati derasnya arus sungai dengan tingkat jeram tinggi tersebut. Luar biasa!

Kayak arus deras memang tidak sepopuler arung jeram di sungai. Medan yang cukup sulit dan risiko tinggi, seperti tenggelam, mungkin menyebabkan olahraga ini tidak punya banyak penggemar. Atas dasar itulah Muhammad Ihsan, Tedy Bugiana, dan Ira Shintia, dibantu Toto Triwidarto, Puji Jaya, Agus Hermansyah, serta Sigit Setianto dari Sekolah Kayak Tirtaseta, mendirikan Bandung Kayak Community (BKC).

“Keberadaan BKC ini sebenarnya hanya untuk mencoba menghimpun penggemar dan peminat serta berupaya memasyarakatkan olahraga kayak arus deras,” kata Kang Ihsan—panggilan Muhammad Ihsan suatu kali. Komunitas yang didirikan Januari 2012 itu biasanya memanfaatkan liburan akhir pekan dengan mendatangi sungai-sungai yang berada di sekitar Bandung. Di antaranya Sungai Cipunagara dan Ciherang di Subang, Sungai Cimanuk di Garut, dan Sungai Ciwulan di Tasikmalaya.

Jika menyambangi lokasi yang relatif jauh dari Bandung, para anggota komunitas biasanya berkoordinasi terlebih dulu untuk mendiskusikan segala hal yang berhubungan dengan pengarungan, transportasi, dan urusan teknis lainnya. Sedangkan untuk latihan rutin, BKC melakukannya di Sungai Cikapundung, yang masih berada di Kota Bandung.

Hingga saat ini komunitas yang bermarkas di Jalan Dago Hegar, Bandung, itu memiliki 45 anggota. Yang paling muda berusia 10 tahun, sementara yang paling tua 50 tahun. Profesi anggotanya beragam. Dari pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, mahasiswa, hingga pekerja profesional. Ada juga perempuan.

Kayak arus deras bisa menjadi alternatif bagi yang ingin memompa adrealin di arus deras.
Seorang kayaker sedang berusaha melintasi arus deras. Foto: Dok. Bandung Kayak Community.

Untuk bergabung dalam komunitas ini, tentu ada persyaratannya. Yang pasti, tidak wajib memiliki peralatan kayak sendiri. Maklum, peralatan kayak belum diproduksi di dalam negeri. BKC biasanya menyediakan peralatan kayak yang dimiliki anggota lainnya untuk digunakan bersama-sama saat latihan dan pengarungan. Menurut Kang Ihsan, sejatinya siapa pun boleh bergabung dengan BKC—sebagai organisasi berbasis komunitas. Namun sebaiknya, Kang Ihsan menyarankan, calon anggota pernah mengikuti kursus kayak bersertifikat atau alumnus sekolah kayak.

Namun bagi calon anggota yang belum pernah kursus kayak, tak usah khawatir. BKC juga mendirikan sekolah khusus kayak. Sekolah Kayak BKC namanya. Di sekolah yang didirikan lewat kerja sama dengan Sekolah Kayak Tirtaseta dari Purbalingga ini, ada pelajaran soal teknik kayak, seperti membalikkan kayak sendiri ketika terbalik (rolling), menyelamatkan diri (self-rescue), dan mendayung maju-mundur (eddies-in and eddies-out).

Pelatihan kayak tingkat dasar dilakukan selama tiga hari dan terdiri atas beberapa sesi. Sesi pertama, biasanya diadakan di kolam renang untuk membiasakan diri dengan air. Namun sesi-sesi berikutnya dilakukan di sungai. Dalam pelatihan tersebut, para peserta diharapkan menguasai setidaknya 95 persen kurikulum pelatihan. Untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut, setiap peserta hanya dikenai biaya Rp 1,5 juta. Khusus pelatihan di sungai, para peserta akan dibawa ke Sungai Cipunagara, Subang.

Hingga saat ini Sekolah Kayak BKC sudah menghasilkan lima angkatan. Mayoritas lulusannya langsung bergabung dengan BKC. Tak mengherankan jika BKC selalu diidentikkan dengan Sekolah Kayak BKC. Padahal, menurut Kang Ihsan, siapa pun bisa menjadi anggota BKC. “Cuma kebetulan, BKC mayoritas diisi lulusan dari Sekolah Kayak BKC.”

Di usianya yang relatif masih muda, BKC terus menata organisasi. “Insya Allah, ke depan akan disusun lebih baik lagi. Mengingat jumlah anggota yang sudah semakin banyak,” ujar Kang Ihsan. Yang terpenting, ia menambahkan, olahraga kayak arus deras mendapat tempat di hati warga Bandung, sehingga bisa dikembangkan bersama-sama. Ayo, dayung terus!

agendaIndonesia/Andry T./Bandung Kayak Community

*****

Asyiknya Mengintip Burung, Hobi Yang Ada Sejak 1901

Asyiknya mengintip burung atau birdwatching bukan hobi yang baru muncul. Kegemaran ini sudah pernah ditulis oleh ornitolog asal Inggris pada 1901. Ini bukan sekadar menikmati keindahan karya sang Pencipta, tapi juga memahami, mencatat dan melestarikannya. Mengendap-endap, mengintip via teropong, mencermati, dan mencatat jenis burung yang dilihat.

Asyiknya Mengintip Burung

Cuaca memang belum bersahabat pada pada waktu itu. Maklum, hujan masih rajin mengguyur Kota Bogor, Jawa Barat. Namun Santi dan Jihad dari Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) tetap bersemangat menemani Stuart Marden, peneliti burung dari Manchester University, Inggris. Saat azan Subuh menggema, mereka sudah bergegas menuju kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Cianjur, Jawa Barat. Beruntung hujan tidak turun hari itu, meskipun mendung menggelayut.

Tepat pukul 07.00, mereka sudah tiba di pintu masuk Cibodas, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor Taman Nasional. Perjalanan yang harus mereka tempuh masih panjang. Meskipun tidak terlalu berat, jalur trekking memiliki rute berkelok dan naik-turun. Tak hanya itu, selama perjalanan mereka juga tak boleh menimbulkan suara gaduh. Bahkan terkadang mereka harus jalan mengendap-endap dan siap membidikkan teropong berlensa binokulersaat tampak burung bertengger.

Orang awam yang melihatnya mungkin akan menganggap apa yang mereka lakukan ini sebagai kurang kerjaan. Betapa tidak, mereka hanya “tukang intip” burung-burung liar yang hidup di alam bebas. Padahal, pengamatan burung atau lebih kerennya disebut birdwatching merupakan suatu kegiatan observasi. Istilah ini pertama kali muncul sebagai judul buku yang ditulis oleh ornitolog Inggris, Edmund Selous, pada 1901. Belakangan birdwatching berkembang menjadi kegiatan yang bersifat rekreasi.

Dari tahun ke tahun, organisasi pengamat dan pemerhati burung di Indonesia terus bertambah. Baik yang bernaung di lingkup perguruan tinggi maupun berdiri secara independen. Terkadang pula birdwatching diselipi kegiatan fotografi menggunakan burung sebagai obyek pemotretan.

Meski bersifat hiburan, kegiatan ini dapat menambah wawasan para birdwatcher, sebutan untuk pengamat burung. Sebab, dengan mengintip via teropong itulah mereka bisa mengetahui jenis-jenis burung endemik atau burung perkotaan yang ada di Indonesia. Apalagi birdwatching bisa dilakukan di mana saja, asalkan tempat tersebut merupakan habitat komunitas burung.

asyiknya mengintip burung bukan saja melihat keindahan karya sang pencipta, tapi juga sarana melestarikannya.
Burung Sikatan Ninon. Foto: Tri Susanti-Burung Indonesia

Kendati demikian, untuk menjadi birdwatcher perlu pengetahuan mendasar sebelum terjun ke lapangan. “Perlu tips tersendiri,” ujar Rahmadi Rahmad, Media and Communication Officer Burung Indonesia, waktu itu, yang juga sering menjadi birdwatcher. Jebolan Universitas Padjadjaran, Bandung, ini menyarankan agar para birdwatcher tidak mengenakan pakaian berwarna mencolok saat melakukan pengamatan. “Warna pakaian yang mencolok akan mengganggu burung. Sebaiknya, gunakan pakaian berwarna khaki atau yang senada dengan alam,” ia memaparkan.

 Selain itu, Rahmadi menyebutkan, birdwatcher disarankan menggunakan teropong binokuler dan menghindari monokuler. Alasannya, teropong monokuler agak merepotkan penggunaannya karena perlu dilengkapi tripod dan terasa kurang praktis.

Sedangkan untuk soal waktu, kata Rahmadi, pagi-pagi merupakan yang terbaik. Sebab, saat itu burung-burung sangat aktif mencari makan, sehingga mudah ditemukan. “Sore hari juga merupakan waktu pengamatan yang baik, karena biasanya burung mencari makan sebelum mereka beristirahat pada malamnya.”

Di sisi lain, kegiatan mengamati burung ini bertujuan untuk penelitian ilmiah. “Dari hasil birdwatching, kita dapat mengetahui populasi burung yang ada di Indonesia,” ujar Tri Susanti, Communication and Publications Officer Burung Indonesia. Menurut lajang yang akrab dipanggil Santi itu, Indonesia negara terbesar kelima di dunia dan terbesar di Asia yang memiliki 1.605 jenis burung dan 380 jenis burung endemik. Sayangnya, Indonesia juga negara terbesar ketiga yang burung-burungnya terancam punah.

Santi mencontohkan populasi burung yang ada di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Pada 1960-an diperkirakan terdapat 160 jenis burung. Namun, ketika diadakan pengamatan kembali pada 2009, jumlah populasinya diperkirakan berkurang hingga separuh. Hal itu, kata Santi, menandakan telah terjadi pengurangan ruang terbuka hijau di Kota Bogor.

“Banyak ruang terbuka hijau yang telah berganti peran dengan berdirinya kompleks perumahan ataupun pertokoan,” katanya. Karena itu, Santi menyatakan Burung Indonesia sebagai organisasi konservasi burung berupaya mengadakan kerja sama dengan pemerintah setempat dalam pelestarian lingkungan agar habitat burung-burung tersebut tetap terjaga.

agendaIndonesia/Andry T./TL/Foto: Dok. Burung Indonesia

*****